35. raline

6.5K 1K 441
                                    

"Bentar, bentar," Aryan menggaruk telinganya, takut-takut ia yang salah dengar. "Gimana? Lo nginep di apartnya Raline? Oke, terus? Nginep doang, kan? Tidur doang, kan? Maksud gue tidur sendiri-sendiri—"

"Gue tidur sama dia," El menghela nafas, memijit pelipisnya. "Gue tidur sama dia."

"Demi apa lo, Njing?!"

"Gue gak tahu, Yan. Sumpah semuanya kejadian gitu aja. Gue... gue kebawa suasana."

"Terus lo belum ngaku sampai sekarang ke Shena?"

El mengangguk. "Gue belum siap terima resikonya kalau dia tahu."

"Gila," Aryan memaki. "Demi Tuhan gue kira lo udah gak Raline-Raline lagi, tapi ternyata—tunggu, jangan bilang lo emang masih suka dia?"

"Enggak. Kalau itu, gue jamin enggak."

"Terus?'

El noleh. "Terus apa?"

"Ya terus kenapa lo ngelakuin itu, anjir? Lo kebayang gak, sih, jadi Shena—haduh! Cewek lo, tuh, kasihan banget, loh. Kayak baru kemarin gue minta maaf ke dia gara-gara PHP-in anaknya. Sekarang elo bukannya nyembuhin, malah nambahin."

"..."

"Terus sekarang lo mau gimana?"

"Gue belum tahu. Oke, ini pecundang banget. Tapi yang gue pikirin saat ini cuman gue minta lo tetep diem dulu. Gak usah cerita ke siapa-siapa. Lo doang aja yang tahu."

"Sampai kapan? Gue ngerasa bersalah ke Shena kalau mau ikut nyembunyiin dosa lo gini."

"Sampai gue siap ngomong. Jaga rahasia ini jangan sampai bocor ke siapa-siapa."

"Iya, oke. Tapi lo udah nyuruh Raline tutup mulut emang? Dia beneran bisa gak bocor kemana-mana?"

**

Di bawah pohon beringin yang terletak tepat di samping gedung fakultasnya, Shena sedang duduk bersama teman-teman kelas salah satu mata kuliahnya. Tapi bukannya ikut berunding untuk observasi yang hendak dilakukan mereka besok lusa, pikiran Shena malah melayang tak disana. Hanya raganya saja yang duduk nyaman, tapi tidak dengan jiwanya.

Beruntung teman-temannya juga tidak memaksa Shena untuk bersuara dan meminta ide. Karena demi apapun, segala sesuatu yang ada di pikiran Shena sejak kemarin adalah El. Cuman El.

Kemarin, setelah dia diantar pulang oleh Greta dan pacarnya, Shena menemukan El yang sedang tertidur dengan posisi tengkurap di sofa ruang tengah. Perempuan itu tak bisa memarahi El, siapa yang tahu kalau laki-laki itu betulan kelelahan?

"Lain kali gak apa-apa kalau capek gak usah janjiin jemput."

Itu saja yang keluar dari mulut Shena.

Gadis itu bahkan tak membahas banyak tentang informasi yang dia dapatkan dari Greta kepada El. Perempuan itu memilih untuk diam sembari mengumpulkan bukti. Shena jelas tak bodoh, tapi ia tak mau lebih bodoh dengan melakukan segala sesuatu dengan tergesa-gesa.

Meskipun sulit dan sedikit membuat hati Shena sakit karena pikirannya yang sudah negative thinking kemana-mana, perempuan itu mencoba untuk bersikap seperti biasa. Toh El juga tak melakukan gerak-gerik mencurigakan sejak semalam. Tak ada alasan untuk Shena memulai peperangan padahal ia tak memiliki bukti apapun—selain kalimat dari Greta yang belum tentu benar.

Tapi sebanyak apapun dia berusaha menyangkal, nyatanya siang ini Shena juga kembali mencoba menerawang apa yang sebenarnya terjadi.

"—Raline, mah, emang cantik. Bodinya bagus."

apartment.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang