Kehangatan Keluarga

447 81 22
                                    

Sangat pelan Langit membuka pintu kamar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sangat pelan Langit membuka pintu kamar. Pukul 02.00 WIB dia baru sampai rumah. Senja sudah tidur lelap di bawah lampu temaram. Malam ini Langit baru bertemu Senja lagi setelah terakhir mereka di Jogja tiga hari lalu. Pelan-pelan Langit masuk kamar mandi dan membersihkan diri. Setelah itu dia memakai piamanya. Saat Langit ingin naik ke tempat tidur, Senja bergerak. Langit spontan mematung, takut membangunkannya.

Ketika melihat wajah polos Senja yang sedang tidur, Langit sejenak memperhatikannya. Senyum tersungging di bibir Langit, lantas dia menggeleng. Tiba-tiba Langit teringat sesuatu. Dia turun dari ranjang dan mengambil benda di kopernya. Langit membuka sebuah kotak, dia mengambil gelang tali hitam yang bandulnya kunci. Sangat pelan dan hati-hati dia memasangkannya di tangan kanan Senja.

"Semoga kamu bisa membuka hatiku yang saat ini masih tergembok," bisik Langit mengelus rambut Senja pelan.

Dia juga memakai gelang yang bandulnya gembok. Setelah menyimpan kotak gelangnya di laci nakas, Langit berbaring, dia memejamkan mata, dan terlelap.

***

Sayup-sayup Senja mendengar azan. Bulu mata itu mulai bergerak, dia mengejap. Saat matanya sudah terbuka sempurna, Senja hampir memekik. Syok melihat wajah Langit tiba-tiba sangat dekat dengannya. Senja menoleh ke belakang, ruang di belakangnya masih cukup luas. Berarti Senja yang mendekat pada Langit. Dia merasa pinggangnya berat, Senja melihat, ada tangan Langit memeluknya. Hati Senja menghangat, senyum mengembang di bibirnya.

Begini aja aku sudah seneng, Lang, batin Senja menikmati wajah lelah Langit yang sedang tidur lelap. Biarkan aku begini sebentar, aku akan puas-puasin memandangmu, Lang. Kalau kamu nanti bangun, aku malu pasti kalau memandangmu begini, ucap Senja dalam hati sambil meneliti pahatan Tuhan yang sempurna itu.

Kedua alisnya tebal, bibir tipis nan merah, hidung mancung, dan rahang kukuh. Senja memberanikan diri mengangkat tangannya dan menyisihkan rambut Langit yang menutupi dahi. Dia baru sadar bahwa ada gelang yang melingkar di pergelangan tangannya. Senja tak menyangka, dia hanya bisa mesam-mesem. Apalagi dia melihat Langit juga memakai gelang sepertinya di tangan kanan.

"Makasih, ya, Lang. Aku enggak tahu jalan pikiranmu. Tapi, kamu selalu memberiku kejutan. Kadang bikin aku kesel, kadang juga bahagia. Jika nanti sudah waktunya kita berpisah, aku harap perpisahan kita tidak saling memberi luka."

Senja beranjak dari tempat tidur, dia membersihkan diri sekaligus berwudu. Saat keluar dari kamar mandi, dia melihat Langit sudah duduk sambil menunduk di tepi ranjang.

"Kamu kok bangun?" tanya Senja sembari berjalan ke depan lemari, mengambil sajadah dan mukena.

"Waktunya salat, Ja," jawab Langit lemas, suaranya serak.

Padahal dia masih sangat ngantuk dan lelah, matanya terasa sepet. Wajar saja, Langit baru tidur. Belum puas tentunya.

"Ya sudah sana wudu. Imami aku," kata Senja sudah menggelar dua sajadah, lalu memakai mukenanya.

AVIATION IS JUST A LOVE STORY (Airman punya segudang cerita)Where stories live. Discover now