Part 29 - Belajar bersama

738 158 99
                                    

Naruto sudah berdandan kasual dan rapi. Ia mengenakan kaos putih polos dipadukan dengan jaket jeans, celana chino warna khaki, sepatu kets hitam putih, bahkan rambutnya ia tata sedemikian rupa agar tak mencuat kemana-mana. Menyampirkan tas punggung di sebelah bahu kirinya, ia sudah bersiap untuk pergi menemui Hinata di rumahnya untuk menuju kafè belajar tempat dimana mereka akan membedah isi buku bersama.

Awalnya Naruto merasa heran kenapa mesti di kafè? Jarak rumah mereka dekat, apa tidak seharusnya di rumahnya atau di rumah Hinata saja? Ah entahlah Naruto akan mengabaikan itu, mungkin saja Hinata sedang butuh suasana baru.

Naruto sudah berada di depan pintu rumah Hinata, menekan bel di sebelah kanan pintu tersebut dan tak lama sang empu terlihat dari balik pintu. Mereka sama-sama melempar senyum terbaik.

Hinata tersipu melihat penampilan Naruto yang berbeda dari biasanya. Secara berpakaian mungkin terlihat biasa saja, namun dari model rambutnya terlihat jika pria itu terlihat begitu memperhatikan penampilannya kali ini. Tumben sekali biasanya dahinya selalu tertutup rambutnya, namun sekarang dahinya terlihat jelas dengan poni depan yang disapu ke atas. Hinata bahkan menatapnya tanpa kedip.

Naruto salah tingkah ditatap intens seperti itu. Ia pun merasa gaya berpakaian Hinata serasi dengan apa yang ia kenakan. Hinata memakai rok jeans midi dengan belahan di tengahnya di atas lutut dipadukan dengan kaos oversize berwarna putih. Ia juga mengenakan sepatu kets berwarna hitam putih yang sama dengan miliknya.

"Ehem... ayo kita berangkat!"

"Ah iya..." Hinata menyampirkan tasnya di bahu lalu mengunci pintu dan memasukkan kunci tersebut ke dalam tasnya.

Mereka berjalan bersisian menuju halte, beruntung tak butuh waktu lama, bus yang dituju akhirnya tiba. Hinata memasuki bus terlebih dahulu, duduk di salah satu kursi di samping jendela. Seseorang kemudian duduk di sampingnya, ia menoleh dan pria tersebut tersenyum lebar.

"Hai, boleh berkenalan?" Tangannya terulur untuk berjabat tangan. Hinata memandang heran ke arah pria tersebut, ia celingak - celinguk mencari keberadaan Naruto yang entah kemana. Belum sempat Hinata menjawab, tangan tersebut sudah disingkirkan oleh seseorang.

"Bisa anda minggir?"

"Cari kursi kosong sana!"

Naruto menggeram kesal, ia hendak mengucapkan sesuatu, namun Hinata telah berucap terlebih dahulu.

"Tapi maaf sepertinya anda yang harus mencari kursi lain? Kursi ini memang untuknya."

Pria itu berdiri, "Cih! Sok kecakepan."

Kedua mata Naruto dan Hinata membola, pria ini sinting atau gila? Dia sendiri yang menghampiri dan ketika tertolak menghina seenaknya.

"Jaga ucapan lo berengsek." Naruto mencengkram kerah bagian depan si pria, siap melayangkan tinju dengan tangan satunya, namun tertahan ketika tangan mungil Hinata menahan lengannya. Naruto menoleh ke arah Hinata yang menggeleng lemah dengan tatapan memohon. Dengan terpaksa Naruto melepaskan cengkramannya dengan mendorongnya kasar, membuat pria tersebut terhuyung ke belakang hingga menabrak kursi penumpang.

"Sekali lagi ku lihat kau mengganggu kekasihku, aku tidak akan segan - segan menghajarmu."

Eh kekasih? Ok otak Hinata ngehang memikirkan kata kekasih yang terlontar dari mulut pria yang disukainya.

Naruto menepuk pundak Hinata, membuat Hinata tersentak. "Kau tidak akan duduk?"

"Eh iya." Hinata segera mendudukkan diri di kursinya, begitupula dengan Naruto yang duduk di samping Hinata.

"Terimakasih."

"Lain kali kalau berjalan jangan menunduk terus, kau sampai tidak sadar kalau aku tertinggal di belakang."

Likes ✔Where stories live. Discover now