DELAPAN

12 5 7
                                    

Seharian ini sangat melelahkan. Dengan langkah gontai, gadis itu melangkah ke parkiran. Dia sendirian karena baru selesai piket dan kedua sahabatnya sudah pulang duluan.

Puk.

Gadis itu –yang tak lain adalah Anta– mendongak ketika sebuah telapak tangan hinggap di atas kepalanya. Anta lalu melirik pemilik tangan tersebut.

"Kenapa? Lesu banget kayaknya."

"Lagi males," jawab Anta.

Asga menaikkan sebelas alisnya heran.
"PMS?" tanyanya.

Tanpa menoleh Anta menjawab, "Tahu PMS juga lo?"

Asga terkekeh sebentar lalu kembali melihat ke depan.

"Pelajaran IPA di SMP ada menstruasi kali," kata Asga.

Anta hanya berdeham sebagai balasan. Sungguh hari ini dia benar-benar malas. Alasan lainnya yaitu mengantuk.

Setibanya di parkiran, mereka berdua disambut oleh Adi yang berdiri di samping mobil Anta. Dan ketika netra Adi melihat Asga di samping Anta, dia bergegas melangkah mendekatinya.

"Hm, kenapa?" tanya Anta to the point.

"Gue bawa satu novel bagus, kali aja lo suka sama novelnya." Adi mengulurkan sebuah novel yang katanya bagus itu.

Dari sampulnya kayaknya Anta tahu. Ia menelisik lagi untuk mengingat-ingat.

"Oh, salah satu novel karya penulis favorite gue," ucap Anta ketika dia sudah ingat.

"Lo suka novel?" tanya Asga tiba-tiba.

Ah, Anta lupa kalau ada Asga yang berdiri di sampingnya.

Anta mengangguk sekali lalu kembali berbicara dengan Adi.
"Buat gue?" tanyanya memastikan.

Dengan tersenyum Adi menjawab, "Iya, gue pinjemin. Kebetulan gue punya dua novel di rumah."

Bohong! Sebenarnya dia cuman punya satu novel. Dan novel yang dipinjamkan ke Anta itu adalah punya kakaknya. Dia rela merengek dan menuruti permintaan kakaknya demi mendapatkan novel itu. Demi Anta sih sebenarnya.

Tanpa banyak bicara lagi Anta menerima novel itu.

"Thanks, Di. Secepatnya gue balikin."

"Nggak usah cepet-cepet kok, Ta, santai aja bacanya."

"Oke. Gue duluan," jawab Anta lalu menatap Asga yang masih berdiri di sampingnya. "Gue duluan. Hati-hati."

Asga yang mendengar Anta mengucapkan kata hati-hati jadi merasa diperhatikan. Sontak cengirannya muncul dan entah kenapa terlihat menyebalkan di mata Adi.

Dengan mendengus, Adi berbalik badan pergi meninggalkan Asga yang menatap punggungnya dengan tersenyum miring.

***

Anta memasuki rumah tanpa teriak-teriak. Rehan yang kebetulan mau pergi keluar jadi memandang adiknya heran.

Tumben nggak teriak kayak tarzan, batinnya penuh tanda tanya.

Selepas menutup pintu kamarnya, Anta menaruh tasnya begitu saja di lantai dan berjalan ke arah kasur. Menjatuhkan diri di pulau kapuknya.

Ceklek.

"Makan dulu yuk, Ta."

Anta mengangkat kepalanya melihat mamanya berdiri di ambang pintu.

"Ntar aja deh, Ma," balas merebahkan kepalanya kembali.

So Love Triangle? (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang