47.00

173 40 5
                                    

Semuanya gara-gara Bunda. Begitulah isi pikiran Chaeryeong.

Siapa lagi yang menelpon Han untuk menyusul dirinya yang sedang menikmati waktu seorang diri, berjalan-jalan hingga sore hari ini kalau bukan Bunda?

"Kok lo nurut banget sih sama Bunda?" kesal Chaeryeong yang berjalan disisi Han.

"Bunda lo khawatir sama anak gadisnya yang jalan-jalan sendirian, lagian udah punya pacar kenapa malah jalan sendiri?" sahut Han sewot.

Gadis di sebelah Han menghela napas pelan, kepalanya menunduk kemudian ia tegakkan lagi menatap jalan setapak dihadapan mereka.

"Apa rencana lo?" tanya Chaeryeong yang tiba-tiba beralih topik.

"Rencana tentang apa?"

"Gue gak tau sih mau kemana, tapi gue rasa lo udah punya tujuan. Selain itu, lo juga punya banyak keahlian," lanjut Chaeryeong tidak menghiraukan pertanyaan Han.

"Ini topiknya tentang 'mau kemana dan ngapain setelah lulus SMA' ya?" perjelas Han meminta validasi dari Chaeryeong.

Gadis itu hanya tersenyum simpul, tersirat kesedihan disana.

---

Awan hitam mulai menutupi langit sore, cengkeraman tangan Yeji semakin menguat, ia tidak ingin laki-laki dihadapannya saat ini pergi, hanya itu saja.

"Gue tanya, lo pilih dia atau gue?" Yeji mengulagi pertanyaannya karena tak kunjung mendapat jawaban.

"Yeji. Sekarang bukan waktu yang tepat untuk memilih-"

"Jawab aja!" sela Yeji, kedua bola mata gadis itu mulai memerah.

"Ji, gue gak ada waktu untuk ini. Seharusnya lo bisa ngerti keadaan ini, Winter itu lagi sakit-"

"Gue juga sakit, sakit yang gak bisa sembuh hanya melalui operasi! Sebanyak apapun uang yang Dad keluarin untuk buat gue sembuh, itu gak akan berpengaruh, semakin orang profesional ngobatin luka itu, gue semakin kesakitan Hyunjin!" geram Yeji, air mata Yeji mulai berjatuhan. 

Winter berusaha menahan rasa sakitnya, jam tangan pendeteksi denyut jantung terus berbunyi, kaki Winter semakin lemas, perlahan ia menekuk kaki tapi hasilnya ia jatuh tanpa perencanaan hingga menimbulkan suara.

"Winter!"

"Hyunjin," lirih Yeji yang kembali menarik tangan Hyunjin.

"Maaf Ji," sahut Hyunjin lalu melepas paksa cengkeraman tangan Yeji.

Untuk yang kedua kalinya, Yeji harus menyaksikan orang yang sangat ia sayangi memilih orang lain dibanding dirinya. Disaat ia sudah membuka hati sepenuhnya dan membiarkan Hyunjin masuk kedalam ruang hatinya, saat itu pula Hyunjin merusak ruangan itu.

"Lo jahat," lirih Yeji saat Hyunjin melintasinya bersama Winter. Hyunjin dapat mendengar ucapan Yeji, tetapi ia terus melanjutkan langkah kaki menjauh dari keberadaan Yeji.

Yeji menegadahkan kepala, menyugar rambut panjangnya lalu menghapus air mata yang mengalir di kedua sisi pipinya. "Yeji lo bodoh banget, kenapa semudah itu buka hati untuk Hyunjin?" gumam Yeji diiringi kekehan kecil.

Sementara, Hyunjin menunduk sembari meremas jemarinya di kursi tunggu. Pintu ruang naratama terbuka, seorang dokter dan perawat baru saja keluar. 

"Dok, gimana keadaan teman saya?" tanya Hyunjin.

"Apakah ada keluarga atau sanak saudara pasien?" tanya Dokter untuk memastikan.

Hyunjin menggeleng pelan.

SC-1| ComplicatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang