Part 10 - Sadarrr

Start from the beginning
                                        

"Gue kecewa Del, apa Papa gue inget sama gue? Apa dia inget punya anak? Bahkan selama ini kalo gue masuk rumah sakit, dia cuma nyuruh asistennya, kenapa dia mau datang sekarang?"

"Coba lo inget-inget, lo punya salah gak sama bokap lo?" Dan tentu saja pertanyaan Adelia langsung membuat Gilang bungkam.

Ia ingat jelas kenapa ia dulu sering dilarikan ke rumah sakit. Ia ingat jelas dengan kehidupannya liar nya dulu. Ia juga masih ingat dengan suasana ricuh tawuran dan membuatnya sampai di scors bahkan di keluarkan dari sekolah. Sungguh itu adalah masa lalu yang sangat kelam bagi dirinya.

"Jangan egois Lang, gue harap lo paham, karena gue tau lo orang baik dan selalu baik sama semua orang," Ujar Adelia kembali menenggelamkan kepalanya di sisi tempat tidur rumah sakit tersebut dan sampai pada menit ke 30 akhirnya ia langsung hanyut ke dalam mimpi.

"Maaf," Hanya itulah yang mampu diucapkan Gilang sembari mengelus-elus puncak kepala Adelia yang sudah terlelap.

Sepanjang malam, Gilang terus mengintrospeksi dirinya. Ia akan berusaha untuk kembali menjadi Gilang yang baik hati. Ia akan berusaha untuk berubah. Ia tak mau masa lalunya yang kelam kembali dan menjauhkannya lagi dari orang-orang baik yang ada di sekitarnya, sungguh Gilang sangat tak ingin hal itu terjadi lagi.

'Lo bener Del, gua egois, mungkin dari dulu Papa gak mau jenguk gue gara-gara perilaku buruk gue. Gue akan berusaha! Gue janji gak akan ngecewain kalian, gue gak mau masa lalu gue merusak semua ini,'

♡♡♡

Mentari telah terbit, bunga-bunga di taman rumah sakit telah bermekaran, angin berhembus sepoi-sepoi, dan tentunya wangi kopi dan berbagai jenis makanan sudah memenuhi kamar rumah sakit ini. Tapi manusia-manusia yang ada di kamar itu tentu saja masih tertidur lelap.

Heru dan Dinda hanya bisa geleng-geleng kepala melihat mereka semua. Yah mungkin saja pertarungan kemarin sangat menguras tenaga dan tentu saja mereka perlu istirahat. Untung saja mereka pulang kemarin malam, kalau tidak mungkin saja mereka tidak akan tidur dan berjaga sepanjang malam hanya karena tidak enak dengan dua orangtua ini.

"Pa, gemes banget ya, pengen cepet-cepet jadi mantu mama, kapan ya enaknya di omongin sama orangtuanya Adel ya Pa?" Tanya Dinda sembari tersenyum kecil memandangi anaknya yang nakal dan calon menantu idamannya yang tengah tertidur.

"Terserah mama deh, secepatnya kalau bisa, tuh liat anak mama udah megang-megang kepala, pasti tadi malam di elusin tuh sama si Gilang sampai damai banget bobo nya," Heru yang berkata demikian langsung mendapat tatapan tajam dari sang istri.

"Ish Papa! Mereka belum lulus, biarin dulu lah kuliah,"

"Tapi kan sayang, kan kalau lebih cepat lebih baik, kita aja dulu gitu kok," Ujar Heru dengan gampangnya sembari menyeruput secangkir kopi yang sudah di siapkan oleh Dinda.

"Gitu apanya? Kamu yang tiba-tiba datang ke rumah bawa hantaran, malah isinya barang-barang mahal lagi, ya gak mungkin orangtuaku nolak," Mendengar Dinda ngomel-ngomel, Heru bukannya berhenti menggoda istrinya, malah terus membuatnya marah-marah.

"Halah, kamu juga mau toh aku nikahin," Heru tak peduli, ia terus tertawa dan perlahan pipi Dinda mulai merah akibat ucapannya.

"Ish! Kepedean kamoh!"

"Apaan sih ribut-ribut? Gilang masih ngantuk Ma," Gilang yang sedari tadi terusik dengan suara kedua orangtuanya langsung terbangun. Gilang tak sadar tangannya masih berada di puncak kepala Adelia dan tentu saja itu menjadi pemandangan baru bagi Heru dan juga Dinda. Ah mungkin saja sudah banyak hal-hal lucu yang ada di pikiran kedua orangtua ini.

Dengan Caraku (On Going^^)Where stories live. Discover now