🐝Piknik Bersama🐝

21.1K 2.2K 186
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Skala memutar mobilnya pada perumahan elit yang tak jauh dari kantornya. Kemarin pria itu memberi tahu jika mereka akan pindah rumah agar dekat dengan teman-temannya. Mengerti Sayna yang bosan jika ia tidak ada di mansion, Skala sengaja membelikan Sky, Ander, dan Roy perumahan juga disana agar istri-istri mereka bisa menemani Sayna.

Sejujurnya bukan karna itu saja, Skala memang sudah sangat bosan tinggal di mansion. Ia ingin mencari suasana baru dengan rumah baru juga tentunya.

"Yeyyyy pindah rumah" sorak Sakha senang. Sepanjang perjalanan bocah itu terus bernyanyi dengan suara cempreng nya.

Sarga yang berada di kursi belakang, sontak memanggil mommy nya dengan perasaan cemas. "Mommy"

"Kenapa sayang" Sayna menengok kebelakang, menatap wajah anaknya yang terlihat khawatir.

"Daddy tidak bangkrut kan mommy?"

Sayna mengerjapkan matanya cengo, mendengar pertanyaan anaknya itu. Lantas ia menatap Skala yang tengah memasang wajah tidak terima.

"Kita ga akan dipaksa jadi pengemis kan mommy?" Tanya anak itu lagi dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Hey kau bicara apa anak kecil"

"Ck daddy! Sarga bukan anak kecil lagi. Sarga udah berusia sepuluh tahun" jelas anak itu mengangkat sepuluh jarinya. "Kata mommy itu sudah dewasa"

"Tau ih Daddy, masa gitu aja ga tahu huuuu" kompor Sakha yang sedari tadi menyimak.

Skala menghela nafas lelah. Yah terserahlah, dia selalu menjadi orang yang ternistakan di cerita ini. Berdehem malas, Skala melirik Sayna sekilas. "Aku haus sayang"

Sayna membuka botol minum yang ia bawa dari mansion, lalu menuntunnya untuk Skala minum. Bertahun-tahun hidup dengan Skala, Sayna sudah paham dengan sifat pria itu yang sangat manja.

"Langit, bisakah kau kirimkan tangan untuk Daddy ku?" Celetuk Sakha tiba-tiba, membuat Skala menghentikan aktifitas minumnya sebentar.

"Aku kasihan melihat dia tidak bisa minum air sendiri" sambung Sarga tanpa beban, yang mampu membuat Skala membulatkan mata tajam.

Uhuk!

"Sayna uhuk!" Skala tersedak minumannya. Pria itu menghentikan mobilnya di tepi jalan, tepat di dekat penjual es. Dengan sigap, Sayna menepuk-nepuk punggung suami malangnya itu.

Langit, bisakah kau turun kan anak baru?
Aku cape dengan semua ini

•••

Setelah menempuh waktu beberapa menit, akhirnya keluarga kecil itupun sampai disalah satu rumah besar yang terlihat sangat mewah. Dihalaman rumah itu terdapat taman bunga lengkap dengan tukang kebunnya. Belum lagi air mancur yang membuat taman tersebut terlihat lebih indah.

My Little Family (SEQUEL) || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang