[This is life, we never know what will happens]
Ternyata benar perjalanan hidup tidaklah semulus apa yang diinginkan. Cinta, perbedaan, dan keegoisan adalah 3 hal yang selalu menghalangi kisah indah itu.
Dan perpisahan, jangan pernah melupakannya...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
•••
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Eh buset? Ini lo semua yang minum?" tegur Jevan ketika melihat tiga botol soju yang telah kosong terpampang nyata di hadapan Chelsea.
"Engga, gue kan gak bisa minum. Ini punya–" ucapan Chelsea terhenti lalu ia menunjuk ke suatu arah, "Dia."
Pandangan Jevan mengikuti ke mana arah jari Chelsea.
Terlihat seorang wanita berambut panjang baru saja keluar dari kamar mandi.
"Ohh..." batin Jevan.
Wanita itu bukanlah sosok yang asing bagi Jevan, karena sejujurnya ia sudah beberapa kali bertemu dengan wanita itu.
Namun entah mengapa pertemuannya kali ini terasa berbeda.
Jantungnya terasa berdegup sangat kencang dan perutnya juga seakan penuh dengan kupu-kupu yang berterbangan.
Ini sangatlah aneh batinnya.
Membuat Jevan bingung tak tau harus berbuat apa.
Dan dapat dengan jelas Jevan merasakan suhu tubuhnya turun drastis membuat tubuhnya sedikit menggigil.
Jevan yang kini sudah duduk di samping Chelsea tiba-tiba meraih tangan sepupunya itu dan menggenggamnya erat, dengan harap dapat menjadikan dirinya lebih tenang.
"Kenapa lo? Sakit? Tangan lo dingin banget."
Jevan hanya menggeleng, "Makanan gue mana?" alihnya.
"Oh... Lo udah kelaperan? Baru juga di pesen, tunggu bentar ya."
Chelsea lalu menggeser segelas Lemon tea ke hadapan Jevan, "Nih minum dulu."
Namun pandangan Jevan dan Chelsea seketika tertuju kepada wanita di hadapan mereka ketika seorang pelayan menghantarkan satu buah botol soju lagi ke meja mereka.
Jevan mendekatkan dirinya kepada Chelsea dan membisikinya, "Kuat juga ye temen lo, udah abis 3 botol tapi masih seger."
"Dia mah kuat minum, pernah dia habis 5 botol tapi masih bisa nyetir dan selamet sampe rumahnya." Chelsea balas berbisik.
"Wow." Jevan kembali ke posisi duduknya seperti semula.
"3 botol masih kurang? Ada masalah apa sih lo Rin?" tegur Chelsea santai.
"Perasaan lo udah tau semua masalah hidup gue, jadi ga perlu gue ceritain ulang lagi kan?" Karina lalu menuangkan soju ke gelas kosongnya.
Wanita dengan segelas soju di tangannya itu kini menatap Jevan "Lo kalo mau makan, makan aja. Gue gak ganggu. Gue cuma mau minum." lalu dia menenggak habis sojunya.
Tanpa sadar Jevan menganggukan kepalanya seakan menurut dengan apa yang dipinta oleh Karina.
Walaupun sebenernya Jevan penasaran dengan masalah apa yang tengah dihadapi oleh Karina, sehingga seorang dokter yang bisa dipanggil kapan saja itu bisa "mabuk" seperti ini.
Namun Jevan urung untuk menanyakannya kepada Chelsea, karena dirinya teringat dan sadar betul bahwa setiap orang memiliki masalah hidupnya masing-masing dan tidak semua orang perlu untuk mengetahuinya.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
How was the story guys? Don't forget to vote and comment ya! See you on next chapter! ❤️