23. Ada apa?

Mulai dari awal
                                    

"Hera... Aku ga punya temen lain di sekolah ini kecuali kamu sama Jehan, dan Jehan pasti gaakan suka kalau aku kasih ini ke dia...," ucapnya membuat Hera menghembuskan nafasnya panjang.

Hera dengan sigap mengambil kotak makanan ditangan Alana, dan membuka kotak itu untuk melihat isinya.

"Coklat?" ucap Hera tapi seolah bertanya.

Alana mengangguk antusias seraya tersenyum, "heem itu semacam kue dengan isi coklat yang lumer gitu... Enak kok," ucap Alana.

Setelah mendengar penuturan dari Alana, Hera pun mengambil satu bagian dari kue itu. Rasanya memang enak terlebih untuk Hera yang menyukai coklat.

Setelah memakan dan memberikan sedikit reaksi, Hera pun pamit pada Alana menuju kelas. Sedangkan Alana pergi untuk suatu urusan katanya.

Hari ini masih jam kosong full, karena baru hari pertama jadi hal itu wajar. Sejak masuk kekelas, Hera menidurkan kepalanya di meja. Kepalanya merasa pusing, yang Hera yakini karena dirinya tidak meminum vitamin yang telah diberikan Levi beberapa hari lalu.

Hera perlahan-lahan mengangkat kepalanya, dan menatap seisi kelas dan pandangan Hera menjadi sangat kacau.

"Apa gue ke UKS ya...," batinnya.

Hera berdiri dari duduknya dengan memegang satu bagian kepalanya, tangan satunya lagi ia gunakan untuk memegang dinding supaya tidak oleng.

"UKS dimana sih...," ucapnya celingukan.

Hera terus berjalan, dengan langkah gontai dan tanpa sadar terus menabrak beberapa siswa yang tengah berjalan bahkan yang tengah berdiam diri.

"Maaf...,"

"Aw maaf...,"

"Gimana sih orang diem Lo tabrak!"

"Sori...,"

Hera berjalan tanpa arah, harusnya dirinya menuju ke UKS yang ada di ujung koridor namun dirinya malah berjalan ke arah bawah.

Dengan langkah gontai dan linglung tanpa Hera sadari dirinya tengah berjalan menuruni tangga... Tanpa Hera duga tubuhnya oleng karena kakinya yang tak mengenali pijakan tangga tersebut.

Tubuhnya menggelinding jatuh ke bawah dari lantai dua ke lantai dasar sekolah. Hal itu sontak membuat beberapa siswa yang tengah asik dengan jam kosong pun kaget melihat Hera yang telah terguling dilantai dengan kepala nya berdarah.

"Kok bisa jatuh??"

"Ada yang dorong kali!"

"Bantuin woy!"

"Buruan bawa ke UKS,"

"Panggil guru buruan,"

"Duh sampe berdarah gitu, mana tangganya tinggi lagi...,"

Begitu banyak omongan-omongan dari para siswa ketika melihat Hera yang nampak tak sadarkan diri.

"Lo pada ngerumunin apaan? Gibah?" ucap Yura menyelah ketika melihat kerumunan.

Pandangan Yura teralihkan pada sosok gadis yang tengah terbaring dilantai dengan darah di bagian pipinya.

"Hera... Hera kenapa!?" ucapnya pada beberapa siswa yang ada disana.

Semua sontak menggeleng, karena  tadi keadaan mereka sedang tidak melihat ke tangga.

"Hera... Buka mata Lo, Lo denger gue kan Ra...," Yura menepuk pelan wajah Hera untuk menyadarkan gadis itu.

"Pusing... Kepala g-gue...," lirih Hera yang mampu di dengar oleh Yura.

"Tahan Hera, Lo gapapa kok... Lo kuat ya, bentar Ra...," ucap Yura menguatkan Hera.

***

Hera saat ini tengah berada di rumah sakit, saat guru mengetahui keadaan Hera dengan cepat mereka membawa Hera ke rumah sakit. Padahal sejujurnya cukup ke UKS, tapi mereka bisa apa.

Alora yang menerima kabar bahwa Hera ada dirumah sakit akibat terjatuh dari tangga buru-buru dirinya berlari kerumah sakit dengan rasa khawatir.

Disana hanya ada Ikbal yaitu orang suruhan Alora untuk mengawasi setiap gerak-gerik  Hera, dirinya tengah berada didepan ruangan Hera. Melihat Alora datang, Ikbal pun menghampiri wanita itu.

"Apa yang terjadi?" tanya Alora.

Ikbal menghembuskan nafasnya, "saya tidak tau pasti, tapi mendengar dari ucapan anak-anak yang menyaksikan Hera tadi, katanya Hera terjatuh dari tangga saat hendak turun... Dan suhu badan Hera panas, sepertinya dia demam makanya tubuhnya oleng dan terjatuh," jelas Ikbal pada Alora.

Alora membuka pintu ruang Hera, baru satu langkah... Namun Alora menghentikan langkahnya, menatap Hera berbaring diatas sana membuatnya hancur, dirinya kembali merasakan sesak.

Kilasan delapan belas tahun yang lalu kini kembali lagi, dimana saat dirinya berjuang mati-matian agar Hera dapat hidup dengan aman dan sehat.

Dengan langkah pelan dan pasti Alora berjalan, bahkan tanpa sengaja air matanya jatuh. Perlahan tangannya menyentuh pipi Hera yang nampak dingin.

"Kamu kok bisa luka sih Hera...," cetus Alora pelan pada Hera yang tengah menutup matanya.

"Kalau sakit seharusnya kamu bilang sama saya... Saya gaakan biarkan kamu pergi ke sekolah hari ini."

"Saya memang bukan sosok ibu yang layak untuk kamu, tapi apa salahnya berkata apa adanya pada saya. Sekalipun kamu lawan saya, tak masalah...."

"Jangan buat saya terus merasa bersalah dan menanggung semuanya Hera... Sudah cukup 17 tahun bagi saya, jangan tambah lagi...," ucapnya menatap Hera yang terbaring lemah.

Tak ada sahutan suara, hanya ada suara AC ruangan itu. Sunyi sekali rasanya.

BRUKH!!

"HERA!!"

"RA!!!"

To be continued

Fyi ini up terakhir aku mungkin... Dalam satu Minggu kedepan gaakan buka wp karena sibuk tugas^^

1. PASSING BYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang