BAD PAPA - 02

22.5K 3K 62
                                    

Alister masih setia menatap datar wajah bayi di gendongan nya. Darahnya berdesir aneh kala melihat bayi perempuan itu, yang notabene adalah anak nya sendiri.

Anak yang sama sekali tidak ia harapkan kehadiran nya, justru terlahir menjadi anak sulungnya. Sejak dulu Alister hanya menginginkan anak laki-laki saja, namun ternyata wanita yang menampung benihnya melahirkan dua orang anak berbeda gender.

Sialnya wanita itu mati setelah melahirkan, dan meninggalkan permohonan untuk bayi perempuan nya. Ia menjadi teringat akan detik-detik wanita itu pergi untuk selamanya.

"Aku tahu kamu hanya menginginkan anak laki-laki, tapi aku mohon rawat mereka berdua dengan adil," ucapnya penuh harapan.

"Kamu memerintahku?"

"Itu hanya permohonan kecil dariku, Alister. Sayangi putri kita dengan sepenuh hatimu, jangan biarkan dia merasa tak diinginkan karena aku tahu rasanya di asing 'kan, dan aku tidak ingin putri ku merasakan itu semua." Menatap manik zamrud Alister dengan tatapan sendu serat akan permohonan.

"Aku mohon, Alister. Aku mohon," lirihnya sebelum akhirnya memejamkan mata sempurna meninggalkan kedua bayi yang menangis nyaring seolah merasakan kepergian perempuan paling berjasa dalam setiap tarikan napas mereka di dunia, meninggalkan keduanya di dunia yang fana.

Alister berdecak kesal setiap mengingat akan hal itu, "perempuan bodoh," umpatnya kala ucapan wanita itu terngiang di ingatannya.

Suara guntur yang menggelegar membuat lamunan Alister buyar berbarengan dengan getaran tubuh bayi di gendongan nya yang telah membuka mata dengan mata berkaca-kaca.

"Tidurlah, dan jangan menangis! Aku benci tangisan Bayi," ucap Alister tajam memandang tepat pada manik mata yang sangat mirip dengan nya.

Bayi itu seakan paham akan perkataan Alister, dan memilih diam mengenyot dot yang telah raib isinya. Namun detik berikutnya Alister menaikan alis memicing menatap tangan mungil yang mencengkram erat dasi longgar nya.

"Penakut rupanya," tukas Alister sebelum akhirnya melangkah memasuki rumah kala rintik air mulai turun dengan tangan kanan mendorong kereta bayi berisi anak laki-lakinya.

•••

Audy masih di buat takut dengan laki-laki tampan yang menggendong nya barusan, apakah itu Ayah anak ini? Beberapa detik lalu ia merasa bersyukur memiliki Ayah yang tampan. Namun berikutnya ia menarik kata-kata yang ia pikirkan barusan setelah menerima tatapan tajam dan kata-kata menusuk jantung kecilnya.

Mana ada seorang Ayah yang memarahi anaknya yang akan menangis karena terlonjak kaget akibat suara Guntur.

Pada dasarnya Audy berhati lembek yang sama sekali tak bisa di bentak, karena selama hidupnya ia selalu di manja dengan kelembutan. Dan mendengar suara berat bernada tinggi dari laki-laki yang sekarang masih menggendong nya membuat air matanya terkumpul di pelupuk mata menunggu instruksi darinya saja untuk segera meluncur.

Audy semakin mencengkram erat dasi di genggaman jemari mungilnya mendengar petir bersahutan di susul dengan tumpahan air membasahi tanah yang kering. Audy benci hujan yang berbarengan dengan petir dan angin, komponen tersebut adalah kombinasi yang buruk menurut Audy.

Air matanya sukses meluncur walau tanpa adanya suara tangis khas bayi. Entahlah, Audy tak begitu memikirkan hal tersebut dan berfokus pada rasa takut yang menggerogoti.

IllusionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang