Part 1 - First Saw Him

775 158 73
                                    

"Saat aku mencoba untuk mencintai diri sendiri, tetapi banyak orang yang mematahkannya begitu mudah dengan lisan mereka."

- Aura Putih Kencana Wirajata -

***

Baiklah. Hari ini adalah hari penting bagi kedua orang tuanya. Jangan membuat mereka kecewa hanya karena putri satu-satunya tidak mau keluar dan mengurung diri di kamar. Lagipula ini hanya pesta keluarga, tidak ada orang lain. Seharusnya tidak akan ada apa-apa bukan?

Aura menghela nafas melihat pantulan dirinya di cermin. Tubuhnya yang gempal sudah dipakaikan gaun berwarna merah kuda selutut. Ia melihat pipi tembamnya seperti ingin tumpah. Bibirnya kemudian mengerucut kesal.

"Ini pipi atau bakso sih, Ra?" gumamnya pada dirinya sendiri di cermin.

Tok. Tok.

"Non, udah selesai?"

Aura kembali merapikan rambutnya yang tergerai lalu memasang jepit kecil di rambutnya sebagai hiasan. Ia kemudian segera membuka pintu kamarnya dan melihat pengasuh yang sudah menemaninya sejak kecil di depan pintu menunggunya.

"Bi Inah, lihat deh gaun Aura! Cantik gak?" tanya Aura antusias.

"Wah, Non Aura cantik banget! Gaunnya cocok banget sama Non Aura! Kalau Bibi masih muda, mungkin Bibi akan iri lihat Non Aura cantik gini pakai gaunnya." jawab Bi Inah.

Gadis berumur 13 tahun itu tertawa mendengar jawaban pengasuhnya. "Bi Inah bisa aja bikin Aura gak gugup!"

"Jadi, Non Aura udah gak gugup lagi?"

"Masih, Bi. Aura takut ketemu mereka. Nanti kalau mereka gak suka sama Aura gimana?"

"Non, pesta ini 'kan yang datang cuma keluarga Mama sama Papa Non Aura. Gak mungkin ada yang gak suka sama Non."

"Tapi, Bi ... Aura kan jarang ketemu mereka. Lagian keluarga Papa sama Mama kan banyak."

"Non Aura harus berani. Masa ulang tahun pernikahan Mama sama Papa Non Aura, tapi Non sendiri gak datang sih? Nanti Mama sama Papa Non, kecewa loh," ujar Bi Inah.

Kepala Aura menunduk, benar kata Bi Inah. Kedua orang tuanya akan kecewa. "Ya udah deh, Bi. Yuk, kita ke bawah!" ujar Aura.

Tarik nafas, hembuskan. Berusaha untuk tenang, itulah yang sedang dilakukan oleh Aura sekarang. Tangan kanannya menggandeng tangan Bi Inah dengan kuat. Dari pintu kaca yang membatasi bagian dalam rumah dengan halaman belakang, Aura bisa melihat banyaknya tamu yang ada di sana.

Ketakutan kembali menguasai diri Aura. Bukan karena ia takut akan keramaian atau phobia akan hal itu. Tetapi ... bentuk tubuhnya yang membuatnya ragu. Dengan tubuh gemuk seperti ini, tidak banyak orang yang menerimanya. Contohnya adalah teman-teman di sekolahnya yang tidak menyukainya. Karena terlalu banyak menerima kata-kata yang menyerang fisiknya, membuat Aura tidak pernah bisa percaya diri.

"Gak apa-apa, Non. Semua akan baik-baik aja. Ayo!" ujar Bi Inah melemparkan senyum pada Aura.

Aura mengangguk pelan menyetujui perkataan Bi Inah. Semua akan baik-baik saja. Dengan keyakinan itu, Aura berjalan keluar menuju halaman belakang rumahnya. Dari kejauhan, ia melihat dinding yang terbalut tanaman hijau telah dihias dengan nama kedua orang tuanya.

Move OnUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum