dua pemuda yang berasal dari kota yang berbeda harus berbagi tempat tinggal saat haruto andara melanjutkan pendidikan di kota bandung.
meski hampir setahun tinggal dalam satu atap, akur bukanlah kata yang tepat untuk menggambarkan keduanya.
keadaan...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
kita, selayaknya orang pacaran mau engga?
Kata-kata itu terngiang di kepala Alen yang kini telah terbaring di atas kasurnya sembari menatap pada langit-langit kamar.
Semuanya terjadi begitu cepat bahkan untuk kinerja otaknya yang cerdas sekali pun, Nalendra masih kesulitan memproses apa yang baru saja dialami.
"Gue pacaran sama Andra?" gumamnya kecil sembari memegang kedua belah pipi yang kembali terasa menghangat.
"Anjir ... anjir ..." katanya panik sembari menarik selimut hingga menutupi wajahnya. Ia malu, terlebih mengingat saat keningnya di kecup singkat oleh ranum milik Andara. Ia sungguh malu!
Oleh sebab itu, setelah kejadian tersebut Alen buru-buru berdiri dari sofa; berjalan meninggalkan Andra sembari memeluk buntalan selimut di depan dada. Berbual bahwa dirinya amat lelah dan sudah begitu mengantuk. Padahal nyatanya, Alen masih sepenuhnya sadar di satu jam kemudian.
Lagi pula mana bisa dirinya tertidur jika fikirannya sama sekali tak mau diminta untuk beristirahat?
Istirahat memikirkan Andara lebih tepatnya.
Meski sejak awal teman satu apartemennya itu sudah mewanti-wanti agar tidak melibatkan rasa pada hubungan mereka, tetap saja perasaan itu makin hari makin bertumbuh. Walaupun selalu ia tepiskan, namun Alen tidak terlalu bodoh untuk tahu bahwa dirinya telah jatuh cinta.
Jatuh cinta pada sosok yang tak lain adalah suaminya sendiri. Meski hanya sebuah data tak berarti bagi Haruto Andara.
Drrt ... drrt ...
Notifikasi pada ponsel Alen yang ia taruh di nakas terdengar, membuat dirinya mau tak mau bangkit dari posisinya dan mulai membuka isi pesan singkat tersebut.
Ruru:
lo beneran jam sepuluh udah mau tidur?
Alen:
diem ah,
gue jadi kebangun
Ruru:
waduh sorry, gue pergi sama harsa yah? mau minum dikit hehe