Part 4 - Kembali

409 82 24
                                    

Luka yang masih terbuka harus kembali disayat.

- Aura Putih Kencana Wirajata -

***

"Makan yang banyak yah, Bintang." Ambar kembali menyendokkan lauk ke piring Bintang yang saat ini tengah ikut makan malam bersama keluarga Aura.

Melihat bagaimana piring Bintang penuh lauk pauk, Aura tertawa kecil. Bintang kalau datang sudah dianggap seperti saudara Aura sendiri. Kedua orang tuanya sangat senang dengan kehadiran Bintang. Mereka merasa lega, karena setelah bertahun-tahun Aura tidak punya teman, sekarang ia memilikinya. Teman yang baik pula.

"Aduh, Tante, kalau lauknya ditambah terus nanti Bintang jadi gendut nih." ujar Bintang.

"Gak apa-apa gendut dong, Bi. Asal gak over aja, kamu tuh kurus banget tau?" ujar Pradipta menimpali.

"Om, Bintang itu gak kurus loh. Ini udah ideal! Anak Om tuh, kurus banget. Liat tuh, makan aja dikit banget, Om!" tunjuk Bintang pada piring Aura yang terisi sayur saja.

"Aku lagi diet, Bi." ujar Aura.

"Duh, ngapain sih pake diet segala? Kamu itu udah kurus! Ayo makan lagi yang banyak!" ujar Bintang.

"Aku gak bisa makan banyak, Bi. Perut aku gak kuat."

"Dicoba dulu, makan banyak tuh enak, Ra!"

"Bintang benar, Ra. Ayo makan lagi! Ditambah itu lauknya." Pradipta menunjuk ayam goreng dengan lirikan matanya.

"Gak, Pa. Ayam goreng itu banyak lemaknya. Aura makan sayurnya aja."

"Sekali-kali gak apa-apa, Ra. Ayo dimakan!" bujuk Ambar.

"Ini udah malam, Ma! Kalo mau makan gitu, besok aja."

Kebiasaan yang sekarang sangat berubah dibanding dulu adalah soal makan. Aura mengganti semua makanannya dari yang berlemak menjadi sayuran. Sekarang sudah lebih baik, dibanding dulu sampai ia makan hanya satu kali dan itu juga hanya sayur atau buah. Sekarang pola makannya lebih baik, makan teratur tiga kali sehari. Hanya pagi dan siang Aura bisa makan nasi atau roti, tapi malam Aura lebih memilih sayuran.

Diet yang ia lakukan dulu ternyata sangat membekas dalam diri Aura sampai sekarang. Ada rasa takut saat ia makan makanan tinggi kalori atau yang berlemak. Ia akan merasa menyesal bahkan sampai stres sendiri kalau sampai ia memakannya. Aura tahu itu kebiasaan yang sangat buruk. Ia bahkan masih berkonsultasi dengan psikiater tiap minggu. Katanya, Aura mengalami trauma yang menyebabkannya takut akan naik berat badan. Kenyataan yang pahit bagi Aura. Masa-masa dimana ia gemuk adalah mimpi buruknya selama ini.

"Tapi siang kamu makan 'kan?" tanya Ambar.

"Makan kok, Ma. Tenang aja," jawab Aura.

"Ya udah, asal kamu gak lupa makan pagi sama siang aja, Ra. Jangan kaya dulu makan cuma sekali yah?" ujar Pradipta.

"Iya," jawab Aura.

Makan malam mereka terus berlanjut diselingi dengan berbagai obrolan. Aura tersenyum melihat bagaimana Bintang bisa berbaur dengan orang tuanya dan bahkan bercanda bersama. Suasananya hampir sama seperti saat pertama kali Aura membawa-nya. Dia yang pertama kali mampu dekat dengan orang tuanya. Mampu menciptakan tawa setiap orang yang ada di sekelilingnya. Dia yang juga telah menghilangkan tawa itu sendiri dengan meninggalkan luka yang akan terus membekas di hati Aura selamanya.

Move OnWhere stories live. Discover now