10.00

290 60 6
                                    

Tampaknya, semesta sedang berusaha untuk menghibur hati yang kacau balau.

Di pinggir lapangan basket, seorang gadis tengah membisu sambil menatap punggung yang semakin menjauh hingga tak terlihat lagi.

"Ohh.. suasana macam apa ini?"

"Lagi?"

"Benar, ini aneh."

"Dia cuma ngelakuin ini ke lo."

"Mungkin gue terlalu istimewa?" kekeh gadis berambut sebatas bahu itu.

Lia mengelus puncak kepala Ryujin pelan, ia tahu bahwa sahabatnya sedang sedih.

"Kenapa lagi?" tanya Yeji yang baru saja datang.

"Hahhh... gue capek, mau istirahat. Gue duluan ya!" ujar Ryujin, kemudian ia segera berlalu meninggalkan ketiga sahabatnya.

Yeji terus bertanya-tanya melalui tatapannya.

"Biasa lah Ji," sahut Chaeryeong.

"Felix?"

Lia dan Chaeryeong serempak menganggukkan kepala.

Melihat itu Yeji mulai berpikir, apa ia perlu menanyakan hal ini pada Hyunjin?

"Oh! Gue duluan!" seru Lia setelah ia melihat notifikasi yang masuk.

"Mampus! Gue juga, bye Chaer!" ujar Yeji yang berlari menyusul Lia ke kelas untuk mengambil tas.

"Lagi.. lagi.. dan lagi. Gue yang paling gak punya kerjaan!" dengus Chaeryeong jengkel.


Baru saja Yeji melangkah memasuki ruang kelas, Lia sudah menahannya. "Ji, tolong lo hibur Ryujin yaa.. gue buru-buru. Makasih banyak Yeji!"

Mendengar itu Yeji mengernyitkan dahi lalu tatapannya beralih melihat Ryujin yang sedang berdiam diri sambil memainkan handphone.

Perlahan Yeji melangkahkan kaki menuju keberadaan Ryujin lalu duduk di bangku sebelah sahabatnya itu. Kelas cukup sepi, hanya ada Yeji, Ryujin dan beberapa teman yang masih melaksanakan tugas piket kelas sepulang sekolah.

Walau sekolah mereka adalah sekolah swasta tapi kegiatan itu tetap menjadi kegiatan wajib untuk melatih jiwa tanggung jawab.

"Lo gak harus jujur ke gue, tapi lo wajib untuk jujur ke diri lo sendiri," ucap Yeji seraya mengelus pundak Ryujin.

Ryujin terdiam, ia mulai meletakan Hp dan menatap Yeji. "Gak seharusnya gue galau karena ini, harusnya gue lebih mentingin pendidikan dan pencapaian gue sendiri. Kenapa gue terus ngejar sesuatu hal yang jelas-jelas nolak gue?" 

Diam.

Yeji tidak bisa berkata banyak hal, ia beralih mengelus puncak kepala Ryujin dan membawa sahabatnya itu kedalam pelukan hangatnya yang segera dibalas oleh Ryujin.

"Yeji, Ryujin! kami duluan ya!" teriak beberapa teman sekelas  yang baru saja selesai piket. 

"Oh iya, hati-hati," sahut Yeji sembari melambaikan tangan singkat.

Atensinya kembali dipusatkan untuk Ryujin.

"Gue, Lia, Yuna, sama Chaeryeong sayang banget sama lo. Lo sama berharga dan berartinya seperti keluarga, jadi lo jangan pernah ngerasa sendiri Ryu. Lo bisa cerita apapun dan kapan pun ke kita ataupun hanya salah satu dari kita."

"Gue rasa, semua orang bakal ngelakuin hal yang sama seperti lo, karena lo yakin suatu saat nanti hati dia yang keras akan luluh juga," ujar Yeji lembut.

"Maka dari sebab itu, lo masih bertahan di samping Hyunjin? karena lo tau, hati lo akan luluh juga selama Hyunjin gak nyerah? gue harap, hati lo perlahan akan luluh Ji." -batin Ryujin.

SC-1| ComplicatedOnde as histórias ganham vida. Descobre agora