54.00

155 39 9
                                    

Warning: chapter ini didominasi oleh keuwuwan 2hwangs ^^


"Sayang."

"Dengar suara Dad?" tanya Jaebum lembut saat menyadari putrinya terbangun.

Gadis yang terbaring di atas brankar hanya berdeham pelan untuk merespons pertanyaan Jaebum, setelah memerhatikan pergerakannya dengan sigap Jaebum membantu anaknya yang ingin duduk.

Yeji mengucek kedua matanya yang tertutup, melihat itu Jaebum tersenyum simpul, seperti de javu saat Yeji masih kecil.

"No, sweetheart. Gak usah dikucek terus, nanti merah loh," ujar Jaebum berupaya menghentikan Yeji.

"Dad," rengek Yeji lalu menatap Jaebum dengan ekspresi wajah cemberutnya.

"Hm?" Jaebum memberi atensi penuh pada putri tunggalnya.

"Kok Yeji ada di sini lagi sih? Yeji bosen di rs terus, sekarang aku kenapa lagi?" tanya Yeji yang tak henti-hentinya mendumel kesal.

Seakan Yeji tidak ingat sama sekali apa yang telah terjadi, bahkan tidak mengingat berbagai percakapan di masa lalu yang membuat kepalanya hampir pecah dan berujung pingsan. 

Perlahan Jaebum mendudukan dirinya di depan Yeji yang kemudian mengelus sayang puncak kepala Yeji, "tadi sore, Ryujin, Chaeryeong dan Hyunjin bawa kamu ke rs karena kamu pingsan. kamu udah minum obat belum?" 

Refleks Yeji membulatkan mata, "Aku pingsan? terus terus.. teman-teman mana? Hyunjin kemana?"

"Teman-teman kamu udah pulang, dad minta mereka pulang karena udah malam-"

Ucapan Jaebum terpotong karena ada telepon masuk, Jaebum segera mengangkat telepon. Bila diperhatikan dari jawaban Jaebum, sudah dapat diduga panggilan itu adalah panggilan darurat.

"Yeji, dad-"

"Panggilan darurat lagi ya? ya udah dad buruan, pasien nomor satu loh," sela Yeji seraya tersenyum.

"Maafin dad ya, sayang," ujar Jaebum, secepat kilat ia mengecup kening Yeji lalu bergegas keluar dari ruangan Yeji.

Sejujurnya Yeji sedih selalu sendirian. Kedua orangtuanya sibuk, tapi ia tahu diri kalau dirinya tidak boleh egois apalagi kini Yeji sudah menginjak usia remaja akhir, seharusnya ia bisa memahami keadaan kedua orangtuanya. 

Selagi sibuk dengan pikirannya, pintu ruangannya kembali terbuka menampilkan sosok laki-laki dengan wajah tampan yang selalu membuat Yeji terkesiman.

"Loh.. udah bangun? gimana keadaan kamu?" tanya laki-laki itu khawatir, bola matanya bergerak-gerak cepat melihat kondisi Yeji.

"Hyunjin," panggil Yeji senang, tentu saja Yeji senang dengan kehadiran Hyunjin disaat ia merasa kesepian lagi.

"Ya?" tanya Hyunjin kaget lalu mendongak, melihat wajah Yeji yang sudah berseri.

"Aku laper," regek Yeji lagi seperti anak kecil disertai puppy eyes yang ditujukan pada Hyunjin. Melihat itu, Hyunjin tak kuasa menahan senyum, entah mengapa Yeji menjadi begitu menggemaskan.

Awalnya Hyunjin kaget dan tak terbiasa, tetapi selama beberapa hari, semua ini menjadi candu bagi Hyunjin.

Hyunjin mengangguk paham, "Yuk, kita makan," ajak Hyunjin.

Yeji bersorak girang, ia turun dari brankar lalu menggamit lengan Hyunjin, tetapi segera dilepas Hyunjin dan ia beralih menggenggam tangan Yeji.

"Maunya cari makan di luar rs aja, tapi kalau gak ada yang buka, gak apa kita makan di kantin rs," ujar Yeji memberitahu Hyunjin akan keinginannya.

SC-1| ComplicatedDär berättelser lever. Upptäck nu