Pergi!

454 88 46
                                    

Rindunya pada Senja tak terbendung

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।

Rindunya pada Senja tak terbendung. Langit tak peduli jika Handoko mengusirnya. Malam ini dia nekat ke rumah Senja. Bermodal sebuket mawar merah, dia memberanikan diri memencet bel rumah. Seorang perempuan paruh baya membukakan pintu.

"Bi, Bapak sama Ibu ada?" tanya Langit sangat sopan sambil mengatur debaran jantungnya yang berdetak cepat.

"Sebentar, ya, Mas. Saya panggilkan dulu."

Langit tak dipersilakan masuk, pintu malah ditutup kembali. Firasatnya buruk. Dia menunggu di depan pintu. Beberapa saat kemudian pintu kembali terbuka. Tampak Handoko dengan wajah kerasnya, sedangkan Ayu masih memamerkan senyum tipis.

"Mau ngapain kamu ke sini?" sergah Handoko tanpa melihat Langit.

"Saya mau ketemu Senja."

"Dia tidak ada di rumah! Mending kamu pulang sana! Kamu sudah tidak ada kepentingan di rumah ini."

"Maaf sebelumnya, tanpa mengurangi rasa hormat saya ke Papa sama Mama, mmm ... maaf, Om sama Tante ..." rasanya sangat sakit sekali mengubah sapaan itu. Namun, Langit menahannya, "Senja sampai detik ini masih istri saya. Sebagai suami, saya punya hak untuk menemuinya."

"Ingat, kalian menikah itu sekadar kontrak!" Handoko menunjuk wajah Langit sambil melotot. "Senja masih punya harga diri, dia wanita yang lahir dari keluarga terhormat! Enggak sudi aku menyerahkan anak semata wayangku kepada lelaki yang tidak bisa menghargai perempuan, apalagi itu istrinya. Kamu mengkhianati pernikahanmu, sama saja kamu sudah meremehkanku! Kamu sudah menginjak-injak harga diriku!"

"Saya mencintai Senja."

"Halah! Bulshit!"

"Sumpah, Om, demi Allah, saya sudah mencintai anak Om."

"Aku enggak akan percaya lagi sama kamu. Lelaki itu yang dipegang janjinya. Kamu bisa mempermainkan janjimu dengan Tuhan, apalagi denganku yang hanya manusia biasa."

"Om, tolong percayalah. Bilang saja, apa yang harus saya lakukan untuk mempertahankan rumah tangga ini. Saya janji akan memenuhinya."

"Enggak perlu!" Suara Handoko meninggi.

Menghempaskan gengsi, Langit menjatuhkan diri dan berlutut di depan Handoko. Ayu yang melihat hal tersebut langsung bergerak, dia menahan Langit dan memintanya berdiri. Namun, Langit masih bertahan di posisi itu. Dia mendongak, menatap Handoko, mengiba agar diberikan kesempatan kedua.

"Kamu enggak harus melakukan hal ini, Lang," kata Ayu sambil memegang lengan Langit. Air matanya sudah membanjiri pipinya yang tirus.

"Enggak apa-apa, ini memang yang seharusnya saya lakukan, demi rumah tangga saya sama Senja agar kembali utuh. Saya mencintainya, Tante." Kedua mata Langit berkaca-kaca. Ayu melihat ketulusan di dalam manik kecokelatan itu.

"Pa, beri Langit waktu untuk bicara dan menjelaskan semuanya." Ayu membantu Langit meluluhkan kerasnya hati Handoko.

"Masuk kamu!" Bukannya mengiyakan, Ayu malah disentak Handoko, sampai tubuh langsing itu terperanjat. "Kamu enggak usah membela pria brengsek ini!" Handoko menunjuk Langit.

AVIATION IS JUST A LOVE STORY (Airman punya segudang cerita)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें