SEPULUH

7 3 0
                                    

Untuk kesekian kalinya Anta menghela nafas. Ia melirik Rehan yang berlari kecil di sampingnya. Sempat bertanya-tanya di benaknya, kira-kira abangnya ini ngedumel nggak ya?

"Bang," panggil Anta menghentikan larinya.

"Apa?" Karena sang adik yang berhenti pun mau tak mau Rehan ikut berhenti. Sebagai kakak yang baik tentunya, ehem.

Anta mengedarkan pandangannya ke seluruh taman. Mereka bertiga--Anta, Rehan, dan Fery--memilih joging di taman dekat blok rumah mereka ketimbang joging mengelilingi kompleks di perumahan. Karena taman ini terbilang sangat luas, para masyarakat banyak yang olahraga di sini, entah itu lari maupun senam. Terkadang juga ada yang melakukan dance di sini untuk dijadikan konten. Singkatnya taman ini digunakan untuk apapun yang bersifat positif.

"Papa mana dah?"

Rehan tersentak seolah tersadar kalau dari tadi dia hanya berdua saja bersama Anta. "Lah, iya? Papa mana dah? Kok hilang?"

Sontak Anta menampilkan raut datarnya. Ditanya kok malah tanya balik!

"Puter balik kali, pulang ke rumah terus pura-pura udah selesai joging." Anta melanjutkan larinya diikuti Rehan.

"Lo duluan aja, Bang."

Rehan mengernyit bingung.

"Gue mau di sini agak lama," jelas Anta.

"Oke, gue ikut."

"Apaan?! Ogah!" tolak Anta mentah-mentah.

"Pokoknya gue juga pulang nanti-nanti," kata Rehan bodo amat.

"Lo pulang aja napa sih ah," decak Anta kesal.

"Emang kenapa sih?" tanya Rehan ikut kesal lantaran di usir terus.

"Lo ganggu, Bang."

Rehan langsung melotot mendengar jawaban menyebalkan keluar dari mulut adiknya. "HEH!" sentaknya tidak terima.

"Gue 'kan ngomong jujur!"

"Ya nggak usah jelas-jelas gitu anjir!"

"Salah siapa nggak nurut!"

"Gue 'kan mau jagain adik gue!"

"Halah! Biasanya juga suka ninggalin!"

"Hah? Masa?" kaget Rehan.

Anta mendengus. "Pura-pura lupa lo, Bang? Di mall, di sekolah, di kampus lo, di taman, di pasar malam, di pasar, dan terakhir di rumah nenek."

Rehan kembali kaget.

"Kok banyak banget?"

"Dasar sok pikun," gerutu Anta. "Udah deh, mending abang pulang. Gue juga nggak bakal nyasar nanti pas pulang," lanjut Anta mendorong-dorong Rehan.

"Ck, iya-iya. Dasar bawel!"

***

"Ara mau pulang sekarang apa nanti dulu?"

"Nanti dulu, Kak. Ara masih pengen di sini, taman di tempat Ara kecil terus sepi."

Anak kecil itu menggandeng tangan lelaki di sampingnya yang dipanggil 'Kak' tadi. Raut wajahnya ceria seperti anak kecil seumurannya ketika dikasih permen.

"Kak," panggil anak kecil bernama Ara itu.

"Iya?"

"Di sini ada es krim?"

"Kayaknya ada, Kakak lihat. Ara mau?"

"MAU! ARA MAU!"

Lelaki itu terkekeh lalu mengusap kepala Ara.
"Tunggu di sini, ya. Kakak beliin, nanti Ara capek kalau ikut."

So Love Triangle? (HIATUS)Where stories live. Discover now