15. Another Angel

115 26 1
                                    

Sandi merebahkan badannya di sofa ruang tengah setelah berhasil menidurkan Gian dan Mila, aktivitas rutin yang dilakukannya hampir setiap malam.

Pada waktu seperti ini, biasanya ia gunakan untuk mengecek ponselnya, melihat kabar apa saja yang ia lewati hari ini.

Sebuah notifikasi pesan dari Dhisa terpampang pada saat ia melihat layar ponselnya.

Sebuah notifikasi pesan dari Dhisa terpampang pada saat ia melihat layar ponselnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••

Kini Disha telah berdiri di depan pintu unit apartment Sandi sembari membawa sepiring mie goreng buatannya.

Namun entah mengapa kini perasaannya sedikit gelisah, dan karena hal itu membuat dirinya tak kunjung jua menekan bel unit Sandi.

Setelah menenangkan diri beberapa saat Disha kemudian memberanikan menekan bel yang ada di hadapannya.

Tak lama pintu di depannya terbuka. Namun hal pertama yang terdengar oleh Disha bukanlah sapaan dari Sandi melainkan suara tangisan seorang anak kecil.

Sandi kemudian terlihat dari balik pintu sembari menggendong seorang anak perempuan yang sedang menangis.

"Oh Disha. Makasih loh ya." katanya.

Sandi berusaha mengambil sepiring mie goreng yang dibawa Disha dengan tangan kirinyanya. Sementara tangannya yang lain masih menggendong Mila.

Disha menjadi bingung karena dia takut mie yang ada di piring tersebut tumpah jika membiarkan Sandi membawanya, apalagi melihat Mila yang sedang rewel di gendongan Sandi.

"Hmm, Kak gimana kalo aku bantu bawain mienya?" ungkapnya menawarkan bantuan.

Sandi yang menyadari akan keadaannya lalu mempersilahkan Disha masuk ke dalam unitnya.

"Adiknya kenapa Kak?"

"Biasa giginya mau tumbuh kayanya, jadi agak rewel. Padahal tadi udah tidur."

Disha tiba-tiba berhenti dan menyejajarkan dirinya dengan Mila yang masih menangis gendongan Sandi.

"Aduhh kasiannya anak cantik, cepet sembuh yaa." ucapnya.

Setelah meletakan piring di meja makan lalu Disha terdiam dan kemudian melihat kearah Sandi yang masih berusaha menenangkan Mila.

"Kak Sandi?"

"Hmm?"

"Kakak kalo laper makan aja dulu, biar adiknya aku yang jaga bentar."

"Hmm apa?" Sandi bertanya kembali karena suara Dhisa tidak terlalu terdengar olehnya.

"Kak Sandi kalo laper makan dulu aja, biar adiknya aku yang jaga bentar."

Sandi nampak ragu. Namun ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri, karena memang rasa laparnya tak bisa di pungkiri lagi olehnya.

Sandi lalu memberikan Mila yang masih merengek kepada Disha.

Melihat Sand yang makan dengan terburu-buru, Disha berusaha mengingatkannya, "Makannya pelan-pelan aja Kak, nanti kesedak."

Sandi mengangguk paham, lalu kembali melanjutkan makannya.

Sesekali Sandi melihat ke arah Disha yang sekarang tengah duduk di sofa sembari menggendong Mila.

Melihat hal tersebut, membuat perasaan bersalahnya yang sudah ia pendam dalam-dalam muncul kembali.

"Coba aja gue dulu gak cepet-cepet nikah. Mila, Gian maafin papa ya, udah bikin hidup kalian gak sebahagia anak-anak yang lain." batinnya.

Namun lamunannya terhenti ketika dirinya mendengar suara tangisan Gian dari kamarnya.

Sandi segera bergegas berlari meninggalkan sepiring mie gorengnya.

Sandi keluar dari kamarnya dengan menggendong Gian yang tampak masih mengantuk dengan rambut yang acak-acakan.

Dirinya berjalan menuju dapur, untuk membuatkan Gian susu.

"Kembar Kak?" tanya Disha.

Disha yang tiba-tiba sudah berada di sebelahnya membuat Sandi terkejut.

"Iyaa. Mila mana?" tanya Sandi ketika melihat wanita itu sendirian tanpa Mila.

Dhisa menunjuk Mila yang sudah tertidur pulas di sofa, "Itu udah tidur."

"Boleh aku bantuin Kak?" Dhisa kembali menawarkan bantuannya.

Bukannya menjawab, namun Sandi secara otomatis malah memundurkan badannya dari meja dapur.

"Berapa sendok ini Kak?"

"3 sendok."

"Cha! Udah jadi susunya." digoyangkan botol berisi susu hangat itu oleh Disha di depan muka Gian.

Bayi lucu itu seketika tertawa melihat apa yang Disha lakukan.

Sebuah senyuman kini menghiasi wajah Sandi. Melihat anaknya tertawa lepas membuatnya sangat bahagia.

•••

"Makasih ya Disha. Maaf saja jadi ngerepotin kamu tadi buat jagain anak-anak."

"Gapapa kok kak. Lain kali kalo butuh bantuan buat jaga anak-anak bilang aja, selama aku luang nanti aku bantuin."

"Hmm iyaa, makasih juga mienya. Enak."

"Iya Kak sama-sama. Yaudah aku pamit dulu ya. Bye!" ucap Disha sembari melambaikan tangannya ke arah Sandi.

How was the story guys?
Don't forget to vote and comment ya!
See you on next chapter! ❤️

Get Into | DAY6Where stories live. Discover now