Eps20: Come again

40 10 0
                                    

"Dunia ku seperti berada di dalam kabut. Terkepung dalam kegelapan, sehingga tak terlihat dan tak tau arah. Sampai kamu muncul memberiku satu cahaya."

~~~

Suara alat medis kini menggema di telinga Osean. Hiruk pikuk orang-orang melewat dengan berbagai ekspresi disana, suara brangkar terdengar cepat dengan tangisan yang menyusul setelahnya. Bau obat pun menyeruak ketika ia mengambil nafasnya. Suasana disini terasa sedih, tempat yang Osean sangat benci, rumah sakit.

Ia menggigit bibir bawahnya sangat gugup. Pelipisnya mulai berkeringat, kenangan masa lalu itu kini menyerang ingatannya. Osean duduk dengan gelisah, pikirannya kini terbagi dua, masa lalu nya dan juga Luna. Sampai saat ini ruang IGD itu belum juga terbuka, membuatnya harap-harap cemas.

"Bunda... Bundaa bangunn...bunda..."

"Bunda Sean sendirian..."

"Bunda..."

"Dasar anak gak becus! Kamu pembunuh!"

"Anak sialan! Bodoh kamu Sean!" Bentak Tian saat menyaksikan istrinya terbaring tak bernyawa.

"Bunda..." Isakan kecil pun menjadi tangis hebat. Osean memeluk bunda untuk yang terakhir kalinya.

Osean bangkit berdiri. Pikirannya mulai kacau, ia tidak suka tempat ini. Kenangan nya sangat buruk. Berada disini membuat ia merasa tercekik. Cowok itu bergegas hendak keluar namun salah satu dokter muncul dari ruang IGD.

"Do-dokter gimana keadaan Luna?" Tanya Osean parau.

"Kondisinya saat ini melemah, apakah anda keluarganya?"

Osean menggeleng pelan, "Tolong hubungi keluarganya, saya akan berbicara dengan keluarganya nanti," ucap dokter tersebut dan berlalu pergi.

"Baik, terima kasih dok," ucap Osean sopan lantas masuk kedalam untuk memeriksa keadaan Luna.

Selang-selang kini terpasang di beberapa tubuh Luna. Osean terkejut, apa yang dilakukan Zidan sehingga gadisnya terlihat separah ini. Tangan Osean mengepal kuat, ia berjalan pelan mendekat kearah Luna yang masih terpejam lemah.

"Luna..." Panggil Osean. Tak ada jawaban disana.

Luna menggeram ia membuka ponselnya dan segera menelepon seseorang.

"Tahan Zidan sekarang juga jangan sampai dia lepas!"

Setelah mengatakan itu, Osean menutup ponselnya kembali. Ia akan membuat perhitungan dengan Zidan.

Kamar Luna sudah dipindahkan, sehingga Osean menunggunya seorang diri. Setelah hampir 20 menit ia menunggu, seorang wanita paruh baya sambil menggendong anak kecil datang terburu-buru masuk disusul dengan pria paruh baya dibelakangnya. Osean sudah pasti tahu, mereka ada lah orang tua Luna. Osean berdiri memberi hormat kepada keduanya.

"Lunaa!" Pekik bunda sambil menangis. Ia terlihat begitu cemas.

"Astaga anak ku," ayah pun sama cemasnya.

Osean hanya bisa diam menunggu kehadirannya terlihat.

"Nak Sean, gimana bisa Luna kayak gini?" Pertanyaan itu tiba-tiba terlontar dari sang ayah.

Osean yang belum siap dengan pertanyaan itu kini hanya bisa menatapnya. Bayangan ayah Luna seketika berubah menjadi bayangan papahnya yang sedang memarahinya ketika bundanya meninggal.

"Nak Sean?" Tegur ayah sekali lagi. Ia mengusap pundak Osean, tatapannya bahkan tidak setajam yang dibayangkan Osean.

Osean menggeleng menyadarkan dirinya kembali. "Luna tiba-tiba pingsan sambil kesakitan, om. Sean langsung bawa ke-"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 30, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

OSEANIC Where stories live. Discover now