9

12.8K 1.1K 31
                                    

Alvino dkk masuk ke kantin yang sunyi kecuali suara tawa dari meja pojok

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

Alvino dkk masuk ke kantin yang sunyi kecuali suara tawa dari meja pojok. Mereka mengernyit heran, biasanya jika ada mereka pasti selalu ada teriakan-teriakan betina kurang belaian.

Tapi sekarang? Warga kantin fokus melihat ke satu titik. Alvino dkk mengikuti arah pandangan mereka ke meja paling pojok. Terlihat Jessie dan Raymond yang bermesraan tanpa peduli sekitar.

Alvino mengepalkan tangannya marah, dia tidak suka melihat Jessie dekat dengan pria lain.

"WOY BOSS, SINI" Teriakan dari Aldo menggema di seluruh kantin.

Alvino dkk berjalan menuju meja Aldo dan duduk di kursi yang tersedia.

"Lo adiknya Vino kan?" Tanya pemuda yang datang bersama Alvino.

"Hah? Adiknya Vino? Kok lo ga bilang gue" Protes Aldo.

"Iya gue adiknya abang Al. Dan apa untungnya buat gue kalo ngasih tau lo" Jawab Jessie lalu menyuapi sesendok nasi goreng ke mulut Raymond.

"Terserah lo" Kesal Aldo.

"Kenalin gue Lion Pratama"

"Kalau gue Alkana Zaffre Aston"

"Arkana Tinta Aston, Arkan"

"Darwin"

"A-aku Ara, Tamara Ferani Putri Aston"

"Jessie"

Mereka anggota geng motor WolfWide. Salah satu geng motor yang terkenal di kotanya. Dengan Darwin Valendron Galendra yang menjabat sebagai ketua serta protagonis dalam novel 'Love'. Axel sebagai wakil dan Alvino, Arkana, Alkana, Aldo, dan Lion sebagai anggota inti.

Jangan lupakan Ara selalu berada diantara mereka dan merusak pemandangan di tengah-tengah kumpulan cogan. Bikin sakit mata aje nih saudara yeen.

Suasana kembali hening sebelum suara seseorang memecahkan keheningan.

"Siapa yang mau pesen?" Tanya Alkan.

"Lo aja. Seperti biasa ye" Sahut Lion.

Alkan berdecak tapi tak urung dia juga berjalan ke stand makanan.

"Aku mau pesen juga kak" Ucap Ara berdiri dari duduknya.

"Ga usah, udah ada Alkan yang pesen" Ujar Arkan, abang angkat Ara.

"A-ara mau pesen sendiri aja kak"

"Biarin aja" Darwin angkat bicara.

Setelah Arkan mengizinkan Ara pun pergi ke stand makanan.

Ara kembali dengan nampan berisi bakso yang masih panas.

Saat melewati Jessie tiba-tiba dia terjatuh dan baksonya tumpah ke punggung Jessie.

Byurr

Pranggg

Suara pecahan kaca itu membuat mereka semua terkejut terutama Jessie. Dia merasa punggungnya basah serta panas.

Jessie memejamkan matanya menahan amarah karena acara makannya terganggu serta tangan mulusnya luka karena pecahan kaca. Untung saja bayinya tidak terkena pecahan kaca atau kuah bakso.

"Tangan Jeje berdarah" Panik Raymond.

"Bangsat" Desisnya menatap tajam tangannya yang mengeluarkan darah segar.

"Hiks hiks. A-aku ga sengaja hiks..."

Jessie memindahkan Raymond dari pangkuannya. Berdiri lalu menjilati darah yang ada di tangannya. "Enyak" Gumamnya tapi masih bisa didengar.

Mereka terdiam bahkan Ara yang duduk di lantai seperti gembel bergetar ketakutan karena aura yang dikeluarkan Jessie tidak main-main.

Berjalan mendekati Ara "Darah dibalas dengan darah" Desisnya tajam. "Urusan kita belum selesai" Ucapnya lalu berjalan santai keluar kantin.

Sebelum pergi dia berteriak "ALDO ANTERIN BAYI GUE KE KELASNYA. BAWAIN TAS GUE KE RUMAH PAS PULANG NANTI. GUE PERGI DULU BYE"

"MAU KEMANA LO?" Balas Aldo ikut berteriak.

"MENCARI PELAMPIASAN" Aldo yang mendengar itu mengacungkan jempolnya.

Aldo tau pelampiasan yang dimaksud Jessie adalah bermain darah untuk meredakan amarahnya. Gesrek-gesrek gini Aldo itu juga peka dengan keadaan.

Raymond menghampiri Ara yang masih duduk sesenggukan di lantai kantin.

"Berdiri" Suruhnya yang dituruti Ara.

"Gara-gara lo Jeje luka!" Teriaknya.

Bruk

Raymond mendorong Ara sampai terbentur meja. "Itu semua gara-gara lo. Jalan itu pake kaki, liatnya pake mata! Lagian ngapain lo jalannya harus lewatin Jeje dulu kan bisa langsung ke kursi lo" Marahnya.

Aldo yang melihat Raymond yang sudah tidak terkendali pun menariknya pelan.

"Jeje pasti kesakitan" Lirihnya menatap Aldo.

"Jessie gabakal kenapa-kenapa kok. Gue anter ke kelas lo ya, Jessie yang suruh tadi" Ucapnya diangguki Raymond lalu mereka berdua keluar menuju kantin yang lumayan sepi, karena bel sudah berbunyi saat Jessie keluar kantin tadi.

Alvino berjalan mendekati Ara disertai tatapan tajamnya.

"Hiks A-ara ga s-sengaja hiks. Abang Al"

"Jangan panggil gue dengan sebutan kayak gitu" Bentaknya membuat Ara semakin bergetar ketakutan.

"K-kenapa hiks, kenapa J-jessie boleh?" Tanyanya terbata-bata.

"Karena dia spesial, nama Al itu dari dia khusus buat gue. Jangan berani-beraninya lo sebut nama itu, karena tidak ada yang boleh menyebutnya kecuali Jessie" Ujarnya lantang.

"Urus nih pacar lo" Lanjutnya menatap Darwin.

Segera Darwin membawa Ara pergi dari kantin meninggalkan mereka.

⚡⚡⚡⚡⚡


Jessie berjalan di trotoar dengan lesu. Dia sudah membuang baju seragamnya dan hanya memakai kaos hitam serta rok sekolah.

Sepanjang jalan Jessie mengumpati orang yang menumpahkan kuah bakso ke punggungnya, walaupun dia memakai kaos tapi tetap saja punggungnya perih.

"Anjing banget tuh si Ara. Lagian ya, yang ketumpahan kuah panas sama kena pecahan kaca itu gue. Tapi kenapa dia yang hiks hiks pea. Gue yang kena aja ga sampe nangis kejer gitu menikmati darah yang keluar dari tubuh gue malah" Dumelnya sebal.

"Wait. Bukannya ini tertulis di novel ya? Tapi kan yang kena harusnya si antagonis dan gue daritadi ga liat si antagonis" Jessie mengingat-ingat alur novel yang dibacanya dulu.

"Antagonis sedang berlibur ke Singapura"

"Alurnya bener-bener berubah"

"Saat kakak masuk ke sini alurnya berubah"

"Bodoamat soal alurnya mending gue cari mangsa. Hasrat yang udah mati-matian gue kubur bangkit lagi. Arghhh sialan" Jessie mengacak rambutnya frustasi lalu menendang kaleng soda yang berada di depan kakinya.

Tuk

"WOI"

🔥






Bobo. Udah malem!

JESSIENơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ