Part 34 - Chaos

836 135 58
                                    

"Kiba?"

"Hallo Naruto-kun ... Gak nyangka kita bisa ketemu di sini." Kiba berkedip-kedip lucu demi menjalankan perannya dengan baik.

Semua orang terkikik, kecuali Naruto yang merasa jijik dibuatnya hingga ingin muntah. Sejurus kemudian Naruto menyeret Kiba beberapa meter dari temannya yang lain.

"Kenapa lo ada di sini?"

"Memangnya kenapa? Aku juga mau ikut berlibur di vila milik Shion."

"Jangan pura-pura bodoh! Waktu aku telepon kau bahkan tidak tahu menahu tentang ini, tapi kau tiba-tiba ada di sini." Naruto memincing tajam ke arah Kiba dengan tangan bersedekap.

Kiba nyengir, "Ketahuan ya.... Aku cuma khawatir kalau kau akan bertengkar dengan Toneri. Kan gak lucu cowok populer di sekolah berantem pas lagi liburan sama anak kelas lain gara-gara cewek."

Naruto menjitak kepala Kiba, "Gak ada berantem-beranteman!"

"Tapi serius, aku khawatir." Kiba memberikan tatapan sok polosnya dan Naruto segera meninggalkannya. Lama-lama muak juga dengan kelakuan sahabat embernya itu.

"Naruto-kun tunggu aku....!!" Kiba berteriak sembari berlari manja, membuat semua orang terbahak dengan ulahnya, tentu kecuali Naruto.

.

Sesampainya di vila milik keluarga Shion mereka merebahkan diri di sofa. Rasanya begitu pegal berkendara selama 3 jam. Beruntung yang menyupir adalah supir pribadi keluarga Shion, kalau tidak salah satu dari mereka yang paling merasa kelelahan.

Shion meregangkan otot badannya sebelum memulai berbicara, "Kalian mau istirahat di kamar apa di sini dulu?"

"Di sini dulu aja deh, aku masih pegal," sahut Kiba.

"Ya sudah, aku dan Hinata ke kamar dulu. Kalian bisa pilih kamar sendiri. Di sini ada 3 kamar, semuanya ada di atas. Aku bersama Hinata di kamar pertama di sebelah kiri dan di sebelah kamar kami adalah kamar mandi tambahan. Dan 2 kamar sisanya bersebrangan dengan kamar kami. Terserah kalian mau berpasangan dengan siapa, atau mau satu kamar bertiga juga gak apa-apa."

"Aku kira Hinata satu kamar dengan Toneri. Aaawww.... " Kiba mengelus-ngelus kepalanya yang di jitak Naruto. "Kenapa kau senang sekali memukul kepalaku."

"Biar pintar."

"Yang ada aku tambah bodoh."

"Kau memang bodoh dari lahir," ucap Naruto dengan cueknya.

"Kau ... " Kiba menyeringai membuat Naruto waswas. Mencekik sahabat sendiri adalah tujuannya saat ini. Asal tidak mati itu tidak apa 'kan?

"Kau mau apa?"

Kiba semakin mendekat, ia lalu mengambil kaki Naruto, menggelitik telapak kaki besar Naruto dengan penuh semangat. Ia paham betul kelemahan Naruto. Abaikan pikirannya tadi yang ingin mencekik, nyatanya ia tak seberani itu.

"Kiba sialan, lepasin woy!" Naruto terpingkal-pingkal, ia paling sensitif di telapak kakinya. Ada yang memegangnya saja sudah membuatnya geli bukan main. Apa lagi sampai digelitiki begini, Naruto bisa mati kegelian.

"Tidak akan! Ini akumulasi dari pembalasanku." Kiba tertawa nista, Toneri geleng-geleng kepala, Hinata terkikik geli, sementara Naruto sudah mengeluarkan banyak air mata akibat tertawa dan menahan geli.

Shion mulai jengah melihat perdebatan Kiba dan Naruto yang sudah sering kali ia lihat. Maka dari itu ia memilih mengajak Hinata pergi dari sana.

"Apa tidak masalah membiarkan mereka seperti itu?" Tanya Hinata yang khawatir melihat Naruto yang mulai melawan Kiba dengan menjambak rambutnya.

Likes ✔Where stories live. Discover now