16. Moon and Wind

125 27 2
                                    

Pintu mobil kantor terbuka secara otomatis setelah Brian menarik handle-nya. Ia lalu masuk kedalamnya dan segera bersandar di kursi dengan suara helaan nafas yang mengikutinya.

Waktu menunjukan pukul 9 malam artinya sudah lebih dari 12 jam ia bekerja hari ini.

Pintu mobil urung menuutup ketika sesosok pria jangkung berkulit pucat tiba-tiba berlari dan menahannya.

"Gue nebeng dong! Ya ya ya?. Urgent nih! Gak keburu kalo harus nunggu grab lagi, gue searah sama apart lo kok." ucapnya tergesa-gesa.

Belum sempat Brian mengiyakan kini Jevan sudah menyuruhnya untuk menggeser duduknya, "Minggir, minggir!" lalu kemudian ia masuk ke dalam mobil dan duduk di sebelah Brian.

"Buset dah nyusahin idup orang aja sih lu Bang!" gerutunya.

"Apa kata lo? Nyusahin? Mas Doni yang nyetir fine-fine aja napa lo yang sewot? Yakan Mas?" candanya.

Mas Doni, manager mereka hanya mengacungkan jempolnya dari balik kursi kemudi.

•••

"Di kejer rentenir lo?" tanya Brian ketika dirinya melihat wajah resah Jevan yang dihiasi keringat yang seakan ingin terjun bebas dari dahinya.

Jevan secara cepat mengelak tuduhan temannya itu, "Sialan! Gue gini-gini gak pernah ngutang ye! Sorry aje."

"Lah terus ngape lu? gelisah amat?"

"Gue excited anjing! Aaaaa!"

Suasana di dalam mobil yang tadinya sepi itu seketik berubah karena suara teriakan Jevan.

"Gue 4 bulan laluan iseng nge-email produsernya Island Record, labelnya Justin Bieber." Jevan mengatur nafasnya sebelum melanjutkan perkataannya, "Introduction lah biasa, terus gue ngirim beberapa track. Gue kira ya gak bakalan di gubris gitu. Ternyata barusan dia nge-email gue, katanya dia lagi di Jakarta terus ngajak ketemuan. Tapi ntar subuh dia udah balik ke US. Manusia mana yang gak panik denger kabar kaya gitu?" jelasnya.

"Hmm menuju go international ya anda. Hahaha." ledek Brian.

"Kesempatan gak dateng 2 kali Bri, walaupun badan gue udah kayak yupi sekarang, tapi hajar aja lah."

"Ya semoga aja ada kabar baik ya Bang, gue tunggu."

"Amin ya Tuhan!"

•••

Tak terasa mobil yang mereka tumpangi sudah berada di depan kawasan apartement Brian.

Lampu sein mobil mereka telah dinyalakan oleh Mas Doni, tanda bahwa mobil tersebut akan segera berbelok ke dalam apartemen Brian.

"Bang gak usah masuk ya." pungkas Jevan, kemudian ia menunjuk trotoar yang ada di samping mobil mereka, "Brian turunin di sini aja."

"Kalo masuk keluarnya muter, sayangkan waktunya. Time is money." imbuhnya.

"Yah kok?" Brian seakan tak terima dengan perkataan Jevan barusan.

Jevan segera memasang muka imut bak anak anjing serta mengedip-ngedipkan matanya sebelum Brian bertambah kesal padanya, "Udah lah Bri sekali-sekali olahraga lu. Ya ya ya?"

"Ah dasar sialan lo. Manis cuma kalo ada maunya doang." ketus Brian.

"Terserah lo deh Bri mau maki-maki gue juga gak apa-apa gue ikhlas." Jevan tersenyum lebar sebelun ia benar-benar meminta Brian turun di pinggir jalan.

Brian segera turun setelah mobil mereka berhenti. Dirinya nampak sedikit kesal, namun di sisi lain dirinya juga senang karena kabar baik yang di bawa oleh Jevan.

Get Into | DAY6Where stories live. Discover now