Kalau diingat-ingat, Sean juga pernah bilang padaku, kalau ayahnya punya Universitas sendiri, berarti usaha keluarga mereka bukan hanya satu? Ahh aku tidak tahu.

"Ma.."

Belum sempat aku bicara, taksi yang kami tumpangi sampai didepan Bandara. Aku belum turun dari mobil tetapi mataku dengan jelas menatap sosok Sean didepan pintu masuk Bandara. Astaga, dia benar-benar kesini!?

Mama keluar duluan setelah membayar ongkos taksi dan aku menyusul setelahnya. Sean langsung melihatku, entah dengan cara apa, walaupun aku berada ditengah orang ramai sekalipun, dia dengan mudahnya tahu dimana aku.

Mata Sean melotot ke arahku setelah dia meneliti penampilanku dari atas ke bawah. Kenapa sih? Apa yang salah dengan bajuku!?

Aku dan Mamaku berjalan menghampirinya. Tanganku tak lepas dari lengan Mamaku. Sean tersenyum saat melihat Mama dan Mama juga tersenyum balik padanya. Ish, dasar muka dua!?

"Wah, tidak Mama sangka, Sean juga ingin bertemu dengan Papa ya?" tanya ibuku main-main. Sean terkekeh salah tingkah.

"Mama masuk duluan." kata Mamaku dengan langkah gesit meninggalkan kami berdua. Mamaaaaaaaaaa !!!

"Apa-apaan dengan bajumu itu!?" bentak Sean kembali melihat baju kodokku pink-ku ini.

"Kenapa? Bajuku lucu kan?" tanyaku balik. Sean menggeram marah. Lalu dia melepaskan jas hitamnya itu. Tanpa izinku, dia mengikat jas hitamnya itu diseputaran pinggangku.

"Aku tidak suka kau memperlihatkan paha dan kaki jenjangmu itu didepan umum! Lain kali jangan memakai baju seperti ini, mengerti?" ucap Sean tegas bersamaan dengan mata almond-nya itu yang sedang menatapku garang.

Aku mengangguk kesal. Kenapa sih, padahal aku yakin dia sudah sering melihat wanita hanya memakai bikini saja!! Hello ini Amerika Bung!

Sean tersenyum lalu mengacak rambutku dan mengecup pipi kananku sekilas. Dia meraih telapak tanganku dan membawaku kedalam bandara.

"Jadi, bukan kau yang pergi?" tanya Sean.

"Iya, kau bahkan tidak memberiku kesempatan bicara sama sekali ditelepon tadi!" sahutku melengos ke arah lain.

"Maafkan aku. Yasudah, ada untungnya juga aku kesini. Bisa bertemu ayahmu."

Kami menghampiri Mama yang sedang duduk dikursi tunggu. Aku duduk disebelahnya dan Sean disebelahku. Aku melepaskan tangan Sean yang sedari tadi belum juga lepas dari tanganku.

"Ma, kapan Papa sampai?"

"Mungkin sekarang sudah landing, tunggu saja." jawab Mamaku.

Tak lama kemudian, Papa muncul dari kejauhan.

"PAPAAAAA!!" teriakku dan langsung berlari menghambur ke arah Papaku. Aku memeluk beliau erat, Papa juga memelukku dan sesekali mengusap pucuk kepalaku.

"Papa pulang, kamu sehat kan sayang?" tanya Papaku lembut.

"Em!" Aku mengangguk. "Pa, aku merindukan Papa! Kenapa perginya lama sekali??" rengutku. Jika aku sudah bertemu Papaku, aku jadi manja. Karena aku lebih dekat dengan Papa ketimbang dengan Mama.

"Hehe, maafkan Papa." Papaku mengangkat wajahku dan mencium keningku. Aku tersenyum senang.

"Papa.." panggil Mamaku. Tak sadar aku sedari tadi, Sean dan ibuku sudah ada dibelakang kami. Aku pun melepas pelukanku sedikit tak rela.

Papa dan Mama sedang berpelukan mesra melepas rindu. Sean ikut tersenyum melihat orang tuaku. Setelah Papa melepas pelukannya, dia melihat Sean. Eh, Papaku tersenyum. Sean menyalami tangan ayahku dan mencium punggung tangannya. Tahu darimana dia adat bersalaman seperti itu? Itu hanya ada di Indonesia tau!

MINE [TAMAT]Where stories live. Discover now