Hari Spesial Senja

463 87 21
                                    

Berdecak kesal campur kecewa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Berdecak kesal campur kecewa. "Masa sih dia enggak tahu." Senja mendumel sembari menyisir rambutnya di depan cermin meja rias.

Dia melirik ponselnya yang ada di atas meja rias, berharap Langit ingat. Sudah lima hari ini dia tidak pulang. Sejak Hana mengetahui mereka tidur terpisah, dia kadang sering tiba-tiba datang dan menginap. Hal itu menyebabkan Senja tidak kembali ke kamarnya dulu, melainkan tetap tidur di kamar Langit walau tidak ada Hana. Berjaga-jaga jika sewaktu-waktu keluarga yang lain datang dan menginap. Senja mendengkus kesal, dia masukan ponselnya di tas, mencangklongnya, lalu keluar dari kamar.

"Selamat pagi, Bu," sapa Lastri yang sedang membersihkan ruang tengah.

"Pagi," jawab Senja singkat tanpa menoleh Lastri.

Saking suasana hatinya sedang kacau, Senja tidak tetarik dengan sarapan yang sudah disiapkan Sumi, melirik saja tidak, dia langsung berangkat kerja. Entah mengapa rasanya hari ini dia selalu ingin marah. Bawaannya kesal dan uring-uringan tak jelas. Ada yang mengganjal di dada, tetapi apa? Apa dia berharap Langit mengingat bahwa hari ini ulang tahunnya?

"Apa dia beneran enggak tahu ulang tahunku, ya?" Senja menerka-nerka. "Ah, dia pasti pernah lihat KTP-ku dong. Di KK kan juga ada tanggal lahirku. Masa dia lupa? Apa aku ingetin aja, ya? Tapi kok kesannya aku mau minta sesuatu darinya, gengsi dong." Saking kesalnya, Senja sampai memukul setir mobil.

Perjalanan dari rumah ke kantor Senja tidak terlalu jauh, sekitar tiga puluh menit sampai, itupun jika tidak macet. Sampai kantor, tidak ada kejutan ataupun sambutan untuknya. Semua karyawan bersikap seperti hari biasa. Bertemu dengan Jesica dan Rianti di depan ruang kerjanya, mereka juga tidak mengatakan sesuatu kepada Senja. Apa semua orang melupakan hari ulang tahunnya? Bahkan orang tua dia juga tidak mengucapkan apa pun, padahal biasanya Ayu orang yang paling pertama mengucapkan.

Saat Senja ingin membuka pintu ruang kerjanya, Rianti memanggil, "Bu Senja."

Hati Senja sedikit bahagia, dia sudah gede rasa, pasti Rianti ingin mengucapkan selamat ulang tahun padanya. Senja memasang senyum terbaik.

"Iya?" Dia bersiap mendengarkan.

"Jadwal meeting hari ini, Bu." Rianti memberikan Ipad-nya kepada Senja. "Ada beberapa pertemuan dengan klien di luar kantor. Bu Senja bisa, kan? Atau diwakilan Jesica?"

Bibir yang tadinya terlukis senyuman lebar, seketika memudar. Wajah Senja berubah datar. "Enggak usah, biar saya saja."

Setelah mengembalikan Ipad Rianti, dengan wajah masam, Senja masuk ke ruangannya. Dia menjatuhkan tubuhnya di kursi putar. Baru dia akan menyalakan laptop, pintu ruangan terketuk.

"Iya, masuk!"

Pintu kayu bercat cokelat itu terbuka. Buket mawar berukuran cukup besar menutupi wajah seseorang. Senja menautkan kedua alisnya, dia penasaran pada orang di balik bunga itu. Senja berdiri, dia menunggu sampai orang itu berdiri di depan meja kerjanya. Seorang pria menyanyikan lagu Happy Birthday To You. Saat bunga itu diturunkan, senyum mengembang dari bibirnya.

AVIATION IS JUST A LOVE STORY (Airman punya segudang cerita)Where stories live. Discover now