"Astaghfirullah Zizel nggak boleh nonton film maksiat nak" nasehat Zayyan.

Zizel menurunkan tangan Maclo dari matanya. "Gua nggak nonton cuman ketonton aja, kalau boleh tau judulnya apa?" Zizel berjalan mendekat ke gerombolan cowok itu.

Lalu matanya gagal fokus saat melihat beberapa celana murid cowok yang menggembung.

"Kok celana lo kayak balon ditiup sih gembung gitu?" Zizel menunjuk burung perkutut beberapa murid cowok.

"Itu adeknya tegang Zel minta dielus-elus" sahut Algis.

"Sini gua elus biar lem-"

"HEH!" seru cowok disana kompak.

"Jangan macem-macem, itu bukan punya laki lo yang bisa lo sentuh" Maclo ketar-ketir.

Zizel ditarik Maclo keluar dari kelas karena tak baik membiarkan anak dibawah umur bertanya kepada bandar link di dalam.

"Maclo tadi gua udah lihat tau sebelum lo tutup matanya, kasihan banget nenen ceweknya disedot padahal nggak ada susunya tadi" celotehan Zizel membuat Maclo panas dingin.

Maclo berhenti tepat di kelas Zizel. "Masuk sekarang, belajar yang bener." Maclo pergi selangkah namun berbalik lagi untuk mendaratkan kecupan di pipi Zizel.

"I love you smootchie." bisik Maclo lalu langsung kembali ke kelas.

"Apa sih smoothcie-smoothcie, dasar abg alay." geli Zizel.

Tiba di dalam kelas Zizel kembali teringat tentang kaos kaki, ia buru-buru menghampiri Luvena yang asik sarapan sandwich buatan Belvi.

"Tolongin gua!" mohon Zizel mengedipkan matanya.

Luvena memijit kening karena tak habis pikir dengan ide Zizel yang membuat mereka bertukar kaos kaki sebelah-sebelah untuk mengelabui bu Bona.

"PR yang minggu lalu sudah kalian kerjain belum?" Tanya bu Bona berdiri dari duduknya dan berkeliling.

"Luv lo belum ngerjain matematika?!" kaget Zizel.

Luvena semakin merutuki dirinya hari ini, bagaimana dia bisa lupa kalau belum mencontek PR matematika.

"Siapa yang belom ngerjain?" tanya bu Bona membuat Luvena gemetaran bukan karena jatuh cinta tapi jatuh ke dalam masalah.

Luvena mengangkat tangan dan menarik perhatian bu Bona. "Sini maju Luvena." suruh bu Bona.

Zizel tidak tega jika hanya Luvena yang terkena hukuman padahal ia juga tak menaati peraturan.

"Kamu ngapain anak manis?" heran bu Bona.

"Mau ikutan dihukum!" jawab Zizel semangat.

"Ini apa? Yaampun kalian berdua tuh udah sama-sama gak ngerjain pr sekarang kaos kaki tempang tempong begini. Gemes ibu" Ucap bu Bona mengepal tangannya di depan dua murid cewek itu.

"Saya ngerjain tugas ibu kok, cuman mau nemenin Luvena karena dia tadi udah minjemin sebelah kaos kaki yang warna putih." terang Zizel.

"Ini namanya real friend bu." tambah Luvena merangkul bahu Zizel.

"Real friend, real friend. Ini lagi matematika bukan bahasa Inggris." Bu Bona geram dan mencubit lengan Luvena gemas.

"Cabut rumput sekarang! Minta tong nya di pak Udin." titah Bu Bona.

"Tapi saya disuruh sekolah buat jadi orang sukses berjiwa pembisnis bu, bukan jadi babu sekolah." celetuk Zizel mendapat tabokan dari Luvena di punggung.

"Itu derita kalian, siapa suruh nggak taat aturan! Karyawan aja kalau ngelanggar ada sanksi."

"Tapi tujuan saya sekolah buat jadi bos bukan karyawan, karena saya nggak mau dapet sanksi."

MACLO [ SEGERA TERBIT ]Kde žijí příběhy. Začni objevovat