10

12.5K 1.3K 54
                                    

Tuk

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tuk

"WOI"

"Mampus. Bisa pas gitu ya" Gumam Jessie pelan.

Kaleng yang ditendang Jessie tanpa sengaja mengenai jidat seorang pemuda yang sedang menelfon seseorang.

Saat ingin kabur, kerah belakang Jessie lebih dulu ditarik oleh pemuda itu.

"Mau kabur, hm?" Ucapnya rendah. Jika orang lain yang mendengarnya pasti sudah ketakutan setengah mati.

Tapi ini Jessie. Mendengar suara yang sangat menggoda iman itu, Jessie menggigit bibir bawahnya kuat menahan teriakan cemprengnya.

Jessie berbalik untuk menatap pemuda yang menjadi korban tendangannya. Sehingga tarikan di kerah Jessie terlepas.

Deg

"Nikmat mana lagi yang engkau dustakan Tuhan" Ucap Jessie tanpa sadar tangannya menelusuri wajah pemuda tampan itu. Kekesalan sedikit berkurang ketika melihat cogan.

Sedangkan pemuda itu masih diam tak bergeming. Matanya tak lepas sedari tadi menatap wajah cantik Jessie.

Setelah tersadar dia mencengkram tangan Jessie tepat di lukanya.

"Shhh. Sakit anj ngapain lo" Ringisnya.

"E-eh sorry gue ga liat luka lo tadi" Katanya sambil meniup-niup tangan Jessie.

"Hm. Maaf juga soal tadi, gue nendang kaleng soda tapi ga sengaja kena lo" Ujar Jessie yang dianggukinya.

"Nama lo siapa?" Tanya pemuda itu.

"Jessie, lo?"

"Samudra Carvendino Smith, lo bisa panggil gue Sam" Jawabnya.

"Salah satu bucinnya Aranjing. Tapi seinget gue adegan ini ga ada di novel deh" Batin Jessie saat mendengar nama pemuda itu.

"Dino"

"H-hah?"

"Gue manggil lo Dino" Jelas Jessie. "Tapi kok gue ga asing ya sama wajah lo. Apa kita pernah ketemu sebelumnya?" Lanjutnya.

"Hm. Lo yang ngatain gue sama geng gue banci" Jawabnya malas.

"WHAT? Jadi lo yang waktu itu ngeroyok abang gue? Terus cowo-cowo mesum itu anggota lo?" Pekik Jessie heboh.

"Abang? Lo adeknya Vino?" Bingungnya. Seingat Dino, Alvino itu anak bungsu dan tidak memiliki adik.

"Iya, gue adik angkatnya" Jawab Jessie yang melihat kebingungan Dino. "Dah lah gue cabut dulu" Lanjutnya dan kembali berjalan tak tentu arah meninggalkan Dino yang menatapnya dengan tatapan rumit.

⚡⚡⚡⚡⚡

Jessie tidak tahu dimana dirinya sekarang, yang dia tahu hanyalah jalanan sepi yang jarang di lewati orang-orang.

Tidak jauh dari tempatnya berdiri, Jessie melihat seorang wanita berpakaian kurang bahan berlari dengan wajah ketakutan yang kentara dan dibelakangnya ada sekelompok orang berbaju hitam yang mengejarnya.

Jessie yang melihat itu pun mendapatkan kesempatan untuk menuntaskan hasrat yang sempat tertunda tadi.

Dengan segera Jessie berjalan ke gang sepi yang didekat jalan itu dan menarik wanita tadi untuk bersembunyi.

"Butuh bantuan nona?" Tanya Jessie lirih supaya tidak didengar orang-orang yang mengejar si wanita.

Wanita itu mengangguk cepat dan menggenggam tangan Jessie "Tolong aku, kumohon" Ujarnya cepat.

Jessie mengangguk dan memberi isyarat untuk diam saat orang-orang suruhan itu mendekat.

"Dimana wanita itu?"

"Aishhh cepat sekali larinya"

"Cari lagi!"

Setelah mereka pergi wanita itu menghembuskan nafas lega. Tapi itu tidak lama setelah melihat Jessie menyeringai kearahnya.

"Terima kas- k-kau mau apa" Badannya gemetaran ketika melihat Jessie mengeluarkan pisau lipatnya.

"Bermain-main denganmu hihi" Tawanya seperti anak kecil yang dibelikan es krim tapi terlihat menyeramkan dimata wanita itu.

Wanita itu mundur saat Jessie memajukan langkahnya sampai punggungnya membentur tembok.

"Mau lari kemana nona? Kau tidak akan bisa kabur" Ucap Jessie menyeringai seram.

"J-jangan kumohon" Pintanya.

Srett

"Akhhh" Wanita itu berteriak kesakitan saat Jessie menggoreskan pisaunya ke pipi wanita itu.

"Paha ini sangat bagus, putih, dan mulus" Jessie mengelus paha yang terekspos.

Jleb

Jessie menusuk paha wanita itu.

"Akhhh s-sakit sialan"

"Jangan mengumpatiku" Desisnya lalu  memotong bibir wanita itu.

Jessie melihat ke jari-jari tangannya. "Sangat lentik" Ujarnya membelai jari itu.

Tak tak tak

Jessie memotong jari-jarinya hingga terpisah pada tempatnya.

Jessie memejamkan matanya menikmati suara rintihan dan teriakan kesakitan mangsanya serta darah yang muncrat ke mukanya. Emosinya mereda hanya dengan 'bermain' dengan mangsanya.

Membuka baju wanita itu lalu beralih ke perut ratanya. Menusuk, mengobrak-abrik, dan mengeluarkan isinya hingga nyawa wanita itu melayang.

"Mati heh? Lemah" Gumamnya sambil menjilat darah yang ada di pisaunya serta jari-jari tangannya seperti icecream yang tersisa di tangan.

Terakhir, Jessie menggambarkan huruf 'KQ' di bahu wanita itu yang berarti Killer Queen sebagai tanda yang membunuhnya.

Jessie tidak tahu saja bahwa dirinya sedang diperhatikan sejak tadi.

Puk

Seseorang menepuk pundak Jessie membuat Jessie berbalik melihat orang itu.

"Ngapain?" Tanya orang itu.

"Bermain hihi" Tawanya riang membuat orang itu menatap Jessie tajam.

"Kenapa? Dino juga mau jadi mainanku?" Ya, orang itu adalah Dino, sejak tadi dia mengikuti Jessie. Dino juga melihat Jessie yang menyiksa membunuh mangsanya dengan kejam.

Dino menggeleng. "Ayo pulang" Dino menarik tangan Jessie bermaksud menyuruh mengikutinya.

"Gendong ya Dino, Jessie cape" Katanya menatap penuh harap. Sepertinya Jessie sedang mode manja.

Dino menurut, dia menggendong Jessie membawa ke mobilnya. Dino duduk di kursi pengemudi dengan Jessie yang berada di pangkuannya. Jadilah dia menyetir sambil memangku Jessie.

Jessie mencari tempat yang nyaman di ceruk leher Dino lalu tak lama dia tertidur pulas.

Dino yang mendengar dengkuran halus dari Jessie merutuki kebodohannya. Dia kan tidak tahu dimana Jessie ataupun Alvino tinggal. Dino memutuskan untuk membawa Jessie ke markasnya.

Sesekali dia berfikir, kenapa dia banyak bicara dan mengeluarkan ekspresi lebih pada Jessie? Padahal sifatnya dingin dan datar, tapi kenapa jika bersama Jessie dirinya jadi berubah?

Seperti Titan.

🔥

Ada saran?

JESSIEWhere stories live. Discover now