"Sepertinya banyak cerita selagi Papa pergi ya." ucap Papaku tersenyum jahil ke arahku. Papa tak seubahnya dengan Mama. Mereka berdua sama saja. Aku pun hanya bisa mengerucutkan bibirku kesal.

"Aku antar pulang, Om." ucap Sean sopan hendak menarik koper Papa.

"Eh... Tidak usah, kami naik taksi saja. Iya kan Pa?!" tanyaku kesal sembari menahan koper yang ingin dibawa oleh Sean. Papa hanya menggeleng pelan dan ibuku terkekeh dibelakang, melihat tingkah kami.

"Jangan menolak kebaikan orang, Tika. Tidak baik. Apalagi dia pacarmu." sahut Papa.

Sean mencibir ke arahku. Sejak kapan wajahnya jadi menyebalkan begini?!

"Papa, dia bukan-"

DEG! Sean menatapku mataku marah. Aku langsung terdiam. Kena kau, Tika !

Aku mengikuti langkah mereka dari belakang dengan langkah lesu. Mereka bertiga, Sean, Papa dan Mama mengobrol seperti sudah lama mengenal. Aneh, aku saja yang notabene anaknya tidak diajak ngobrol. Huh.

Kami sudah berada didalam mobil M3 berwarna hitam milik Sean ini. Papaku duduk didepan dan aku bersama Mama duduk dijok belakang. Sean dan Papa berbicara soal pekerjaan yang aku sendiri tak tahu artinya.

"Tika, kamu tahu sayang, ibunya Sean ternyata teman SMA mama dulu!" bisik Mama dengan suara pelan.

Hah?

"Mama bercanda?" tanyaku penasaran. Itu tidak mungkin. Yang aku tahu ibunya Sean kan setengah vampire. Kok dari Indonesia? Tidak tidak. Wajah ibu Sean dulu juga tidak ada wajah-wajah orang Asia.

"Tidak, sebenarnya dia ibu tiri Sean. Diam-diam ya, Mama tahu dari Papa waktu Sean berkunjung ke rumah kita dulu. Mama gak sabar untuk beritahu Papa, jadi Mama telepon malam itu juga." jelas Mamaku.

Ahh aku mengerti. Jadi ibu tiri ya? Berarti ibu kandung Sean yang kemarin menyapaku, yang setengah vampire itu? Tapi kenapa ada ibu tiri? Apa ayah Sean poligami?

Cih kenapa aku penasaran? Aku tak sengaja melirik Sean dikaca mobilnya, eh dia tersenyum padaku. Baru kusadari kalau senyuman itu manis juga. Aihhhh, otakku !!

Sekitar 30 menit perjalanan menuju rumahku, akhirnya kami sampai dengan selamat. Kami keluar bersamaan dan Sean segera membuka bagasi mobilnya. Dia mengambil koper Papaku dan berjalan mengikuti kami dibelakang.

Kasihan. Sepertinya aku harus berterima kasih padanya. Aku pun membalikkan tubuhku dan berjalan mendekatinya dibelakang.

"Terima kasih." ucapku singkat. Dia berjalan tegap dengan masih tangannya menyeret koper.

Sean tersenyum manis padaku, "Tidak masalah, aku kan suam-"

Aku langsung mendekap mulutnya dengan tanganku karena bisa saja suaranya terdengar oleh orang tuaku.

Kan Papa dan Mama yang melihat tingkah kami hanya geleng-geleng kepala saja lalu mereka masuk kedalam rumah sambil bergandengan tangan.

"Sean, kau belum beritahu mereka tentang rahasia kita kan?" tanyaku bimbang. Sean mengerlingkan matanya nakal.

"Rahasia apa?"

"Kalau kita sudah...." Aku tidak berani mengatakan kalimat selanjutnya.

"Sudah apa, sayang?" tanya Sean mengerlingkan matanya buat menggodaku.

"Sudahlah!" ucapku cepat meninggalkan dia dan masuk menghambur kedalam rumah. Aku hanya mendengar Sean tertawa dibelakang. Dasar gila!

Saat aku masuk kedalam rumah, Papa dan Mama tidak kelihatan lagi. Pasti mereka sudah didalam kamar.

MINE [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang