12

32.8K 4.1K 120
                                    

HAPPY READING

———

BERITA TERKINI

DI TEMUKAN MAYAT SEORANG PRIA DENGAN KONDISI YANG SANGAT MENGENASKAN DENGAN KEDUA BOLA MATA YANG HILANG, KULIT PIPI YANG ROBEK DAN TANGAN YANG TERPOTONG SEBELAH.

SETELAH MELAKUKAN IDENTIFIKASI TERHADAP MAYAT TERSEBUT. DAPAT DI KETAHUI IDENTITAS KORBAN YAITU:

NAMA     : ALFIN FERNANDA

USIA       : 17 TAHUN

STATUS : PELAJAR

SAUDARA ALFIN DI DUGA MERUPAKAN KORBAN PEMBUNUHAN. SAAT INI POL—

Dengan cepat Rebeca mematikan Televisi di hadapannya.

"Dia cowok yang gue gombalin kemarin?" Monolog Rebeca ragu.

"Benar Tuan."

Mata Rebeca membola sempurna saat mendengar jawaban dari Sistem "Kenapa dia mati?" Lirihnya.

"Takdir."

Rebeca terdiam karena apa yang di ucapkan Sistem memang benar adanya. Takdir seseorang tidak ada yang tau.

"Siapa Pembunuhnya?" Tanya Rebeca setelah keheningan cukup lama.

"Jika Tuan ingin mengetahuinya, Tuan dapat menukarkan 1.000 Poin."

Rebeca menatap kesal Hologram di hadapannya "Bisa—bisanya lo ngomongin Poin di saat yang ga tepat begini!" Pekik Rebeca marah dengan kasar Dia melempar remot TV yang di pegangnya.

Saat ini Rebeca sedang berada di kamarnya Dia tidak bersekolah karena sudah Pintar katanya.

"Tapi itu sudah menjadi Prosedur Tuan."

Rebeca menghela nafas panjang "Lakuin terserah lo—"

"Lalu kasih tau gue siapa pembunuhnya." Lanjut Rebeca.

"Baik Tuan."

"Pembunuhnya adalah—"

———

Pagi ini 'Diamond High School' Di gemparkan dengan berita pembunuhan terhadap salah satu Siswanya.

Di Cafetaria juga banyak murid yang membicarakan tentang kematian Alfin begitupun di meja yang saat ini di tempati Zaidan dan para sahabatnya. Di meja itu terdengar suara Samuel dan Bima yang ikut membahas tentang Trending Topik hari ini.

"Gila ya ga nyangka banget gue padahal kemarin baru ketemu si Alfin di Perpustakaan." Ucap Samuel.

"Namanya juga Takdir ga ada yang tau." Balas Bima.

Samuel menganggukan kepalanya "Tapi siapa ya Pembunuhnya?" Ucap Samuel penasaran.

Zaidan dan Malvin pun sibuk membatin dengan pikiran yang bertanya—tanya tentang pembunuhan Alfin.

'Kenapa itu anak bisa mati duluan? Siapa pembunuhnya? Sialan harusnya gue yang bunuh Dia!' Batin Zaidan kesal.

Malvin pun membatin yang tidak jauh berbeda dari Zaidan 'Gue harus cari pembunuhnya, karena pembunuh sialan itu gue ga dapat ngebunuh secara langsung si Alfin—Alfin itu.' Batin Malvin marah.

Sedangkan Seseorang di tempat itu menyeringai saat mendengar banyak yang membicarakan Pembunuhan yang tadi Malam di lakukannya.

"Btw, gue ga liat Rebecantik." Ucap Bima dengan mata menelusuri setiap penjuru Cafetaria.

Mendengar nama pujaan hatinya di puji Cantik oleh pria lain, membuat Zaidan dan Malvin langsung memberikan tatapan tajam pada Bima.

Bima yang di tatap seperti itu hanya menatap mereka polos "Kalian kenapa?"

Zaidan melirik Malvin yang saat ini masih memasang wajah datar dengan mata yang terus menatap tajam Bima.

Sebelah alis Zaidan terangkat saat melihat ekspresi wajah Malvin yang terlihat seperti orang cemburu "Kenapa?" Tanyanya pada Malvin.

Tanpa melirik Zaidan, Malvin menyalakan Vape yang tadi Dia simpan di meja lalu dengan santai Malvin menghirup Vape itu "Apa?" Balas Malvin singkat.

Samuel dan Bima saling lirik saat melihat Percakapan yang menurut mereka aneh.

Bima berbisik pada Samuel "Mereka ngapain si anjir, ngomong aja ngirit banget."

"Merasa melihat Es batu berbicara." Bisik Samuel pada Bima yang di balas anggukan setuju pria Imut berambut Pink itu.

Bugh

Acara bisik—bisik Samuel dan Bima seketika terhenti saat mendengar suara tonjokan keras dari depan mereka.

Secara serempak mereka menatap tempat di depannya, di mana sekarang ada Zaidan dan Malvin yang sedang saling menyerang.

"LO GA BOLEH SUKA SAMA REBECA!" Teriak Zaidan tepat di hadapan wajah tampan Malvin.

Malvin terkekeh sinis "Lo ga berhak ngatur gue."

Bugh

Samuel dan Bima saling lirik lalu berucap serempak "Kita ketinggalan apa?"

Karena Samuel dan Bima yang terlalu sibuk berbisik—bisik sehingga mereka tidak mengetahui jika Malvin mengaku pada Zaidan, bahwa Dia menyukai Rebeca membuat Zaidan yang mendengarnya langsung menonjok Malvin.

Sehingga terjadilah perkelahian seimbang antara Zaidan dan Malvin di Cafetaria sekolah ini. Siswa—Siswi yang ada di Cafetaria hanya menonton dengan tenang di mana Dua Pangeran Sekolah saling tonjok—menonjok.

Kejadian seperti itu sudah sering terjadi sehingga para murid yang melihatnya tidak akan merasa terkejut lagi. Zaidan dan Malvin memang Bersahabat tapi mereka sering bertengkar karena hal kecil sekalipun, setelah itu mereka akan cepat kembali berbaikan.

Tapi saat ini Zaidan dan Malvin sedang bertengkar karena Rebeca, apa Persahabatan mereka akan retak karena Cinta, atau mereka akan cepat kembali berbaikan lagi seperti biasanya.

TBC

𝘼𝙡𝙬𝙖𝙮𝙨 𝙈𝙞𝙣𝙚 [𝘾𝙤𝙢𝙥𝙡𝙚𝙩𝙚𝙙]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang