BAB 31 || SEBENARNYA-!

Start from the beginning
                                    

"Sayangnya gue pengen cewe yang ini bukan jalang." Ucap cowok tersebut sembari menarik tubuh Xeva dengan kasar, lalu melemparkannya kepada anak buah yang ada di belakangnya.

"Bawa dia ke room kita, Pesta kalian untuk malam ini." Ucap cowok tersebut. Di patuhi oleh orang orang suruhan cowok tersebut. Lalu Xeva di bawa menuju ke dalam room yang ada di sana.

"Gue udah bilangkan jangan pernah sentuh dia!" Tegas Marvelino sembari menatap dingin ke arah cowok tersebut.

"Santuy aja brodi, Lo lupa gue ini siapa? Ketua Redwolf yang baru. Jadi mulai mala mini Redwolf resmi jadi milik gue!" Ucap Cowok tersebut dengan lantang. "Cleonadro Resmi jadi Ketua Redwolf!"

"Lo boleh ambil nama dan jabatan itu tapi gue minta balikin Cewe tadi!" Teriak Marvelino.

"Kalo gitu lakahin tubuh gue dulu!"

"Red wolf serang penghiat!" Teriak Marvelino, Seketika disaat itu juga terjadi baku hantam yang membuat Sebagian pengunjung club malam tersebut kabur menyelamatkan diri dari daerah tawuran tersebut.

Sementara ituu di lain sisi Xeva yang baru saja berusaha kabur kini di Tarik oleh seseoranng

Lalu membawa Xeva menuju ke sebuah kantor yang berada di lantai atas. Baju yang keadaanya sudah berantakan. Lebam di sekitar tubuh Xeva membuat gadis tersebut tampak shock.

Sepuluh menit setelah itu seseorang masuk ke dalam ruangan tersebut, di sana ada Mavi yang kini menarik Xeva ke dalam sebuah lift khusus yang berada di balik rak buku tersebut.

"Gimana sama marvelino? Dia bakal baik baik aja kan?" Tanya Xeva, yang masih saja menghawatirkan cowok tersebut.

"Staff di sini nelfon ke Raven kalo ada kerusuhan yang di captain anak Redwolf di sini. Marvel minta gue buat selamatin lo." Ucap Mavi yang kini sudah membuka jaketnya, lalu menyampirkannya ke bahu Xeva.

"Dia tau gue di sini dari siapa?" Lirih Xeva, sembari menyenderkan tubuh nya di dinding lift.

"Marvel." Ucap Mavi, "Dia minta bantuan bartender buat ngasih tau kalo lo ada di sini. Soal Raven dia udah nunggu di basement.

Tak lama pintu lift terbuka, di depan pintu kini tengah berdiri Raven dengan motor sport yang di tungganginya.

"Ayo naik." Ucap Raven, lalu melemparkan Helm ke arah Xeva yang langsung di sambut oleh gadis tersebut.

Dengan Cepat Xeva memasang helm tersebut, lalu menaiki motor milik Raven. Demikian juga Mavi yang sudah naik ke atas motornya.

Keduanya melajukan motor di jalan raya, namun Anggota Redwolf ternyata sudah bersiap siap untuk mengejar kedua orang tersebut.

"Ven, gue bakal alihin mereka! Cari bantuan anak Decalgoz sekarang." Teriak Mavi Ketika sudah sampai di perempatan sebuah perumahan. Dan tidak jauh juga dari markas Decalgoz.

Dirasa keduanya sudah tidak di ikuti.Raven memberhentikan Xeva di depan rumah milik Keluarga Sekala.

"Masuk. Gue mau cari bantuan buat Mavi ke markas Decalgoz" Ucap cowok tersebut.

Xeva yang panik tersebut langsung menurut, dan masuk mengetuk pintu rumah Milik Sekala.

Sementara itu di lain sisi kini Mavi masih saja di ikuti oleh gerombolan Anggota Redwolf.

Membuat laki-laki tersebut melajukan motornya kea rah dekat markas Decalgoz. Namun Ketika di perempatan Cowok tersebut berhasil menyalip motor Mavi, mau tidak mau cowok tersebut menghentikan motornya.

Keenam anggota Redwolf dan Mavi kini terlibat adu pertengkaran, Redwolf menyerang, sementara Mavi berusaha untuk melindungi diri dan bertahan dari serangan tersebut. Sepuluh menit kemudian Datang beberapa anggota Decalgoz yang di pimpin oleh Decalgoz, membuat Redwolf kalah imbang dengan jumlah mereka.

Dikediaman Sekala, kini terjadi pertarungan sengit, Marvelino kini tengah baku hantam Bersama Sekala.

"Lo tau alesan gue datang apa?" Tanya Marvelino sembari menahan tinjuan yang di layangkan Sekala.

Namun belum sempat Sekala Kembali melayangkan tinjuannya, Suara tembakan berbunyi tepat tidak jauh darinya. Di depannya kini Marvelino tengah berlutut sembari memegang dadanya. Dari mulutnya Keluar darah. "Alesan...gue....kesini...karena... mau...lindungin Xeva....uhuuk...uhuuk." Cicit Marvelino, Ada dua kubu di Redwolf...gue...harap...lo...bisa jagain...redwolf sejati yang kesisa..." Ucap Marvelino, sebelum cowok tersebut terjatuh Sekala menahannya lebih dahulu.

"STOP! "Teriak Sekala, tak berapa lama Kembali terdengar suara tembakan, dari dalam sisi perkarangan rumah.

Anggota Red wolf dan Decalgoz yang mendengarkan teriakan Sekala tersebut langsung menghentikan aksi baku hantam tersebut, sembari menoleh ke arah Sekala yang tengah memangku tubuh Marvelino.

Kini Dino selaku Wakil Redwolf memangku kepala Marvelino yang setengah sadar. "Gue minta lo kasih ini ke Xeva..."Ucap Marvelino Sembari mengambil sebuah surat di dalam saku jaketnya.

"Jagain....dia....dan....gue...minta....Decalgoz dan Redwolf....damai....." Ucapan terakhir Marvelino, sembari menghembuskan nafas terakhirnya.

Flashback off....

Xeva mengambil surat yang di berikan Dino dengan berlmuran darah tersebut tubuhnya bergetar, tanpa terasa air mata gadis tersebut mengucur membasahi pipinya.

Xeva memeluk Nisan Marvelino, sembari mengeluarkan tangisnya. Semua ini adalah penyebab dari dirinya. Hingga membuat sesosok Marvelino menjadi korban dari semua ini. "Maaf Vel ini semua salah aku!" Ucap Xeva sembari terisak. "Kalau aja aku nggak Ke club buat nemuin kamu hal kaya ini nggak bakal terjadi!" Sesal Xeva.

"Xev udah ayo, Marvelino nggak akan suka lo kaya gini!" Bujuk Luthfi kepada adiknya tersebut.

"Bang Xeva pengen nyusul Marvel bang, Xeva mau minta maaf ke dia..." Lirih Xeva, kini yang memeluk Luthfi.

"Bukan itu caranya yang ada Marvelino benci karena lo ninggalin anak kalian sendirian." Ucap Luthfi sembari menangkup pipi Xeva.

Kini Raven mengendong tubuh Xena yang kotor karena tanah menuju ke kursi roda. "Tiga hari setelah ini adain pertemuan darurat Redwolf yang tersisa di markas Decalgoz. Gue bakal coba bantu gimana penyelesaiannya. Dan Soal pelaku penembakan itu kita bakal cari secepatnya." Ucap Sekala kepada Dino saat berada di parkiran pemakaman.

"Thanks bro udah mau bantu, dan sorry soal kesalah pahaman diantara geng kita." Ucap Dino sembari menepuk pelan bahu Sekala.

"Jangan lupa ntar malem tahlilan." Ucap Sekala, mengingatkan. Membuat cowok tersebut menganggukan Kepalanya.

***

TBC

See gimana chapter ini? Dilanjut apa di tinggal gini aja kali ya?

Sekala cocok nggak sih kalo di jadiin novel? Ayo bantu jawab

Authornya lagi need votement kalian nih biar semangat lagi nulisnya

kalo kalian suka sekala jangan lupa share juga ya ke temen temen kalian....

SEKALA (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now