9. Pertemuan

61 22 2
                                    

Jangan lupa voment sebanyak-banyaknya! ❤🔥

***

"Shaula, ini gue, Yerikho."

Shaula tersentak dalam telungkupan kepalanya. Gadis itu mendongak, sudah ada cowok bermata sipit di sebelahnya. Shaula meringis, tersenyum canggung. Ia beranjak dari duduknya, begitu juga dengan Yerikho. Dia kira, Maramma. Tenyata dugaannya salah. Shaula menghela napas lega.

"Lo inget kan, waktu kita telepon? Masih banyak yang mau gue tanyakan. Tapi nggak di sini. Sepi." Yerikho mengedarkan pandangannya ke sekeliling kelas Shaula.

"Tapi--"

"Masih ada lima belas menit lagi," sambung cowok itu setelah melirik jam dinding yang berada di atas papan tulis.

"Oke."

Mereka berjalan beriringan. Tetapi, entah kenapa, pikiran Shaula malah tertuju pada Maramma. Padahal cowok itu yang mengejarnya tadi. Kenapa Yerikho yang tiba-tiba berada di sampingnya. Lantai koridor masih cukup ramai siswa-siswi yang berlalu-lalang. Ada juga yang mendelik ke arah Shaula dengan tatapan tidak suka karena Maramma yang memanggilnya beberapa menit yang lalu.

"Di sini?" Shaula segera duduk di bangku kayu yang ada di sisi lapangan. Tidak biasanya, istirahat kali ini, lapangan terlihat melompong. Gadis itu bergeming, menunggu Yerikho yang barusan pamit untuk membeli minuman sebentar.

Tidak berselang lama, Yerikho datang dengan dua minuman di tangannya. Cowok itu menyodorkan satu minuman rasa cokelat yang tak lain adalah pop ice. "Ini, minum."

Shaula menggaruk belakang lehernya. Ragu, untuk menerima tawaran tersebut. "Gue, nggak suka sama yang berbau cokelat."

"Oh, maaf. Gue nggak tau. Lo sukanya rasa apa? Gue balik lagi," balas Yerikho dengan cepat.

Mata Shaula mendelik pada tangan kiri Yerikho yang memegang minuman dengan warna kehijauan. "Alpukat."

"Lo mau rasa ini? Nggak apa-apa, buat lo aja," Yerikho berganti menyodorkan minuman satunya lagi. Kali ini Shaula menerima, sedari tadi kan, ia belum sempat ke kantin. Belum sempat mencicipi rasa apa pun.

"Makasih," ucap Shaula kemudian menyeruput minumannya.

Mereka mulai membuka pembicaraan, Yerikho lebih banyak menyuarakan daripada Shaula. Gadis itu sudah membuka telinga lebar-lebar, mencerna setiap kalimat yang terlontarkan oleh cowok di sampingnya. Sampai tiba sebuah pertanyaan dari bibir tipis Yerikho, yang membuat Shaula tersedak salivanya sendiri.

"Apa?!" pancing Shaula agar Yerikho mengulang ucapannya barusan.

"Gimana perasaan lo, saat lo mengetahui kalau orang yang lo suka itu malah suka sama orang terdekat kita. Atau lebih tepatnya, dia sukanya sama sahabat kita sendiri," cowok itu menatap Shaula dengan kening yang mengerut.

Jujur saja, sebenarnya Shaula bingung harus menanggapinya seperti apa. Mereka saling pandang selama beberapa detik, kemudian Shaula menjawabnya lagi dengan satu kata.

Walaupun dengan nada setengah bertanya. "Sakit?" Yerikho mengangguk, pelan.

Shaula bisa melihat dari iris mata cowok yang duduk bersebelahan dengannya sekarang. Yerikho tampak menghela napas panjang, sebelum akhirnya melanjutkan obrolannya, lagi.

Yerikho mengangkat kedua alisnya. "Lo, mau bantu gue?"

"Bantu ... apa? Gue pasti mau, kok. Kita kan, teman," ujar Shaula dengan sudut bibir yang terangkat.

"Lo dekat--"

Namun, kalimatnya terhenti, tatkala bel masuk setelah istirahat terdengar di indera mereka masing-masing. Shaula beranjak bangun seraya menepuk rok abu-nya beberapa kali.

LEGIO [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang