"Indahnya...."

Jehan melangkahkan kakinya dengan membawa susu kotak ditangannya dengan rasa vanilla, Jehan masuk kedalam kelas Hera dilihatnya cewek itu tengah membersihkan barang-barang yang ada di mejanya.

Jehan terdiam beberapa waktu tapi saat Hera melihatnya dia tersenyum hingga matanya pun ikut tersenyum.

"Hai Hera." sapanya dengan melambaikan satu tangan pada Hera.

Hera menyunggingkan senyum tipis pada Jehan, "hm."

Jehan melangkah pada bangku Hera, tapi bukan berhenti tepat pada Hera melainkan kebelakang yaitu bangku Alana.

Meletakkan minuman itu dibangku Alana sontak saja membuat Alana menatap Jehan.

"Ini apa?" tanyanya dengan polos.

"Buat Lo." balas Jehan.

"Makasih Jehan." ucap Alana dibalas anggukan oleh Jehan.

Tak berhenti disana, Jehan malah mengajak Alana untuk pergi kekantin makan bersama karena selama ini Alana selalu sendiri kalau istirahat.

"Aku? Kenapa?" tanya Alana lagi. "Kenapa Lo gak mau?" sarkas Jehan.

Alana menggeleng, "enggak bukan Begitu, aku cuma kaget aja karena gak biasanya kamu ngajak aku."

"Yaudah ayo." Jehan menarik tangan Alana keluar dari kelas melewati Hera.

Hera melihat itu, dan mendengar semuanya. Dirinya berjalan keluar kelas, menuruni tangga untuk sampai di lantai dasar sekolah.

"Tumben Lo keluar kelas." celetuk Yura yang berdiri dibelakang Hera.

Dirinya melihat Hera celingukan seperti mencari orang.

"Panjang umur Lo, makan bareng gue." ajak Hera tiba-tiba.

Saat hendak menarik Yura, dengan cepat Yura menahan tubuhnya dan menatap Hera.

"Tumben nih, kenapa? Gak punya temen lagi ya?" ledek Yura dengan bercandaan.

Hati Hera berdesis, iya benar dia tidak punya teman lagi selain Yura.

"Hmm mau gak? Entar Lo nyesel kalau gak mau makan sama gue." ucap Hera.

"Gue bisa makan sama Lo kapanpun dan di manapun Ra, ayo mau makan apa nih?" tanya Yura mendekap Hera dari samping dan berjalan menuju kantin.

"Beli makanan ringan aja terus makan di taman sekolah." sahut Hera berusaha melepas dekapan Yura.

"Diet Lo mau makan makanan ringan." Hera mengangguk cepat, tak mau lagi aduh mulut dengan Yura.

****

"Ikbal kamu pergi saja, saya masih ada sesuatu Sebentar. Jangan lupa jemput Hera hari ini." ucap Alora pada asisten sekaligus orang yang selalu memantau Hera.

"Apa baik-baik saja kalau nona Alora sendiri seperti ini?" tanya Ikbal memastikan.

Alora mengangguk, "pergilah, jalankan perintah saya Ikbal." Ikbal pun menunduk lalu pergi menjalankan perintah Alora.

Alora pergi ke pusat perbelanjaan, membeli sesuatu yang diinginkannya.

"Alora aku bisa bicara dengan mu." Alora membalikkan tubuhnya merasa ada yang berbicara padanya.

Seketika tubuhnya mematung melihat Yolan berdiri tepat didepannya.

"Apalagi sekarang? Apa harus menunjukkan wajahmu lagi didepan ku seperti ini?" ucap Alora penuh penekanan.

"Aku ingin bicara, apa kau punya waktu luang?" Alora menatap Yolan dengan mengintimidasi.

"Tidak."

"Sekali ini saja... Saya mohon?" Alora menepis tangan Yolan dari dirinya.

"Entah apalagi yang ingin kau katakan, tapi baiklah akan ku dengarkan." ucap Alora akhirnya.


Hera dan Yura duduk di taman dengan makanan ditangan masing-masing.

"Asik banget gue makan bareng Hera berdua doang." ucap Yura tersenyum sendiri.

Hera mendelik geli menatap Yura dari samping, "hidup Lo lebay banget kayaknya." cetusnya membuat Yura mengangguk.

"Alay gapapa kali, asal Lo ga mati cuma karena Lo alay." balasnya dengan masih senyum-senyum sendiri.

"Ya serah elo deh."

Yura meletakkan makanannya di kursi lalu dirinya mendekap Hera, sehingga Hera merasa sesak karena tepat dibawah ketiak Yura.

"Ihh curut lepas, napas gue sesak!!" teriak Hera menepuk lengan Yura.

"Enggak mau, gue gemes sama Lo Hera!!" balas Yura dengan begitu kegirangan.

"Iya mati gemes kalo begini curut!" Hera tak kuasa menahan teriakannya tak peduli ada beberapa siswa yang menatap mereka berdua.

"Hera jangan suka marah-marah lagi dong. Lo tuh gemes kalo baik dan gak jutek." ucap Yura mengusak rambut Hera yang masih ada didekapnya.

"Stress Lo." Hera telah pasrah, napasnya terasa habis saat ini.

"Badan Lo bau btw." sinis Hera.

"Ah yang bener Lo?" tanya Yura, akhirnya dekapan itu terlepas dan buru-buru Hera mengatur nafasnya kembali.

"Lu cium aja sendiri." ucap Hera menatap sinis Yura.

"Juju banget sih." ucap Yura mengerucutkan bibirnya.

"Sok imut Lo, muka kang palak kayak Lo ga cocok tau kayak gini." Hera mengatakannya tanpa beban membuat Yura mendesis.

"Astaga, tuhkan Lo tuh kalau ngomong jujur banget heran gue."

"Hidup emang harus jujur, udah ya gue kekelas bentar lagi bel masuk." pamit Hera yang diangguki oleh Yura.

"Entar pulang bareng oke!!" Yura meneriaki Hera yang mulai menjauh.

"Enggak!" balas Hera berteriak.

"Hmm tampangnya sok jutek padahal udah jelas Lo tuh mau bergaul kayak gue kan... Tunggu aja gue buat Lo jadi orang gila Ra!" Yura tertawa sendiri membayangkan Hera keluar dari zona nyamannya selama ini.




To be continued

Besok up lagi... Spesial Hari ibu<3

1. PASSING BYWhere stories live. Discover now