Part 22 - Abandoned

884 170 51
                                    

Naruto, Hinata, Kiba dan Shion sudah duduk di satu meja, mereka sedang menunggu pesanan datang. Kiba meneliti penampilan Hinata, ia merasa tidak asing dengan kemeja yang Hinata pakai. Kiba menyeringai, ia ingat sekarang itu milik siapa karena ia sudah melihatnya dari pagi.

"Bukankah itu kemeja Naruto?"

Wajah Hinata merah pekat, sementara Naruto salah tingkah. "Itu memang punyaku memangnya kenapa?" Naruto berusaha berucap dengan nada seangkuh mungkin, namun malah terdengar seperti ketakutan jika ia akan dibully.

Kiba mengulum senyum, "aaawww... ternyata kamu begitu perhatian." Kiba mengejek dengan nada dibuat manja dan jangan lupakan matanya yang berkedip-kedip seperti kelilipan debu.

Naruto memutar bola matanya, sementara Shion sedang menahan tawa sembari sesekali menyikut lengan Hinata, berusaha menggoda sahabat bucinnya. Dan Hinata hanya bisa pasrah dengan keadaan.

Kegiatan menggoda Kiba terhentikan ketika pelayan datang membawakan berbagai macam makanan.

"Silahkan makan dengan lahap, jika masih ada yang kalian inginkan pesan saja."

Ketiga kepala di sana mengerjap melihat makanan yang begitu banyak tersaji di meja mereka. Tadi, Shion sedang ke toilet ketika Kiba memesan makanan. "Ini tidak salah?" Shion menatap Kiba untuk meyakinkannya.

Kiba terkekeh dan mengangguk, "tentu saja ini semua makanan kita siang ini. Tenang ini gratis kok. Naruto yang bayar."

Naruto melotot, Kiba ini di kasih hati minta jantung. Ia memang akan mentraktirnya, tapi tidak sebanyak ini. Ini lebih seperti porsi makanan untuk 10 orang. Namun, tidak mungkin kan dia protes di depan kedua gadis yang baru dikenalnya beberapa bulan? Gengsi.

"Benarkah? Apa Naruto ulang tahun?" Tanya Shion dengan mata berbinar.

"Tidak. Naruto sedang senang karena baru bertemu dengan kekasih onlinenya."

Ok untuk kali ini, ingatkan Naruto untuk menjahit mulut Kiba.

Wajah Hinata sudah merah padam, ia menunduk dalam. Kenapa Kiba menyebutkan kekasih online? Mereka kan hanya sebatas teman. Tapi Hinata tidak akan menolak jika Naruto menganggapnya kekasih. Eh?

Naruto menatap Hinata yang berada di depannya, ia merasa tidak enak hati. Naruto tidak ingin Hinata salah paham, ia cukuplah mengerti jika gadis itu sudah menyimpan hati untuk seseorang di dunia nyatanya. Bukan dia sang teman online.

Naruto memukul kepala Kiba. "Jaga bicaramu!" Kemudian ia menggulirkan pandangan pada Shion dan Hinata. "Jangan dengarkan Kiba, dia gila. Ngomongnya suka melantur."

Kiba hendak protes, namun segera Naruto bungkam dengan dua buah gyoza sekaligus. Ia tak mau Kiba bertambah bocor lagi.
Shion tertawa kikuk, ia sangatlah tidak mengerti perdebatan kedua sahabat di depannya.

"Abaikan saja Kiba ... Lebih baik kita makan!" Ajak Naruto pada kedua gadis dihadapannya.

....

"Setelah ini kalian mau kemana?"

"Belum tau sih."

"Loh kenapa?"

"Aku hanya menemani Hinata untuk mencari bahan-bahan untuk membuat lilin aromaterapi."

"Kau ingin membuat lilin sendiri?"

"Eh iya .. setelah ku pikir dibanding kerja paruh waktu, lebih baik aku membuat sesuatu lalu dijual online, jadi lebih menghemat waktu."

"Menarik, pembuatannya juga setahuku mudah."

"Ya sudah kita pergi bersama saja! Aku bosan jika hanya berjalan bersama dia terus," tunjuk Kiba pada Naruto.

Likes ✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora