Ini Rasa Apa?

464 86 13
                                    

"Lang, udah tidur belum?" Suara Senja lirih

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Lang, udah tidur belum?" Suara Senja lirih.

Posisi Langit memunggunginya. "Belum. Kenapa?" Langit membalikkan badan menghadap Senja yang terlentang menatap langit-langit kamar.

"Aku enggak bisa tidur."

"Kenapa?"

"Kepikiran."

"Kepikiran apa?"

"Harusnya hari ini jadwalku pergi ke Jambi, Lang."

"Terus?"

"Aku mau pergi, tapi enggak enak sama orang tua kamu."

Langit menghela napas panjang dan dalam. Benar-benar Senja tak peduli padanya, pikir Langit. Di situasi dia masih belum begitu sehat, bisa-bisanya dia menyesal tidak bisa pergi.

"Terserah kamu, Ja. Kalau mau pergi, besok pergi aja." Langit kembali memunggungi Senja, ada perasaan dongkol mengganjal di dadanya.

"Kalau aku pergi, kamu gimana?"

"Enggak usah peduliin aku. Urus aja urusanmu. Aku bisa urus diriku sendiri."

"Kok kamu ngomongnya gitu sih? Aku kan kemarin sudah mencabut perjanjian kita satu poin. Kamu boleh ngurusi urusanku, aku juga boleh ..."

"Ssssst, berisik! Tidur!" Langit sangat kesal.

Beberapa menit suasana di kamar itu hening, padahal keduanya tidak bisa tidur. Ini malam pertama Senja tidur di kamar Langit.

"Lang, boleh enggak aku nonton film?"

"Hm."

Senja berdecak mendengar jawaban tak jelas Langit.

Sambil menarik-narik kerah piama Langit, Senja merengek, "Boleh enggak?"

"Terserah!"

Mendengar nada bicara Langit yang meninggi, Senja menjadi tidak enak hati. Tiba-tiba ponsel Senja berdering, tanda panggilan masuk. Langit merasa terganggu, dia menoleh Senja dengan tatapan tak bersahabat. Sambil menyengir, Senja cepat-cepat mengambil ponselnya yang ada di atas nakas.

"Halo, Ren," sapa Senja setelah menempelkan ponselnya di telinga.

Langit melihat jam dinding, sudah pukul 22.40 WIB. Kenapa pria itu menelepon Senja selarut ini? Suasana hatinya tambah kacau, tubuh Langit terasa panas, padahal di kamar itu AC cukup dingin.

"Oh, iya nih. Langit masih sakit. Jadi, aku undur ke Jambi minggu depan, ya?"

Mendengar jawaban Senja seperti itu, Langit menduga bahwa sebenarnya Senja sudah memiliki janji dengan Reno di Jambi.

"Iya. Maaf, ya, Ren." Lalu Senja menutup teleponnya. Dia kembali meletakkan ponselnya di atas nakas.

"Kalau kamu udah ada janji, pergi aja besok, enggak apa-apa," kata Langit bernada datar.

AVIATION IS JUST A LOVE STORY (Airman punya segudang cerita)Where stories live. Discover now