33

413 96 38
                                    

Bab 33
.

ardor

.

"Cantik."

Pujian itu dilontarkan oleh laki-laki yang saat ini tengah duduk di jok motornya, seraya memandangi Deluna yang baru saja tiba dihadapannya.

Deluna sontak memukul bahu Rega pelan, tangannya menutupi sebagian wajahnya yang tertawa. "Apaansih."

Rega juga tertawa kecil, tangannya terangkat untuk mengacak rambut Deluna pelan. "Helm nya mana, Cantik?"

"Gaaa, jangan di acak-acak, dan jangan manggil gitu."

Yang di peringati hanya mesem-mesem.

"Gue ambil helm dulu, lupa." Lantas Deluna berlari kecil memasuki rumah, mengambil helm full face dengan model yang sama seperti milik Rega.

Sekarang pukul lima sore, keduanya baru saja memutuskan untuk keliling kota seraya menikmati sunset.

"Udah?" Tanya Rega ketika Deluna baru saja naik ke atas motor, Deluna berdehem.

"Udah."

"Yaudah, turun."

"Heh." Gadis itu melotot, tangannya ikut berkontribusi dengan memukul helm Rega.

Keduanya lantas bergabung dengan kepadatan kota, pilihan yang salah sebenarnya jalan di jam seperti ini karena ini jam-jam orang pulang kerja, tetapi mungkin hal itu terasa tidak ada rasanya karena Deluna dan Rega sama-sama menikmati waktu kebersamaan mereka yang jarang ada.

"Gaa, masa gue kemarin ke minimarket kan, bawa motor, eh ada orang pacaran terus naik motornya ugal-ugalan, nyalip sana sini, bikin sebel aja."

Rega meliriknya lewat spion. "Terus lo apain orang itu?"

"Ya gue reflek ngerem, asli, deg-degan banget loh gue, mana tu orang malah ketawa-ketawa lagi."

"Harusnya lo teriakin."

"Teriakin apaan?"

"Ya apaan aja kek, atau kalo nggak lo klaksonin keras-keras biar malu mereka."

"Udah lah." Deluna menjawab cepat. "Gue klaksonin, tapi nggak teriak, maluu, rame bangett."

Rega tertawa. Duduk di atas motor, meski dengan kepadatan kota yang tidak terkira tidak membuatnya merasa bosan atau sebal, dirinya suka, suka mendengarkan Deluna bercerita apa saja tentang hal random kehidupannya.

Dan Deluna juga suka, suka ketika cerita-cerita yang keluar lewat mulutnya ditanggapi dengan begitu apiknya. Karena Deluna sebelum bertemu dengan Rega adalah Deluna yang tidak suka banyak bicara sebab tidak ada yang bisa dia ajak bercengkrama. Maka ketika dia menemukan teman bicara yang bisa memahaminya membuatnya entah mengapa merasa bahagia. Dia ingin terus bercerita, bercerita apa saja yang bisa membuatnya tidak merasa hidup sendiri di dunia.

"Lo lebih suka jalan-jalan keliling gini apa jalan ke suatu tempat?" Yang laki-laki bertanya, sesekali matanya melirik ke arah traffic light yang menunjukkan warna merah.

"Lebih suka kaya gini, keliling." Deluna memajukan tubuhnya. "Yang penting ada temennya, biar bisa di ajak ngobrol."

"Tapi kalo sendiri juga bisa kok ngobrol, sama diri sendiri."

"Ya bisa sih, gue juga sering, cuman kalo keseringan juga bikin gue sadar kalo gue nggak punya siapa-siapa." Deluna tertawa garing.

Tetapi Rega tidak setuju atas ujaran Deluna. "Apaansih, Lun, kan sekarang lo udah ada gue." Karena dia tidak suka ketika keberadaannya tidak dianggap ada.

KalopsiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang