SINGLE MOTHER || Chapter.24

9.2K 877 135
                                    

Happy reading

🍁🍁🍁🍁🍁

"Anggita lo ngomong apa sih, mendadak? Apanya yang mendadak, kita udah ngomongin ini berulang kali dan lo bilang masih butuh waktu buat mikirin ini?" Cecar Reza merasa tak habis pikir dengan yang Anggita lakukan tadi di depan orang tua mereka.

"Gue cuma butuh waktu buat mikirin ini Reza, please ngga usah ngebentak gue!" sahutnya dengan nada lelah dan suara yang bergetar, Anggita merasa bersalah dengan semua ini. Memang tak seharusnya dia memberi jawaban seperti tadi saat Reza sudah mengabulkan apa yang ia inginkan selama ini. Pernikahan.

"Sorry gue kebawa suasana, tapi gue ngga ngerti lagi harus gimana. Gue cuma berusaha sebisanya buat nurutin apa yang lo mau dan di sisi lain gue cinta sama lo dan Chessa, please jangan bikin harapan gue patah karena mendadak lo ragu sama gue, demi Tuhan semua ini gue lakuin karena gue cinta sama lo bukan karena alesan lain, percaya sama gue.." Reza menggenggam tangan Anggita yang berkeringat, pria itu mengira Anggita tak percaya dengan perasaan cintanya yang memang terbilang mendadak dan tiba-tiba, tapi sebenarnya bukan karena itu Anggita merasa ragu. Justru wanita itu ragu pada dirinya sendiri.

Anggita menarik nafas panjang berusaha membuat rongga dadanya melonggar, sedari tadi sejak dia masuk dalam taksi ini dadanya terasa begitu sesak dan sulit untuk bernafas saat ia kembali mengingat percakapannya dengan Reza malam itu.

Dia bingung dengan dirinya sendiri, tidak—dia yakin jika dia mencintai dan menginginkan Reza sebagai pendamping yang akan menemani nya hidup hingga mati, hanya saja perasaan bersalah selalu menghantui sejak pertemuannya dengan Kenzo beberapa waktu lalu.

Seketika Anggita merasa menyesal kenapa saat itu dia malah memanggil Kenzo dan tak membiarkan saja pria itu pergi, tapi nasi sudah menjadi bubur. Dia sudah terlanjur mendengar apa yang Kenzo katakan mengenai Dirga

Tak berapa lama taksi yang ditumpangi Anggita berhenti disebuah rumah besar milik keluarga Dirga, lagi-lagi wanita itu mengecek ponselnya dan berharap ada pesan atau panggilan dari Dirga namun hasilnya tetap sama—nihil.

Akhirnya Anggita memutuskan untuk mengetuk pintu dan segera masuk untuk menemui Dirga, dan salah satu assisten yang bekerja dirumah besar ini mengatakan jika Dirga ada di lantai dua sedangkan orang tua Dirga tengah pergi ke suatu acara dan Kenzo sendiri sudah pasti berada di kafe, tanpa pikir panjang Anggita pun melangkah naik ke lantai dua untuk menghampiri Dirga.

________________

Di balkon lantai dua Dirga terlihat panik saat menerima telepon, entah dari siapa yang pasti panggilan itu berhubungan dengan kejadian dua hari lalu dimana ketika dia pulang dari kafe milik adiknya dan tak sengaja Dirga menabrak seorang gadis remaja hingga terluka—tak begitu parah, bahkan hanya luka kecil dan mungkin sedikit terkilir tapi gadis itu meminta banyak sekali ganti rugi darinya. Sialan bisa-bisanya dia di bodohi oleh seorang gadis tengil seperti itu.

Dirga menggeram frustasi saat panggilan terputus, pria itu menarik kuat rambutnya kebelakang dan sesekali memukul pagar besi balkon. Ah seandainya saja malam itu dia bisa lebih berkonsentrasi saat menyetir pasti hal seperti ini tidak akan terjadi padanya, berurusan dengan gadis tengil yang membuatnya seketika ingin menjadi pembunuh berdarah dingin agar bisa menghabisi gadis sialan itu.

“Em—ehm kenapa lo?”

Dirga terdiam sejenak saat mendengar sebuah suara yang sangat dia kenal, pria itu berbalik dan semakin terkejut saat melihat sosok yang sedang berusaha ia hindari selama hampir satu Minggu berdiri dengan gaya pongahnya di pintu yang menghubungkan antara kamarnya dan balkon.

SINGLE MOTHERWhere stories live. Discover now