32.00

177 40 12
                                    

Dua orang gadis tengah menikmati dessert sembari berceloteh, asik dengan dunia mereka sendiri. Tidak ada yang bisa mengganggu percakapan acak yang sejak tadi terlontar otomatis, saling sahut menyahut. 

"Oh iya! lo jago kimia kan? ajarin gue dong Chaer, kita harus simbiosis mutualisme!" seru Ryujin.

"Simbiosis mutualisme apaan?"

"Masa lo gak tau? simbiosis mutualisme itu-"

"Bukan definisinya Ryujin sayang. Maksud gue, feedback yang gue dapet dari lo apa?" sela Chaeryeong malas.

Ia menggeleng heran, padahal Ryujin itu jauh lebih pintar, diajari sedikit saja sudah langsung paham bahkan soal-soal yang menurut Chaeryeong sulit bisa dikerjakan dengan lancar oleh Ryujin.

Sekali lagi, Ryujin dan Yeji itu mirip, mereka sama-sama malas, walau kapasitas otak mereka berada diatas rata-rata. Sedangkan Chaeryeong harus berusaha keras terlebih dahulu, baru bisa mahir. 

"Gue? hmm.. gue kasih asupan gizi ke lo aja deh Chaer, hehe.."

"Fisika deh, lo ajarin gue fisika," usul Chaeryeong asal.

"Duhh.. gue goblok banget fisika," gerutu Ryujin.

"Mendingan matematika," sambung Chaeryeong.

"Gak deh, gak ada yang lebih mending, keduanya sama-sama buat rambut gue rontok," dengus Ryujin tak terima dengan pendapat Chaeryeong.

"Lo belajar dari Felix aja, kan jago tuh dia," usul Chaeryeong.

"Belajar dari Felix?" Ryujin tersenyum miris.

"Omongan gue yang gak penting aja gak ditanggepin, apalagi ngajarin gue Chaer. Tau ah! gue males banget belajar." Kini Ryujin malah merengek seperti anak kecil, hanya perkara ia tidak ingin membuang energinya untuk belajar.


***

Mata Mom membola saat mendengar ucapan Jaebum. "Kamu gimana sih! modeling dan dance itu cita-cita Yeji! gimana bisa dia berhenti selama ini?" 

"Itu semua keinginan Yeji, Jisoo. Aku gak ada maksa Yeji untuk fokus belajar dan ikut organisasi," ujar Jaebum meluruskan.

Jisoo menyugar rambutnya, ia tidak bisa terima bahwa putri semata wayangnya telah melepas impianya begitu saja. "Gak bisa, aku perlu bicara sama Yeji!"

"Gak. Kamu gak liat gimana Yeji tadi? mau buat dia kayak tadi lagi?" tolak Jaebum.

"Itu semua karena kamu! harusnya hak asuh ada di tangan aku, bukan kamu!"

"Hak asuh jatuh di tangan aku atas putusan pengadilan, aku berhak atas Yeji. Apa kamu masih gak sadar, Yeji kayak gini karena kelalaian kamu, kamu masih gak merasa bersalah?"

"Terus kamu gimana? kamu relain Yeji untuk tunangan supaya perusahaan Ayah kamu gak jatuh bangkrut? Masih bisa mengakui kalau kamu Ayah yang baik?" tantang Jisoo.

Jaebum menghela napas pelan, berusaha menenangkan diri agar tak timbul keributan. "Untuk sementara waktu, kamu gak boleh temuin Yeji. Biar aku yang ngomong ke Yeji."

"Aku ibunya, aku yang mengandung, melahirkan dan merawat Yeji selama ini. Atas dasar apa kamu pisahin aku sama anak aku sendiri?" 

"Buka gitu Jisoo. Yeji butuh ketenangan, dia butuh waktu untuk ketemu kamu lagi. Setelah apa yang terjadi tiga tahun silam, seharusnya kamu bisa memahami kondisi mental Yeji."

"Aku cuma mau peluk Yeji, aku terlalu rindu sama putri ku. Aku mohon, yakinin Yeji, Jaebum," pinta Jisoo seraya mencakupkan kedua telapak tangannya.

SC-1| ComplicatedWhere stories live. Discover now