Meluluhkan Kerasnya Hatimu

465 87 34
                                    

Kalau sesuai jadwal, harusnya malam ini Langit RON di Makassar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kalau sesuai jadwal, harusnya malam ini Langit RON di Makassar. Namun, demi Senja dia tukar jadwal dengan temannya. Begitu selesai terbang dan lepas jam kerja, Langit langsung pulang ke Jakarta. Subuh tadi baru sampai rumah sakit.

Suasana di ruang rawat pagi ini sedikit tegang, sebab Handoko masih mengeraskan hatinya. Langit tak sedikit pun beranjak dari samping Senja yang terbaring lemah di brankar. Tangan kirinya diinfus. Senja mengalami dehidrasi akut.

"Makan, ya?" pinta Langit sangat lembut.

Namun, Senja menggeleng, dia malah menangis tanpa bersuara. Langit menarik napas panjang, dia bingung harus bagaimana lagi membujuknya agar mau makan.

"Kamu minta apa? Aku beliin."

Lagi-lagi Senja menggeleng. Dia menatap Langit terus, tetapi tak sedekit pun membuka mulut, malah air mata yang mengalir melewati ekor matanya.

"Aku bingung kalau kamu enggak bicara. Mana aku tahu mau kamu apa."

Meski tubuhnya lunglai, sekuat tenaga Senja meraih tubuh Langit dan memeluknya sangat erat.

"Aku cuma mau sama kamu," ucapnya lirih di samping telinga Langit.

Tangisan Senja pecah, dia menyembunyikan wajahnya di sela-sela leher Langit. Ayu dan Hana yang duduk di sofa ikut menangis. Mereka saling menggenggam tangan untuk menguatkan diri. Surya melirik Handoko yang masih saja mengeraskan wajahnya.

"Sabar, nanti kalau sudah waktunya kita bakalan bersama lagi." Langit mengelus rambut Senja sangat lembut.

"Kapan?"

Langit menoleh Surya, lalu beralih ke Handoko yang membuang muka ke arah lain. Tak sudi menatap Langit.

"Nanti."

"Nanti kapan?"

"Kalau papa kamu sudah merestui kita."

"Jangan peduliin Papa. Dia enggak akan ngertiin kita. Aku cuma mau sama kamu, Lang."

"Iya. Sabar, ya? Kita butuh restu orang tua."

Senja melepas pelukannya, dia menatap kedua mata Langit yang merah karena kantuk, lelah, dan menahan tangis menjadi satu.

"Mama pasti bolehin," ucap Senja lirih dengan wajah sangat sedih.

Tak tega melihat wajah tirus dan kusut Senja, air mata Langit akhirnya luluh. Sekuat apa pun ditahan, air mata itu tetap keluar dari persembunyiannya.

"Sabar." Hanya itu yang dapat diucap Langit sambil menangkup kedua pipi Senja.

"Aku enggak mau kita begini terus. Katanya kita mau liburan ke Turki. Kapan? Kamu bilang mau nabung dulu tiga bulan, kan? Ini udah hampir dua bulan. Aku enggak sabar kita bisa ke Cappadocia, naik balon udara di sana."

Benar-benar hancur hati Langit mendengar semua perkataan Senja. Bagaimana bisa dia mewujudkan salah satu impian Senja itu jika Handoko masih mengeraskan hatinya. Kepalanya sangat pusing, dia memijat pelipis sambil menarik napas panjang.

AVIATION IS JUST A LOVE STORY (Airman punya segudang cerita)Where stories live. Discover now