"Gimana keadaan kamu? Masih sakit?" Tanya Dinda sembari mengelus puncak kepala Gilang.
"Masih, muka Gilang nyut-nyutan, badan Gilang juga sakit,"
"Iya mah, kelihatannya masih benyek-benyek, tapi Gilang sakitnya enak ya, ada yang perhatian disampingnya, sampai-sampai tangannya gak mau lepas," Ledek Heru sembari berjalan ke arah tempat tidur putranya.
Gilang yang paham langsung menarik tangannya dari puncak kepala Adelia dan langsung menggaruk kulit kepalanya yang tidak gatal sama sekali.
"Bisa malu juga ni anak ternyata," Dan tentu saja ucapan Heru langsung mendapat tatapan tajam lagi dari sang istri.
"Papa! Ini anaknya lagi sakit malah diledekin, ayo minta maaf!"
"Sayang, kok gitu sih,"
"Mamah gak lagi mihak ke Papa atau Gilang, ayo yang salah minta maaf sekarang!" Tegas Dinda yang sedang mencari kesempatan untuk balas dendam untuk yang tadi.
Dengan berat hati, walaupun seharusnya anaknya lah yang seharusnya meminta maaf, Heru mengucapkan kata ajaib itu. Namun sebelum Heru mengucapkannya, Gilang terlebih dahulu mengucapkannya.
"Maaf pah, Gilang selama ini banyak salah sama Papa sama Mama. Gilang Selama ini nakal dan buat Papa sama Mama jengkel. Gilang janji akan berubah. Gilang mau sama Papa Mama selamanya," Ucap Gilang dari lubuk hati yang paling dalam dan langsung memeluk Mamanya.
"Loh kok jadi Gilang yang minta maaf?"
"Mama kan tadi bilang yang salah harus minta maaf. Gilang kan selama ini banyakan salah daripada bener nya," Cicit Gilang sembari bermanja-manja didalam pelukan Mamanya.
"Iya deh, Papa terima permintaan maafnya. Besok-besok kalau mau minta maaf pas tahun baru, gak gini, minta maaf di rumah sakit," Cibir Heru sembari memandangi ibu dan anak yang sedang dalam sesi peluk-pelukan.
"Papa!" Bentak Dinda sembari mencubit pinggang suaminya. Tentu saja Dinda sangat tau kelemahan suaminya yaitu pinggang yang sangat anti di sentuh orang lain, karena Heru akan merasa geli di area itu.
"Huft! Iya deh iyaa, Papa juga minta maaf ya, sini peluk papa juga!" Bisa kalian bayangkan bagaimana bahagianya Heru saat ini. Ia akan sering-sering pulang ke rumah untuk sekedar bercanda dengan mereka berdua dan tentu saja sekalian untuk bermesraan dengan istrinya.
"Nggak, mau sama Mama aja, wangii soalnya,"
Berbagi? Oh tidak! Ia tidak akan berbagi mamanya dengan orangtua yang satu ini. Peluk saja mamanya sendiri, Gilang tak peduli jika papanya kesepian bak seorang duda yang kurang belaian kasih sayang.
Tepat saat itu juga Adelia terbangun dan mendapati Gilang yang sedang bercanda dengan kedua orangtuanya. Sangat Harmonis, itulah yang ada di benak Adelia saat ini. Ia bahagia, akhirnya Gilang luluh dan tidak mengikuti egonya.
"Eh, kebetulan Adelia udah bangun, yuk sarapan bareng, itu Tante bawain makanan untuk kita semua,"
"Hoaaam.... Kebetulan banget Tante, Shandy ganteng and the geng lapeeer banget," Baru saja Adelia akan menjawab tawaran Dinda, ehh malah keduluan sama satu curut yang baru bangun.
"Yeuy, yang ditawarin Adelia, malah elu yang nyahut," Cibir Gilang sembari menatap Shandy sinis.
"Serah saya dong mas, kok situ sibuk banget sih!" Kali ini Shandy berlagak seperti janda-janda yang selalu mencari ribut di lapak pasar. Sementara itu Fenly dan Fiki juga ikut terbangun karena obrolan di pagi hari yang kurang berfaedah dari Shandy dan juga Gilang.
"Ehh, masih hidup lo?" Dengan wajah yang masih identik dengan wajah khas orang yang baru bangun tidur, iler di pipi dan rambut yang acak-acakan, Fiki mengucapkan hal tersebut dan langsung membuat sebuah bantal mendarat tepat di depan wajahnya. Ya siapa lagi pelakunya kalau bukan Fenly
"Astaga, mulut lo ya, berdosa banget!"
"Hehehe becanda doang elah baper banget, yok makan yok, babang Fiki sudah lapar, boleh kan tan?" Okeh kali ini Fiki memang tidak tahu diri, ingatkan Gilang untuk menghajarnya setelah ia pulih.
"Boleh dong, hayuk di ambil, Tante bikin nasi goreng spesial!"
"Asyik!!!" Pekik ketiganya dan langsung merapat mendekati Dinda.
Heru yang tak terima istrinya didekati para anak muda langsung saja menghalangi mereka, dan yah tentu saja Heru langsung disambar dengan cubitan maut yang istri.
"Heh! Papa ngapain sih ngehalangin temen-temen Gilang? Awas sana!"
"Gak! Hush hush sana! Kalian jaga jarak sama istri saya!" Masih dengan pertahanannya, walaupun sambil menahan sakit akibat cubitan maut istrinya.
"Cailah, om ribet!" Shandy masih mencoba menyingkirkan Heru dibantu oleh Fiki dan juga Fenly.
"Tau nih, kita cuma mau nasgor nya doang, ga ngambil istrinya,"
"Kiw kiw, om nya cemburu sama kita gais hahaa!"
Gilang dan Adelia tertawa kecil memandangi perdebatan mereka. Hanya perihal 'nasi goreng' Papanya cemburu, cih dasar orangtua.
Di tengah perdebatan kecil itu, seorang anak kecil dengan kaki yang di perban sedang berdiri diambang pintu bersama ayah dan ibunya.
"Kakak,"
♡♡♡
- apdet neh! -
- yang penasalan angkat tangan -
- okeh yang udah angkat tangan silahkan turunkan tangannya -
- btw maachi banyak yang udah pantau cerita ini dari awal -
- cinih peluk onlen -
LUV YUU<3
YOU ARE READING
Dengan Caraku (On Going^^)
Teen FictionAnak nakal, manja dan selalu pindah-pindah sekolah karena sikapnya yang urakan, siapa lagi kalau bukan Gilang Dika. Sudah banyak laporan dari guru-guru yang sudah tak tahan sehingga membuatnya harus terus pindah-pindah sekolah. Dan tibalah Gilang d...
Part 10 - Sadarrr
Start from the beginning
