"Astaga, aku merasa lelah sekali. Aku harus membersihkan kamar ibu, lalu setelah itu aku harus pergi istirahat di kamar." ucap Bibi Taani dari arah luar kamar Nenek Arshia di sana yang seketika saja membuat Ashmita terkejut dan dengan gerakan yang tergesa-gesa dia memasukkan kembali album itu ke dalam laci pertama. Ashmita membulatkan kedua matanya seketika saat knop pintu kamar itu mulai bergerak dan dengan segera saja dia menelungkupkan tubuhnya dan bersembunyi tepat di bagian kolong bawah ranjang itu. Tidak lupa dia juga memastikan tidak ada bagian dari kain saree-nya yang akan terlihat di sana.

"Sudah bertahun-tahun melakukan semua ini. Tapi sekarang keadaan menjadi berbeda. Seandainya saja mereka masih hidup, maka kehidupan kelima keponakanku itu tidak akan menjadi seperti ini." gumam Bibi Taani di dalam kamar itu sambil meletakkan sebuah ember tepat di dekat ranjang.

Ashmita hanya memperhatikan gerak-gerik kedua kaki Bibi Taani yang mulai berjalan itu. Dia bahkan menutup mulutnya dengan sebelah telapak tangannya di sana itu. Dia mengerutkan dahinya. Siapa itu mereka yang dimaksud oleh Bibi Taani? Lalu apa maksudnya jika kehidupan mereka berlima bisa saja tidak akan seperti saat ini? Batin Ashmita bertanya.

"Astaga, aku lupa membawa lap basahnya." ucap Bibi Taani di sana secara tiba-tiba dan mulai berjalan keluar lagi dari dalam kamar Nenek Arshia itu di sana.

Ashmita menghela napasnya dengan perasaan yang lega. Dia tidak bisa membuka laci kedua dan ketiga sekarang, tapi dia pasti akan melakukannya nanti. Sekarang, yang perlu dia lakukan adalah keluar dari dalam kamar itu dengan segera. Ashmita keluar dari kolong bawah ranjang itu dan sedikit berlari kecil keluar dari dalam kamar itu. Langkahnya terlihat sangat cepat sehingga dia tidak sempat menatap apa pun yang ada di depannya saat ini juga.

Bruk

"Aww..." desis Ashmita di sana saat seketika saja merasakan sakit di bagian dahinya itu.

Lalu dia pun mendongakkan kepalanya dan mengubah ekspresi wajahnya menjadi datar. Kini yang ada di hadapannya itu adalah Akash. Ashmita bahkan tidak lagi mengusap bagian dahinya yang terasa sakit di sana itu. Ashmita tidak mengatakan apa pun dan mulai berjalan melewati Akash di sana, tapi langkahnya kakinya terhenti saat lengan kirinya di genggam oleh Akash.

"Lepaskan aku." ucap Ashmita di sana dengan nada suaranya yang terdengar datar dan dingin di sana itu.

"Tidak akan, Ashmita. Aku mohon, aku perlu bicara dengan kamu." jawab Akash di sana sambil membalikan badannya di sana, untuk menatap Ashmita begitu pula dengan Ashmita yang kini juga sudah membalikkan badannya itu.

"Tidak ada lagi yang perlu kita bicarakan." ucap Ashmita di sana.

"Aku minta maaf, Ashmita. Sungguh. Aku tidak tahu apa yang sedang aku pikirkan saat itu. Aku kehilangan kendali, dan... Aku minta maaf, sungguh, seharusnya aku tidak perlu melakukan itu kepadamu." jawab Akash menjelaskan dan kini dia memasang ekspresi wajahnya yang penuh akan penyesalan di sana itu.

"Kamu meminta maaf karena kehilangan kendali?" gumam Ashmita di sana dengan meremehkan. "Kamu bahkan tidak meminta maaf karena sudah menipuku dan seluruh keluargaku."

Akash terlihat terkejut di sana, bibirnya terbuka, tapi tidak ada satu pun kata yang terucapkan. "Apa kamu tahu betapa hancurnya aku? Aku memang tidak pernah ingin menikah sebelumnya. Tapi keluargaku terlihat sangatlah senang saat mendapatkan lamaran yang bagus dari keluarga kalian. Dan setelah kebenaran bahwa aku sekarang memiliki lima orang suami, dan aku bahkan sudah menikahi kalian berlima. Aku semakin yakin, bahwa aku tidak akan pernah ingin menikah." jelas Ashmita di sana dengan keras.

Lalu Ashmita pun dengan kasar menghapus air matanya yang jatuh secara tanpa dia sadari itu. "Aku tidak tahu apa rencana besar kalian itu. Tapi tidak ada satu alasan yang benar-benar masuk akal di dalam pikiranku, kecuali karena kalian ingin menjadikan aku pelacur kalian berlima."

"Ashmita..."

Ashmita mengangkat telapak tangan kAshmita di sana, dan membuat Akash kembali terdiam. "Aku tidak butuh mendengarkan apa pun lagi sekarang. Dan meski kamu atau pun seluruh anggota keluarga ini pada akhirnya akan meminta maaf kepadaku, semua itu nantinya akan terasa percuma saja. Itu bahkan tidak akan mengubah apa pun yang sudah terjadi. Atau pun dengan rasa sakit hatiku." lanjut Ashmita dengan gumaman penuh kesedihan dan kekecewaan.

Mereka berdua seketika saja sama-sama terdiam. Ashmita mengatur napasnya dengan tenang agar dia tidak terpancing emosi. Sedangkan Akash, dia merasa sedih saat mendengarkan semua perkataan itu dari Ashmita.

"Hei, Ashmita." panggil Vinay tepat di belakang mereka berdua di sana secara tiba-tiba saja.

Ashmita membalikkan badannya dan menatap ke arah Vinay, sambil sedikit tersenyum. "Ada apa, Vinay?" Dia bertanya.

"Aku baru saja akan datang ke kamarmu. Aku butuh bantuan. Apakah kamu bisa membantuku?" Vinay bertanya dengan senyuman tidak enak. Ini adalah pertama kalinya dia meminta bantuan dari Ashmita.

Ashmita terdiam sebentar, lalu sedikit menolehkan kepalanya ke arah belakang, tepat ke arah Akash yang masih saja terdiam. Lalu Ashmita pun mulai menganggukkan kepalanya di sana dengan perlahan. "Tentu, aku bisa membantumu."

"Bagus, ayo ke kamarku kalau begitu."

Mereka pun berjalan bersama dan meninggalkan Akash di sana. Dia terlihat masih saja syok, hingga sama sekali tidak bisa membuatnya berkata-kata. Sedangkan Ashmita dan Vinay, dengan cepat sudah sampai di dalam kamar Vinay yang memang letaknya tidak jauh di sana. "Jadi, apa yang bisa aku bantu?" tanya Ashmita saat sudah masuk ke dalam kamar Vinay itu.

Vinay tidak segera menjawab dan berjalan ke arah ranjangnya, dimana ada dua buah kemeja yang tergeletak di sana. Vinay mengambil salah satu dari kemeja itu dan kembali mendekat ke arah Ashmita. "Bisakah kamu membantuku memasang kancing kemeja? Aku selalu membuatnya terlepas, dan saat aku mencoba untuk bisa memasangnya kembali, aku malah membuat benangnya menjadi tersangkut." jelas Vinay di sana sambil menunjuk tepat ke arah kancing dan benang di kemeja itu ke arah Ashmita.

"Aku akan memasangnya." jawab Ashmita sambil mengambil alih kemeja itu.

"Baiklah... Duduklah di sana, aku harus mencuci wajahku sebentar."

Vinay menunjuk tepat ke arah sofa yang ada di dalam kamar itu. Dan dengan segera saja, Ashmita duduk dan Vinay yang sudah mengambilkan benang, jarum, gunting, dan juga kancing, serta meletakkannya tepat di bagian meja yang ada di depan sofa itu. Ashmita menatap ke sekeliling, dia tidak menemukan Rohit di dalam kamar itu.

"Em... Dimana Rohit? Aku tidak melihatnya setelah sarapan tadi..." tanya Ashmita di sana.

"Oh, Rohit. Dia pergi membeli rokok. Rokok kami sudah habis, jadi dia yang membelinya sekarang." jawab Vinay dan mulai masuk ke dalam kamar mandi untuk mencuci wajahnya.

Ashmita mulai menggunting benang yang kusut di kemeja itu dan mulai memasang kancing dengan perlahan. Tak lama Vinay keluar dari dalam kamar mandi dan mengusap perlahan wajahnya yang basah itu dengan menggunakan handuk. Ashmita memperhatikan.

"Vinay, bisakah aku bertanya tentang sesuatu?" Tiba-tiba saja Ashmita bertanya dengan penasaran.

Vinay menatapnya dari cermin. "Tentu saja. Lagipula, kamu belum pernah bertanya apa pun kepadaku."

Ashmita mengalihkan pandangannya dan tidak lagi menatap Vinay yang berdiri di depan cermin itu sekarang. "Apakah kalian berlima terpaksa melakukan semua ini? Apakah kalian terpaksa atau dipaksa untuk bisa dan mau menikahiku dengan cara yang seperti ini??" Ashmita bertanya. Dia cukup berharap mendapatkan jawaban yang dia inginkan.

Sedangkan Vinay sendiri mulai menundukkan kepalanya. Dia tidak lagi menatap ke arah pantulan bayangan dari Ashmita dari cermin itu. "Aku rasa, aku tidak berhak untuk mengatakan jawabannya, meski aku mau, Ashmita."

Black Heart ✔️Where stories live. Discover now