Part 2 - Mimpi

380 89 35
                                    

"Masa kecilku tidak terlalu menyenangkan, sampai ingin menghapusnya dari hidupku."

- Aura Putih Kencana Wirajata -

***

Mata bulat dengan bulu mata yang begitu lentik terbuka lebar. Bola mata berwarna cokelat gelap itu menatap ke langit-langit yang berwarna putih bersih. Tampak dalam tatapannya yang lelah dan juga kesal disaat bersamaan. Helaan nafas yang keluar semakin menyakinkan bahwa perasaan pemilik mata indah itu tidak bagus.

"Dia lagi."

Gadis berambut panjang itu mengangkat tubuhnya untuk duduk. Tangannya memegang dahi untuk memijatnya sebentar. Kepalanya terasa sangat pusing, seperti yang sudah sering terjadi. Setiap pagi seakan tidak ada kata tenang dalam hidupnya. Ia tidak bisa tidur dengan nyenyak setiap malam. Lalu esok pagi, kepalanya terasa sakit. Hal ini sudah berlangsung selama hampir 4 tahun. Bahkan obat tidur yang diberikan dokternya sekalipun, tidak bisa membuatnya bisa tidur nyenyak. Mimpi-mimpi yang ia alami saat tertidur akan mengganggunya tanpa henti.

Memutuskan untuk mengabaikan perasaan menyebalkan yang dirasakan, gadis itu segera bersiap-siap untuk berangkat kuliah. Membersihkan badan adalah hal yang paling utama. Tubuhnya yang ramping dan tinggi keluar dari kamar mandi setelah menghabiskan waktu sekitar 10 menit di dalam.

Mengenakan sweater berwarna biru langit lalu rok berwarna biru soft yang memiliki panjang dibawah lutut lalu memiliki lipatan-lipatan yang membuatnya tampak mengembang jika badan Aura berputar. Gadis itu kemudian duduk di depan meja rias. Sedikit berdandan, mengenakan bedak lalu perwarna bibir yang alami. Rambutnya dibiarkan tergerai dengan halus setelah disisir. Tidak lupa mengenakan kaus kaki pendek dan sepatu bertali berwarna putih. Setelah siap, ia keluar kamar membawa tas berisi buku-bukunya.

"Good morning, Ma." sapanya di ruang makan, saat melihat Mamanya tengah menyiapkan roti yang sedang diolesi selai di atas meja makan.

"Morning, dear." Wanita paruh baya yang masih terlihat segar bugar menjawabnya dengan penuh semangat menerima kecupan di pipinya dari anaknya. "Aura hari ini ada kegiatan habis pulang kuliah gak?"

"Gak ada, Ma. Kenapa?" Aura, gadis itu duduk di salah satu bangku mengambil roti rasa cokelat yang sudah dibuat Mamanya.

"Nanti jam 2 atau 3 siang 'kan Papa pulang, kamu mau ikut jemput Papa di bandara gak? Nanti biar Mama yang jemput kamu di kampus terus sekalian berangkat ke bandara. Gimana?"

"Boleh," jawab Aura dengan mulut penuh roti.

"Katanya Papa bawa banyak hadiah dari Korea buat kamu tuh," ujar Ambar pada putrinya.

"Padahal udah Aura bilang gak usah. Papa kalau pergi bisnis selalu bawa hadiah, nanti lama-lama kamar Aura jadi gudang karena kebanyakan barang, Ma." Aura mengeluh seperti anak kecil. Dia adalah anak satu-satunya, jadi kedua orang tuanya terlalu memanjakannya. Bahkan disaat Aura tidak meminta saja, mereka selalu membeli apapun saat sedang berpergian bisnis. Baik Mamanya ataupun Papanya.

"Sebentar lagi kamu 'kan mau ulang tahun, sayang. Umur yang memasuki masa matang dan dewasa sebagai wanita, Ra. Umur yang spesial itu loh! Mama aja masih gak nyangka kamu udah melewati usia belasan dan sekarang mau 20 tahun."

"Semua umur sama aja menurut Aura. Gak ada yang spesial," jawabnya sekenanya.

"Ya udah terserah kamu, tapi Mama sama Papa tetap anggap pertambahan umur kamu itu spesial." Ambar meletakan gelas susu di samping Aura. "Papa bahkan udah pesan hotel buat merayakan ulang tahun kamu."

Move OnWhere stories live. Discover now