31. Aku dan Kamu

43 20 2
                                    

Hari minggu, Shaula sudah menyelesaikan pekerjaan rumahnya. Tentu saja dibantu oleh Audra sang Bunda. Remaja itu kembali masuk ke dalam kamarnya, menyalakan ponsel yang sudah terisi baterai sampai penuh. Cepat-cepat Shaula mengklik aplikasi berlogo warna hijau, mengecek apakah Yerikho, mengirimkannya pesan atau tidak.

Pasalnya, selama kala ia bertelepon dengan cowok itu, tiba-tiba saja ponselnya mati. Padahal, mereka sama-sama belum menyelesaikan cerita yang dibahasnya.

Yerikho: Sha? Nggak ada sinyal?

Yerikho: Lo tidur? Yaudah, makasih  waktunya.

Hanya ada dua pesan itu dari Yerikho, namun saat mengulir layarnya lebih  ke atas lagi, Shaula menemukan nama Maramma. Ia lantas membukanya, membaca sederet pesan dari cowok  menyebalkan itu. Ah, ralat. Pacarnya.

Maramma: Lagi telepon sama siapa, hm?

(3 missed call)

Shaula merutuki dirinya sendiri dalam hati. Ia melihat last seen kontak Maramma; terakhir dilihat pada pukul 07:45. Tetapi, sama sekali tidak ada pesan seperti mengucapkan; selamat pagi atau yang lainnya.

"Dasar! Gimana, sih...." gumamnya, agak  kesal.

Shaula: Sorry, semalam ponsel gue habis baterai, gk sempat buka pesan dari lo.

Setelah mengetikkan pesannya untuk Maramma, Shaula beranjak bangun, mengambil handuk yang sudah ia siapkan sendiri. Sebenarnya, Shaula memang sudah mandi, tetapi setelah beres-beres badannya terasa panas. Jadilah ia mandi 2x untuk hari ini.

Suara gemericik air dari dalam menyeruak di kamarnya. Tidak membutuhkan waktu yang lama, Shaula sudah kembali keluar. Membuka lemari, memilih pakaian yang cocok untuknya.

Terdengar suara ketukan pintu, membuat Shaula yang sudah siap, menyahut. "Iya, Bun, sebentar." Tangan kanannya mengambil gagang pintu.

"Tuh, ada teman kamu, di depan." kata Audra sembari melirik keluar.

"Kebiasaan, Larissa. Nggak bilang-bilang dulu," gumamnya setengah menggerutu.

Bunda yang pendengaran masih baik-baik saja mendengar, kembali berujar, "Bukan Larissa. Itu, lho, yang malam-malam ke sini. Cowok." Setelahnya, Audra melenggang pergi menuju dapur, sedangkan anak perempuannya itu terbelalak.

Shaula mengambil ponselnya dengan cepat, melangkah mendekat ke pintu utama. Ada Maramma yang sudah stand by berdiri sembari melipat kedua tangannya di depan dada. Selama beberapa detik, Shaula tidak mengeluarkan sepatah kata pun.

"Tau ya, mau gue ajak jalan?" kening Maramma mengernyit melihat penampilan Shaula dari atas sampai bawah.

Shuala lantas menggeleng cepat, "Sok tau!"

"Jangan ngegas terus sama pacar," di mana-mana kalau bicara seperti itu pasti akan membuat orang di depannya merasa terbang. Tetapi tidak dengan Shaula. Ya, iyalah, Maramma berkata demikian tidak ada ekspresinya sama sekali.

"Ngatur!" ketusnya.

Maramma mengembuskan napas perlahan. Kemudian mengambil lengan kanan Shaula.

"Ayo, jalan." Dia menarik tangan gadisnya, sampai Shaula terbawa keluar rumah dan memakai alas kaki hingga terburu-buru.

"Gue belum izin sama Bun--"

"Gue udah izin."

Selama di atas motor Maramma, Shaula memalingkan wajahnya ke sebelah kiri. Raut wajahnya tampak kesal, enggan sekali ia menilik pada kaca spion yang terarah padanya.

Motor yang dikendarai cowok itu melaju, menembus jalanan Ibu Kota. Pukul 14:23, langit tak menampakkan teriknya matahari. Bulan ini, musim hujan. Di atas sana, terlihat sedikit redup.

LEGIO [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang