二十二 | Pertengkaran

Mulai dari awal
                                    

Farel terperanjat.

Ia tidak menyangka kalau Lingga akan mengatakan kebohongannya pada kedua orang tuanya. Meski ini kesempatan yang bagus, Farel belum siap. Ia belum siap disidang oleh ayah dan bundanya. Ia belum siap karena masih belum menemukan celah untuk mendapatkan Airis. Jangankan Airis, menaklukkan Fabian saja belum.

Ida sedikit memiringkan tubuhnya, demi menatap wajah sang anak. "kenapa kamu bohong, Rel? Kamu, kan, enggak ada hubungan sama Airis. Gimana kalau kakaknya tau?"

Ingin Farel membantah, namun itu adalah fakta.

"Farel bohong biar perjodohan ini batal. Lagipula Farel cinta sama Airis, dan mau menikahinya," jawab Farel dengan jujur.

"Ayah gak pernah ngajarin Farel bohong sama orang. Apalagi sampai kurang ajar kayak gitu," Fahri menimpali. Sarat akan kekesalan.

"Loh, jangan salahin Farel! Ini salah ayah sama bunda. Ayah terlalu ngotot buat jodohin Farel, sementara Farel belum siap!" kilah sang anak.

"Ayah cuma mau yang terbaik buat kamu! Kamu itu udah tua! Patutnya punya keluarga!"

"Farel tau, kok, kalau udah tua! Tapi aku ini duda! Semua keputusan untuk menikah ada di tanganku sendiri! Aku bukan lagi perjaka yang masih hak milik orang tua!"

Fahri mengeraskan rahangnya tatkala Farel berani mendebatnya, bahkan sampai menaikkan suaranya. Sementara itu, Farel yang dikuasai kekesalan, juga sama seperti ayahnya. Ia mengeraskan rahangnya, dan meremas taplak meja yang menggantung bebas dekat pahanya.

Lain halnya Ida, wanita itu menatap suami dan anaknya dengan tatapan cemas. Satu sisi, ia cemas akan suaminya. Satu sisi, ia cemas akan Farel. Suaminya bisa saja memukul Farel kalau mulai di luar batas, sedangkan anaknya bisa semakin keras kepala dan akhirnya menjadi Farel yang dulu.

"Soal perjodohan itu, aku gak mau lanjut! Aku gak mau nikah sama Ester! Yang aku mau cuma Airis!" ucap Farel penuh penekanan.

Fahri menodongkan telunjuknya ke hadapan Farel. "Kamu pikir kamu bisa membatalkan seenak jidat gitu? Kamu gak mikir ayah sama bunda? Kami yang malu kalau begitu, Farel! Cukup kamu permalukan kami saat kamu sama Zanel, jangan lagi sekarang!"

"Loh, yang jadi biang masalah sekarang siapa? Kan ayah sama bunda. Ya, ayah sama bunda lah yang nanggung! Bukan aku!" balas sang anak tak mau kalah.

Ida menepuk bahu Farel. Semata agar anaknya tidak keluar batas. "Farel, tenang. Jangan gitu,"

Sayangnya, niat Ida membuat lelaki berusia tiga puluh enam tahun itu salah paham. Lihat saja, alis Farel semakin menukik tajam dan raut wajahnya mengkeruh. Pertanda lelaki  itu di ambang batas kesbaarannya.

"Apa, sih, bunda? Bunda udah ngerestui aku sama Airis, tapi sekarang malah kayak gini!" protes Farel.

"Iya, Farel. Tapi—"

Farel menyela. "Aku udah bilang gak mau, ya, gak mau! Jangan maksa bisa, gak, sih?!"

Brakk

"Farel!" teriak Fahri usai menggebrak meja. "jangan keras kepala!"

"Kalau aku keras kepala? Apa bedanya dengan ayah?!" tanpa tedeng aling-aling, Farel ikut membentak ayahnya. "lagipula sudah aku bilang kalau aku enggak mau dijodohin! Tapi kalian maksa!"

Ida buru-buru berdiri saat Fahri berdiri. Lelaki paruh baya itu hendak meraih tubuh sang anak. Namun, sebelum itu terjadi, Ida meraih tangan suaminya dan menurunkannya secara paksa.

"Rel, Mas, tenang. Ayo bicarakan dengan baik-baik!"

Farel dan Fahri langsung melengos.

"Kita bicara baik-baik, jangan sampai ada kekerasan. Aku gak mau mas kumat, dan aku gak mau Farel sekarat," imbuh Ida penuh penekanan.

[S1] Enigma ft Hwang HyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang