35.00

201 37 12
                                    

Seruan kegirangan nan heboh memenuhi ruang kelas 12 IPA 4. Semua itu terjadi karena Bomin selaku ketua kelas abadi, datang dari ruang guru dan membawa kabar gembira.

"Dua mata pelajaran sampai akhir kelas?!" tanya Haechan heboh dengan wajah berseri senang.

"Iya, harap kerjasamanya ya. Jangan sampai, kelas kosong kita malah menganggu ketenangan kelas lain yang lagi belajar," peringat Bomin kepada teman-teman sekelasnya.

"Boleh keluar kelas gak?" tanya Sodam mengajukan tangan, tubuhnya mengarah ke Bomin dan tatapan matanya penuh harapan.

Ketua kelas itu berpikir sejenak, Gowon yang merupakan wakil ketua kelas berjalan mendekat ke arah Bomin lalu mereka berbincang sebentar untuk mempertimbangkan pertanyaan Sodam.

"Boleh, tapi jangan berkelompok dan jangan terlalu lama," sahut Bomin sebagai keputusan akhir.

"Kantin!" seru Ryujin.

"Gue mau tidur," sahut Chaeryeong yang langsung merebahkan kepala diatas tumpukan buku paket lalu menutup kedua kelopak matanya.

"Gak asik lo!"

Kemudian Ryujin mengajak Lia pergi, untung saja gadis itu bersedia sehingga Ryujin tidak perlu menghabiskan energinya hanya untuk menggerutu tak jelas yang akan membuat kepala Yeji semakin memanas mendengar ocehan tak bermutu dari Ryujin. 

Yeji beranjak dari duduknya, menghela napas gusar, lalu menoleh ke arah Chaeryeong, wajah gadis itu tertutupi oleh rambut panjang bergelombangnya. "Chaer, gue keluar ya, mau cari angin," lapor Yeji yang tidak mendapatkan respons apapun.


--o0o--

Rambut lurus Yeji yang berwarna hitam kecoklatan, ia biarkan terurai bebas, tertiup angin sepoi sepoi. 

Gadis itu memilih tribun lapangan basket outdoor sebagai tempat untuk mencari ketenangan pikiran.

Sekolah tercintanya ini memiliki dua lapangan basket--indoor dan outdoor. Keduanya sama-sama berguna.

Sejak kemarin hingga menuju pertengahan hari, pikiran Yeji kacau seperti kapal pecah.

Secara terus menerus Yeji memikirkan obrolan teman-temannya terkait trauma dan juga saran dari Dad agar Yeji berkata jujur saja kepada Hyunjin, walau sebenarnya Yeji tidak tahu pasti perasaan macam apa yang sering menghampirinya akhir-akhir ini, terutama semenjak laki-laki bernama Hwang Hyunjin itu menjaga jarak darinya lalu menjadi lebih dekat dengan gadis lain yang jelas-jelas sangat menyukai sosok Hyunjin.

"Hyunjin, lo bisa keluar gak dari pikiran gue? capek banget gue... atau! setidaknya lo bersikap seperti biasanya aja."

"Gue gak apa kalau lo usilin, lo gangguin dengan chat random di malam hari, lo ajakin pulang naik motor pun gue mau, walau gue gak suka!" monolog Yeji dengan wajah jengkel. 

Kedua mata yang semula menunjukan kekesalan kini berubah, pupilnya membesar saat melihat siluet laki-laki yang belakangan ini tanpa izin terus saja mengusik pikirannya.

Yeji diam sejenak memperhatikan laki-laki itu berjalan seorang diri sembari sibuk dengan Hp. Seketika ia berdiri lalu secepat mungkin berlari menyeberangi lapangan basket menuju keberadaan laki-laki itu.

Srek

Kedua kaki jenjang Yeji berhenti tepat di depan Hyunjin, "Gue ralat," ujar Yeji spontan dengan napas terengah, Hyunjin kaget melihat kehadirannya secara tiba-tiba.

"Hyunjin!"

Refleks Hyunjin menoleh lalu tersenyum ramah kepada seseorang yang memanggilnya, "Udah selesai?" tanya Hyunjin.

SC-1| ComplicatedWhere stories live. Discover now