31. bilang saja

6.5K 1K 216
                                    

Shena melepas sabuk pengamannya sembari membuka suara. "Kamu mau balik ke apartemen lagi atau langsung kelas?"

Kayak biasa, di hari Selasa, jadwalnya Shena gak ada yang pas sama El. Kalau Shena masuk kelas jam delapan, El baru masuk kelas di jam sembilan. Hingga jam lima sore, jadwalnya gak pernah sama, gak kayak di hari Rabu dan Kamis yang bisa jadi alasan mereka buat berangkat bareng.

Tapi karena pagi ini El punya niat buat ngajakin Shena sarapan bubur di luar, maka dia sekalian aja nganterin pacarnya.

"Kalau ke apart dulu setrika jalan gak, sih?" El nanya. "Ini udah jam delapan kurang."

"Tapi kamu bukannya masuk jam sembilan?"

"Iya, tinggal sejam doang. Aku ke kantin aja kayaknya."

"Aryan suruh berangkat sekarang aja biar bisa nemenin."

El manggut-manggut.

"Aku turun, ya," Shena pamitan setelah memberi kecupan singkat di bibir El. "Jangan lupa nanti sore disuruh nemuin mama kamu."

"Iya. Udah inget itu, mah. Orang Mama nelpon mulu."

Shena ketawa. "Oke, bye-bye."

"Bye. Kalau jalan dilihatin depannya biar gak kesandung."

"Tau!"

El gantian yang ketawa.

Dia mengamati punggung Shena yang menjauh setelah cewek itu keluar dan menutup pintu. El udah mau ngehidupin mesin mobil kala tiba-tiba pintu kembali terbuka, lalu sosok Raline duduk di sampingnya sambil merapikan rambut.

"Raline?"

El kaget, setengah panik juga. Walaupun Raline ini suadaranya, gimanapun mereka pernah terlibat affair gak masuk akal—yang mana karena itulah El mati-matian menghindar karena takut Shena salah paham.

"Morning, El," Raline menyapa dengan senyum manis. "Mukanya biasa aja, dong. Kayak ngelihat setan."

"Kenapa tiba-tiba kesini?"

"Tadi gak sengaja lihat mobil lo, pas mau nyamperin ternyata masih ada cewek itu di dalem. Makanya gue tungguin sampai dia pergi. Ini lo gak mau jalan?"

"Jalan kemana? Gue ada kelas."

"Kelas lo jam sembilan. Jangan lupa gue apal jadwal lo," katanya santai. "Kalau pulang ke apartemen kejauhan, kita keliling kemana dulu aja sambil nungguin jam masuk. Gue perlu ngobrol sama lo soalnya,"lanjutnya panjang lebar. "Atau mau disini aja ngobrolnya? Ya gak papa, sih, kalau lo gak takut ketahuan dia."

El menghela nafas berat.

Saat mesin kemudian dihidupkan dan mobil mulai melaju pelan, Raline tersenyum riang.

"Mau ngomong apa?" tanya El sambil membawa mobil ke luar arah kampus.

"Lo gak ngangkat telponku."

El mencoba mengingat telepon yang mana yang dimaksud. Lalu saat dia teringat percakapannya dengan Shena dua hari lalu, dia langsung paham.

"Apa yang lo harepin saat nelpon orang tengah malem begitu? Everyone were—"

"Apa?" Raline balik nanya. "Lo lagi sibuk dipuasin pacar lo?'

"Terserah."

Keduanya kemudian diam setelah itu, hanya beberapa menit saja sebelum Raline tiba-tiba menghembuskan nafas kasar. Tangannya terlipat di atas dada. Wajahnya menoleh ke arah jendela, membuang muka.

"Gue putus sama Dandi."

El menoleh cepat. Terlalu cepat saking terkejutnya.

"Lo mau tahu kenapa?"

apartment.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang