21

528 117 22
                                    

Bab 21

.

perihal cita

.

"Jadi lo jangan deket-deket sama dia."

Sepersekian detik setelah ucapan itu terlontar dari mulut Ily, tubuh Rega menegang, dan entah karena apa, sesuatu dalam tubuhnya terasa seperti ada yang menggores.

"Pacar?"

Berbeda dengan Rega yang membeku, Deluna malah mengernyitkan dahinya, bingung.

Ily yang berpandangan dengan Deluna memberi kode, tetapi memang dasarnya Deluna yang tidak paham, dia semakin mengernyit.

"Apasih? Terus maksudnya pacar apa?"

Rega juga terbingung, menoleh antara Ily dan Deluna.

Ily dalam hati mengumpat, dasar, kenapa tidak bisa di ajak kerja sama sih?!

"Ini gimana sih, Deluna lupa sama pacarnya?"

Rega bertanya tidak mengerti, maksudnya, masa iya Deluna tidak ingat punya pacar?!

"Dia kakak gue." Deluna menjawab santai.

"HAHAHAHAHHA."

Ketiganya menoleh ke arah sumber tawa itu berasal, di pintu masuk rooftop, ada Angelia yang tengah berdiri seraya memegangi perutnya dengan tertawa terbahak-bahak.

Angelia melangkah masuk, menetralkan tawanya agar berhenti, "kocak banget, dia kan niatnya mau ngerjain Rega, napa lo kaga paham sih."

Angelia menunjuk Ily, masih dengan sisa tawa disana.

Deluna menoleh bingung ke arah kakaknya, Ily tengah memandangnya dengan ekspresi sedikit kesal, kemudian Deluna tersenyum canggung, "Eh? Oh, maaf."

Ily memutar bola matanya, mengacak sedikit rambut Deluna, "Nggak usah minta maaf, bukan salah kamu, aku kebawah dulu."

Deluna mengangguk mengiyakan.

"Gue juga deh," disusul dengan Angelia yang juga melangkah turun.

Kedua orang itu berdiri dalam diam, sedikit canggung.

"Makasih ya, Ga?" Deluna berkata pelan.

Rega memandang Deluna yang sudah kembali bertumpu di pagar, tatapan Deluna lurus memandang kerlip-kerlip kota disana, "makasih.. buat apa?"

Deluna tersenyum tipis, "karena.. udah nemenin gue?"

Rega tertawa kecil.

"Waktu gue kecil.. " Deluna kembali membuka suara, didengarkan dengan seksama oleh Rega.

".. Mama bilang 'jangan capek jadi anak baik ya, Nak, jangan jadi jahat meskipun kamu di jahatin sama orang, nanti kamu nggak ada bedanya sama dia, terus kamu juga jangan jahat sama diri sendiri, masa orang lain kamu baikin tapi diri kamu, malah kamu jahatin'.. "

Deluna menoleh ke arah Rega, menatap obsidian hitam yang memantulkan refleksi dirinya.

".. gue dulu nggak begitu tau artinya apa karena gue belum ngalamin sendiri, tapi sekarang, rasa-rasanya meskipun gue udah berusaha buat jadi baik, buat enggak jadi jahat, nyatanya gue tetep jahat kan? Gue.. jahat karena ngerebut posisi Angelia, selain itu gue juga jahat sama diri sendiri karena.. gue terlalu memaksakan buat jadi nomor satu ya, Ga?"

Rega menggeleng pelan, "Mau nomor satu mau nomor dua itu nggak penting, yang penting bukannya lo menikmati semua proses buat menuju batas yang lo pengenin?"

KalopsiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang