Part 5 - Ashgara

428 89 13
                                    

Manusia itu sudah diciptakan sesempurna mungkin, jadi hargailah apa yang sudah didapatkan.

- Ashgara Jalil Ramesha -

***

Past time (Masa Lalu)

"Ash, mau makan di kantin bareng aku gak?"

Ashagara, bocah itu melirik gadis yang kemarin sempat bertanya pertanyaan bodoh. Siapa namanya? Ia jadi lupa. Kebiasaan, ia memang suka lupa dengan orang-orang bodoh.

"Aku bawa bekal," jawab Ashgara singkat.

"Kamu bawa bekal? Lucu banget sih, biasanya kalo anak cowok tuh suka gengsi bawa bekal ke sekolah."

"Terus, emang kenapa? Aku baru tau, ternyata ada larangan anak cowok bawa bekal ke sekolah di Indonesia."

"B-bukan itu, aku cuma kaget aja kok! Di sini 'kan ada kantin, dan udah disediakan untuk makan juga. Jadi maksud aku, kamu gak perlu repot-repot bawa bekal. Iya, itu maksud aku!"

"Emang kamu yang menyediakan bekal buat aku sampai bilang repot? Mau aku makan di kantin atau gak, semua terserah aku. Jangan mengatur urusan orang lain deh!" ujar Ashgara sudah sangat jengah.

Gadis yang mendengarnya mulai berkaca-kaca. Dia sepertinya tersinggung dengan cara bicara Ashgara yang terlalu ketus. Akhirnya gadis itu memilih pergi keluar dengan ditemani temannya tampak kecewa. Masih umur segini saja sudah secentil itu, bagaimana nanti kalau sudah besar?

Ashgara mendengus saat pikiran itu masuk ke dalam kepalanya. Seumur hidupnya, ia berharap gadis seperti itu tidak pernah masuk dalam hidupnya. Melupakan kejadian tadi, ia mengeluarkan bekal dari dalam tasnya untuk ia makan. Sebelum membukanya, Ashgara melihat ke kursi tengah dimana gadis dengan perawakan cukup berisi tengah memakan bekalnya juga.

Gadis itu si tetangga yang jutek dan pintar. Bagi Ashgara yang menghafal lebih dari lima bahasa dari beberapa negara, sulit menemukan teman yang satu frekuensi dengannya. Apalagi setelah ia pindah ke negara Mamanya, Ashgara sulit mendapatkan teman. Baru kali ini, setelah dua minggu merasa bosan, akhirnya menemukan seseorang yang dirasanya akan cocok sebagai temannya. Ditambah lagi mereka adalah tetangga.

"Hai?" sapa Ashgara mengambil tempat duduk di sebelah gadis itu.

"Kenapa?" tanyanya singkat.

"Gak apa-apa, boleh makan bareng kamu?"

"Aku gak suka jadi pusat perhatian," gumamnya.

"Hm? Sejak kapan kamu jadi artis sampai bakal jadi pusat perhatian?"

"Kamu artisnya!"

"Aku? Ya kali, ada-ada aja. Masa artis sih? Aku ganteng banget yah?" tanya Ashgara.

"Bukan, tapi kamu emang lagi terkenal di antara anak-anak sekolah. Aku gak suka dekat-dekat sama anak populer!"

"Aku, populer?"

"Kamu tanya karena gak tau?"

"Hm," jawab Ashgara mengangguk cepat.

"Udah lah, jangan ngajak aku ngomong lagi."

Ashgara melihat gadis berpipi tebal itu mulai melanjutkan memakan bekalnya. Memang benar, mereka jadi pusat perhatian sekarang. Anak kelas jadi lebih sering melirik ke arah mereka. Ashgara yang kesal juga jadi melirik sinis orang-orang yang melihat ke arahnya. Jangan sampai karena mereka, ia gagal berteman dengan gadis tembam ini.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 02, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Move OnWhere stories live. Discover now