5| Pinggiran roti

41 7 1
                                    

Follow ig author: @ochaayaa_

Selamat membaca!

***

"Temen?"

"Iya, sayang. Udah dulu, ya."

"Bi? Hallo?"

Panggilan suara dimatikan sepihak oleh Bintang. Ansel memijit pelipisnya pelan, ia cukup lelah dengan hari ini. Kedua mata Ansel menatap langit-langit kamar, hampir terlelap dalam keheningan.

Brakk!!
Pintu terbuka mampu membangkitkan Ansel dari baringnya.

"Masih jam sembilan, Sel, kenapa udah tiduran aja dikasur, bukannya belajar?" tanya Zoya sembari memberikan dua buku tebal yang tak lain kamus besar bahasa Prancis. "Setiap jadwal les bahasa Prancis kamu wajib bawa kamus," lanjutnya.

"Bun, besok Ansel harus dateng ke organisasi, soalnya mau bagi kelompok untuk bidang petualangan," ucap Ansel menyentuh punggung tangan Zoya.

Zoya melepas tangan Ansel sedikit kasar. Ia melipat kedua tangan menatap anak gadisnya.

"Kamu bodoh, ya?" tanya Zoya. "Binatang aja dibilangin Ibunya nurut, kamu manusia tapi otaknya gak jalan, Ansel!"

Ansel terdiam menunduk.

"Udah dibilang organisasi itu gak penting! Bunda udah bilang kan, eksul gak jelas kamu itu diganti sama bahasa asing. Masih kurang ngerti juga, kamu!?"

Ansel menatap ragu kearah Zoya. "Orapala cuma ngadain dua kali dalam seminggu. Ansel janji Bun, bisa ngeluangin waktu les bahasa Pran-" belum sempat Ansel menjelaskan secara detail, Zoya memotongnya lebih dulu.

"Hey! Bunda bayar les kamu nggak pake setengah harga, jadi gak bisa kalau lesnya juga setengah-setengah. Nurut dan dijalani! Bunda gak pernah ngajarin kamu jadi anak pembangkang!" seru Zoya menatap kesal Ansel.

"Yang ngejalani Ansel, yang milihin jalan Ansel ya Bunda. Bunda memang gak pernah ngajarin Ansel untuk jadi anak yang pembangkang, tapi Bunda juga gak pernah ngasih pilihan ke Ansel," ada jeda sebentar dari Ansel. "Bun, selama ini Ansel selalu nuruti apa kata Bunda. Tapi Bunda gak pernah nuruti apa yang Ansel mau. Bunda cuma fokus sama anak Bunda yang cacat itu, kan? Apa-apa Raya, selalu Raya. Kalau gak, Kak Mayang. Terus, Anselnya kapan, Bun?"

PLAK!
Tamparan keras mendarat dipipi mulus Ansel. Napas mereka tercekat, sebisa mungkin Zoya menahan amarahnya, tapi ternyata, ia belum bisa.

"Kurang ajar kamu, Ansel!" pekik Zoya marah. "Raya itu adik kamu, anak Bunda!"

"Ansel sayang sama Bunda, tapi Bunda cuma sayang sama Raya. Padahal Ansel cuma minta satu permintaan gak lebih dari banyaknya permintaan Raya ke Bunda, tapi Bunda gak sanggup untuk nganggukin kepala," isak Ansel sembari memegang pipi yang sedikit memerah itu.

"Ansel cuma minta satu, Bun. Jangan ganggu apa yang Ansel suka, tapi Bunda gak bisa."

Zoya menarik lengan Ansel dengan kasar agar anak gadisnya berdiri tegak mengahadap kearahnya. "Kalau kamu gak suka dengan cara didik Bunda, silakan keluar dari rumah ini!"

Zoya melangkah pergi dari kamar Ansel. Diujung dapur ekor mata Ansel melihat Araya yang juga sedang menatapnya dalam diam. Dengan langkah cepat Ansel menutup pintu kamarnya dengab kasar, hingga membuat bunyi hantaman yang keras.

ANSEL | On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang