Part 10 - Sadarrr

23 5 0
                                        

YAKALI GA VOTE😡♡

Ruangan serba putih dan lampu yang menyala, itulah yang Gilang lihat pertama kali ketika ia sadar. Dengan rasa sakit yang menjalar di seluruh tubuhnya dan wajahnya yang sudah lebam, Gilang berusaha untuk duduk dan melihat keadaan sekitarnya dan ia melihat Adelia sedang tidur dengan posisi duduk dan merebahkan kepalanya pada sisi kanan tempat tidur Gilang.


Sekilas Gilang tersenyum memandangi wajah malaikatnya itu. Dengan tangan yang masih tertancap infus, Gilang berusaha mengambil segelas air minum yang ada di atas maja yang ada di dekatnya. Adelia yang merasa terusik pun mulai bangun dari tidurnya sembari mengucek matanya yang sembab karena seharian menangis.

"Gilang! lo udah sadar hiks, gue mi-minta maaf, gara-gara gue lo..." Gilang langsung memotong ucapan Adelia dengan memajukan jari telunjuknya di bibir Adelia. Dengan suara serak, Gilang berusaha berbicara dan tangannya beralih mengelus-elus puncak kepala Adelia.

"Udah gapapa, gue udah sehat kok, nih gue udah bisa senyum hehe," Yah, tentu saja Gilang tersenyum lebar, walaupun dengan lebam yang menghiasi seluruh wajahnya.

"Lo mau minum? Suara lo ilang-ilang soalnya, ntar lo ga bisa ribut lagi sama Shandy, Fiki sama Fenly," Dengan sigap, Adelia mengambilkan gelas yang berusaha diambil oleh Gilang sedari tadi dan Gilang pun langsung tersenyum membalas perlakuan malaikatnya itu.

Ahh bahkan Gilang hampir lupa dengan ketiga sohib yang ikut membantunya dalam insiden tersebut.Gilang baru mengingatnya ketika Adelia menyebut nama dari ketiga manusia somplak tersebut. Tapi ya sudahlah, Gilang sudah melihat mereka, mereka semua baik-baik saja, tidak separah dirinya. Lihatlah mereka sedang tertidur pulas di sofa yang ada di ruangan tersebut.

"Oh iya, Syila aman kan?" Tanya Gilang sesudah menghabiskan segelas air putihnya.

Sembari menarik ingusnya yang tiba-tiba turun Adelia menganggukkan kepalanya. Adelia sangat bersyukur saat ini, bukan hanya Gilang, bahkan kedua orangtuanya sangat baik, memang buah jatuh tak jauh dari pohonnya.

"Mama gue mana? Dateng gak jengukin gue?"

"Udah pulang sama bokap lo, besok pagi mereka ke sini lagi, kasian dari tadi gue liat mereka nungguin disini, nyokap lo sampe ketiduran di sofa, gue ga tega, yaudah gue saranin mereka pulang dulu,"

"Papa? Papa gue datang?" Gilang bertanya-tanya, tumben papanya ada waktu untuk menjenguknya. Biasanya mendengar Gilang masuk rumah sakit, papanya hanya tenang di kantor nya dan hanya mengirimkan asistennya untuk mengurus segalanya.

"Iya, besok pagi juga mau balik lagi kesini,"

Mendengar hal tersebut Gilang hanya diam. Ia masih tak percaya pada kedatangan Papanya. Gilang merasa semua ini omong kosong, rasanya tak mungkin bahwa yang Adelia ceritakan ini adalah orangtua itu.

Adelia merasa, Gilang tak senang ketika ia mengungkit Papanya. Ia pun mulai mencari cara untuk mencairkan suasana.

"Betewe gue mau berterimakasih sama lo sama kaluarga lo. Jujur gue ga tau apa yang akan terjadi kalo misalnya lo ga ada saat itu. Orangtua lo juga baik banget. Mereka gak marah sedikitpun ke gue, mereka malah dukung dan bantuin gue untuk menuntut penjahat itu. Mereka juga baik banget mau hibur gue, supaya gue gak merasa bersalah terus sama lo, dan lo tau, dari apa yang gue lihat, sepertinya mereka bangga banget sama lo," Sejenak Adelia berhenti bicara sembari tersenyum kearah Gilang. "Mereka bilang, lo sekarang banyak berubah, berubah jadi lebih baik,"

Dengan memalingkan wajahnya, Gilang berkeras untuk melawan semua kenyataan yang diungkapkan oleh Adelia. Gilang masih tak percaya dan menganggap semua itu hanya omong kosong.

Dengan Caraku (On Going^^)Where stories live. Discover now