17

22.9K 2.9K 101
                                    

HAPPY READING

———

Setelah turun dari Taksi, Kaki jenjang Rebeca berjalan dengan santai menuju Gerbang mewah Mansion Baskara.

Setelah kejadian tadi di rumah Malvin, Rebeca memutuskan langsung pulang ke kediaman Baskara. Tapi, karena mobilnya tertinggal di sekolah Rebeca jadi pulang menggunakan Taksi.

Berbagai pekikan heboh terdengar dari para Pelayan saat melihat jika Tuan Putri Baskara, turun dari Taksi.

"Nona kenapa Anda menggunakan Taksi? Jika Tuan besar tau pasti Tuan akan sangat marah." Pekik heboh salah satu Pelayan BernameTag 'Alisya.'

Setiap Pelayan, Bodyguard, Tukang kebun, Koki dan lainnya, yang bekerja di Kediaman Baskara, memang di wajibkan menggunakan NameTag di Seragam kerja mereka.

"Non Rebeca apa Anda terluka? Mari kita ke Rumah Sakit!" Pekik Pelayan lain tidak kalah heboh.

Dengan memasang wajah polosnya Rebeca berucap dengan tangan menunjuk gerbang di hadapannya yang masih tertutup "Em, bisa bukain dulu?" Tanya Rebeca di sertai senyum manis. Padahal di dalam hatinya 'Bisa—bisanya mereka heboh kaya gitu tanpa nyuruh gue masuk dulu, Kalo  Grandpa tau pasti auto di penggal.'

Dengan cepat para Pelayan berebut untuk membuka pintu Gerbang.

Rebeca memutar bola mata malas lalu melihat waktu di jam yang bertengger di tangannya "Lima menit—Enam menit—Tujuh men—" Belum selesai Rebeca menghitung waktunya menunggu di depan gerbang, seketika terhenti karena mendengar suara Daddy nya.

"Ada apa ini?" Tanya Azkara, ketenangan bersantainya harus terganggu karena mendengar suara yang sangat berisik dari arah depan. Dan apa ini yang di lihatnya para Pelayan yang sedang mengerumuni Gerbang.

Para Pelayan yang mendengar suara Azkara seketika membalikan badan lalu berbaris beraturan hingga dapat terlihatan barisan yang sangat rapih, setelah itu mereka membungkukan badannya lalu berucap serempak "Selamat Sore Tuan, ada yang bisa kami bantu?"

Azkara tidak memperdulikan ucapan para Pelayan tapi fokusnya malah teralihkan pada seseorang yang ada di balik Pintu Gerbang "Princess?" Panggilnya ragu.

Rebeca yang merasa di panggil langsung menatap Azkara hingga tatapan keduanya bertemu "Iya Dad."

Mata Azkara seketika langsung membola sempurna, dengan langkah cepat Azkara berjalan menuju Rebeca "Kenapa Princess—Nya Daddy bisa ada di luar Gerbang? Kenapa ga masuk?" Tanya Azkara beruntun.

Rebeca menggaruk kepalanya yang tidak gatal lalu berucap dengan nada memelas "Dad, bisa bukain dulu Gerbangnya? Di sini panas."

Melihat kulit putih Putrinya yang sudah mulai memerah karena terlalu lama terkena Sinar Matahari, Azkara langsung memerintahkan Asistennya untuk membukakan Gerbang Mansion.

Setelah Gerbang tersebut terbuka tanpa berlama—lama lagi Azkara langsung menggendong Rebeca untuk masuk ke dalam Mansion, Sebelum itu Azkara sempat berucap pada Edrick—Asisten Azkara "Edrick Disiplinkan mereka!"

Mendengar ucapan Azkara para Pelayan semakin menundukan kepalanya, karena mereka sudah tau apa itu maksud dari 'Disiplinkan.'

"Baik Tuan." Balas Edrick.

Setelah mendengar balasan dari Edrick, Azkara menganggukan kepalanya singkat lalu kembali melangkah menuju pintu Mansion Baskara.

"PANGGIL DOKTER LIAM, SEKARANG!" Teriak Azkara menggema di Mansion mewah Baskara.

Kepala Pelayan yang mendengar Teriakan Tuannya, dengan cepat melakukan apa yang Tuannya ucapkan yaitu menghubungi Dokter Liam yang merupakan Dokter Pribadi keluarga Baskara untuk segera datang ke Kediaman Baskara.

Azkara dengan cepat membawa tubuh Rebeca yang sudah mulai lemah menuju ke kamarnya menggunakan Lift yang baru di pasang minggu lalu.

Minggu lalu Rebeca yang sempat terpeleset di tangga, membuat seluruh anggota keluarga khawatir. Karena itu Ikhsan langsung memerintahkan anak buahnya untuk memasang Lift agar kejadian seperti itu tidak terulang lagi.

Setelah sampai di kamar mewah Putrinya, Azkara dengan perlahan menidurkan tubuh Rebeca di atas kasur.

———

Sedangkan di Mansion yang sama di tempat yang berbeda, Beberapa anggota keluarga Baskara yang sedang berkumpul di Ruang keluarga di kejutkan dengan kedatangan Kepala Pelayan yang menghampiri mereka.

"Maaf mengganggu waktu Tuan, Nyonya dan Tuan Muda—" Ucap Kepala Pelayan dengan membungkukan badannya.

Beberapa orang yang ada di Ruangan itu menatap tajam pada Kepala Pelayan, karena ada Peraturan di Mansion ini jika para Pekerja di larang mengganggu Majikannya, jika tidak ada hal yang sangat mendesak.

"Kenapa lo ganggu waktu kita? Mau Mati?" Ucap Edward Baskara, yang merupakan anak Kedua dari Reza dan Rina.

"Punya nyawa berapa lo?" Ucap Excel Baskara, yang merupakan anak Pertama dari Wildan dan Windy.

"Punya nyawa Tujuh kali Bang!" Ucap Lucifer Baskara, yang merupakan anak Ketiga dari Azkara dan Angelina.

Kepala Pelayan yang mendengar ucapan dari Para Tuan Mudanya seketika bergetar ketakutan.

Angelina terkekeh kecil saat melihat reaksi Kepala Pelayan yang menurutnya sangat berlebihan "Udahlah langsung ke intinya aja, Ada apa? Sampai kamu mengganggu waktu kita, jika ini tidak penting nyawa mu menjadi taruhannya."

Dengan suara tergagap Kepala Pelayan itu berucap "Non—Na Reb—Eca—" Sebelum menyelesaikan ucapannya terlebih dahulu di potong oleh teriakan dari Inggit.

"KATAKAN YANG JELAS ADA APA DENGAN CUCU KU?!" Teriak Inggit marah.

Reza yang ada di samping Inggit mengusap lembut punggung Ibunya "Tenang Ma, nanti darah tinggi Mama kumat lagi." Ucap Reza mencoba menenangkan ibunya.

"Nona Rebeca sakit." Ucap Kepala Pelayan dengan satu tarikan nafas.

Excel yang mendengar ucapan dari Kepala Pelayan itu langsung bangun dari duduknya di ikuti dengan yang lain.

Lucifer yang berjalan paling akhir menatap sengit pada Kepala Pelayan lalu—

Dor

Suara tembakan menggema di Kediaman Mewah Baskara, sudah menjadi hal biasa jadi tidak ada yang merasa terkejut lagi.

"Gue kira nyawa lo Tujuh, ternyata cuma Satu—" Ucap Lucifer dengan mata menatap malas pada Mayat di hadapannya.

"Ah, Payah masa Di tembak sekali doang Mati." Lanjut Lucifer kesal.


TBC

𝘼𝙡𝙬𝙖𝙮𝙨 𝙈𝙞𝙣𝙚 [𝘾𝙤𝙢𝙥𝙡𝙚𝙩𝙚𝙙]Where stories live. Discover now