25

13.9K 1.8K 31
                                    

HAPPY READING

———

Hari Selasa kali ini kelas Rebeca akan melaksanakan pelajaran Olaharaga.

Di bawah sinar matahari yang terik pelajaran olahraga di mulai dengan membaca Doa yang di pimpin oleh Guru olahraga, setelah itu mereka melakukan pemanasan bersama.

Sepuluh menit berlalu pemanasan telah selesai di laksanakan, Guru Olahraga berparas tampan yang kerap di panggil 'Mr Smith' itu pun berdiri di atas Podium yang memang sudah terpasang di pinggir lapangan Outdoor

"Hari ini kita akan melakukan pelatihan dalam Olahraga Basket—"

"Sebelum pelatihan di mulai, kalian harus lari berkeliling lapangan terlebih dahulu 10 kali agar sehat."

Rebeca yang tadinya sedang mengaggumi ketampanan gurunya seketika menjadi kesal karena mendengar ucapan dari Mr. Smith "MR. SMITH GA MAU IKUT KELILING JUGA? BIAR SEHAT?" Teriak Rebeca tidak tahu malu.

Yang di balas sorakan setuju dari para murid yang ada di lapangan Outdoor, kecuali Mr. Smith yang hanya tersenyum paksa.

"Saya sudah sehat, jadi kalian saja cepat keliling lapangan!" Ucap Mr. Smith tegas.

Rebeca menunjuk dirinya sendiri lalu berucap "Saya juga?"

Dengah wajah memerah karena kesal, Mr. Smith mengusap dada sabar lalu berucap penuh penekanan "Nona Baskara, Anda juga harus berkeliling lapangan!"

Melihat gurunya yang kesal, Rebeca terkekeh senang dengan cepat Dia juga ikut berlari bersama teman sekelasnya.

"Penghuni Harem lo udah ada berapa?" Tanya Jasmine salah satu teman dekat Rebeca di kelas.

Rebeca menoleh singkat pada Jasmine yang saat ini berlari di sampingnya "Empat." Balasnya singkat.

"Mau nambah lagi?"

Sebelah alis Rebeca terangkat mendengar pertanyaan Jasmine "Mungkin, kenapa lo mau masuk Harem gue?" Balas Rebeca dengan mengedipkan sebelah matanya pada Jasmine yang di balas tatapan jijik dari Jasmine.

"Najis, gue masih suka cowok ya." Pekik Jasmine.

Rebeca tertawa keras saat melihat tatapan jijik dari Jasmine "Ini alasan gue mau temanan sama lo."

"Hah, gimana—gimana?" Tanya Jasmine tidak mengerti, bukan rahasia lagi jika Rebeca hanya memiliki satu teman Cewek di kelas yaitu dirinya kebanyakan teman Rebeca itu Cowok, dan Jasmine tidak tahu apa alasan Rebeca mau berteman dengannya padahal Jasmine itu hanya anak Beasiswa yang berpenampilan cupu.

"Lo lurus tapi yang lain belok." Balas Rebeca tidak jelas.

"Ga ngerti gue." Balas Jasmine bingung.

Rebeca berlari sedikit cepat meninggalkan Jasmine "Yayaya lo beg—" Belum selesai Rebeca berucap terlebih dahulu di potong oleh lemparan bola Basket ke arahnya.

Dugh

Untungnya Rebeca dengan sigap menghindar hingga bola itu menabrak lantai lapangan Outdoor.

"Sialan siapa yang lempar bola ke arah gue?" Tanya Rebeca dengan sedikit meninggikan suaranya.

Murid—murid yang berada di lapangan itu secara cepat menunjuk seorang Siswi berpenampilan paling mencolok di antara mereka karena baju Olahraganya yang terlalu kekecilan sehingga dapat memperlihatkan dengan jelas bentuk tubuhnya dan Makeup yang terlalu tebal di wajahnya.

Rebeca berjalan menuju Siswi itu "Lo yang lempar bola?"

Siswi bernameTag 'Alisya Safira' menatap Rebeca tajam dengan tangan bersedekap dada Dia berucap "Iya itu gue, emang kenapa?"

Rebeca berdecih "Buta."

"Apa lo bilang?" Pekik Alisya.

"Lo buta."

Alisya dengan cepat menarik surai abu Rebeca "Gue ga buta!" Pekiknya.

Rebeca dengan kasar melepas tangan Alisya dari surai indahnya "Ga usah pegang rambut gue, Buta."

"GUE GA BUTA." Teriak Alisya di tengah lapangan Outdoor.

"Kalo ga buta ngapain lo lempar bola basket ke arah gue? Sengaja lo? Biar gue pingsan atau lo pengen gue mati sekalian?"

Alisya menatap remeh Rebeca "Iya gue sengaja puas lo—" Ucapnya dengan memasang wajah songong.

"Ga usah lebay deh, gue lempar bola basket doang ga bakal buat lo mati, tapi kalo mati ya bagus deh biar gue ga usah repot—repot celakain lo lagi." Lanjut Alisya.

Rebeca terkekeh  saat mendengar ucapan Alisya yang menurutnya terlalu berani "Punya masalah apa lo sama gue?"

Tatapan tajam kali ini Alisya berikan pada Rebeca "Masalah ya? Terlalu banyak. lo dateng ke sekolah ini aja udah jadi masalah."

Melihat Perdebatan yang semakin sengit, para murid semakin banyak yang mengerumuni Rebeca dan Alisya, bahkan murid—murid yang sedang Jam kosong pun mendatangi lapangan Outdoor untuk melihat perdebatan antara Primadona 'Diamond High School' dan mantan Primadona 'Diamond High School.'

Keberanian yang benar—benar patut di acungi jempol "Punya nyawa berapa lo sampe berani ajakin gue debat? Ga usah debat lah baku hantam aja ayo, siapa tau lo beruntung buat bunuh gue!" Ucap Rebeca.

"Gue punya nyawa Sembilan? Iri kan lo—" Ucap Alisya dengan mata menatap mengejek Rebeca.

"Iri bilang Boss!" Lanjut Alisya dengan wajah songongnya.

Dor

"Eh, maaf kelepasan gue kira nih pistol ga ada pelurunya." Ucap Lucifer tanpa rasa bersalah yang tiba—tiba datang membelah kerumunan, setelah menembak Alisya dari jarak yang cukup jauh.

Murid—murid yang melihat Alisya tertembak hanya berekspresi biasa, 'Novel gila.' Pikir Rebeca.

Karena Novel Always Mine bergenre Thriller jadi adegan berdarah seperti yang terjadi barusan sudah menjadi hal biasa.

Rebeca yang tadinya terkejut karena melihat secara langsung kepala Alisya yang tertembak oleh Kakaknya, seketika tersadar lalu menatap tajam pria tampan yang sayangnya Psychopath di hadapannya "Kakak ngapain ke sini?"

Lucifer mengusap lembut surai indah Rebeca yang sedikit berantakan "Kakak kangen kamu."

Rebeca melirik tubuh Alisya yang sudah menjadi mayat "Kenapa kakak main tembak anak orang aja?"

Lucifer menatap santai mayat Alisya "Ga sengaja tau, tadi kakak denger Dia juga punya nyawa Sembilan kan?"

Lucifer berjongkok di hadapan mayat Alisya "Tapi ko ga hidup lagi ya? Katanya punya nyawa Sembilan, Kayanya Dia nge—Prank deh." Ucap Lucifer bingung dengan tangan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Rebeca yang mendengar ucapan Lucifer, memutar bola mata malas "Ga usah PPB."

Lucifer berdiri lalu menatap Rebeca bingung "PPB apa?"

"Polos—polos Bangsat."

Lucifer yang mendengarnya membola "Heh, mulutnya!"

Rebeca berjalan membelah kerumunan sebelum itu Dia menyempatkan berucap dengan suara sedikit lebih tinggi "Beresin Mayatnya, gue ga ikut—ikutan Kak."

Setelah berucap itu Rebeca mengangkat tangan kanannya lalu menunjukan jari tengah pada Lucifer.

Lucifer yang melihat tingkah Rebeca menghela nafas "Untung sayang." Ucap Lucifer sambil mengusap dada bidangnya.




TBC

𝘼𝙡𝙬𝙖𝙮𝙨 𝙈𝙞𝙣𝙚 [𝘾𝙤𝙢𝙥𝙡𝙚𝙩𝙚𝙙]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang